Ilustrasi Naga Banda (Wikipedia.org)
Prosesi lain yang terkadang menjadi pembeda antara pelebon dan ngaben adalah kehadiran sarana upacara berupa Naga Banda.
Naga Banda ini akan diletakkan berdampingan dengan jenazah. Kepala Naga Banda menghadap ke arah Kelod-Kauh (Barat Daya), dan ekornya ke arah Kaja Kangin (Timur Laut). Pada saat acara puncaknya pelebon, Naga Banda ini secara simbolis akan dipanah oleh seorang sulinggih yang memimpin upacara tersebut. Lalu Naga Banda ikut mengiringi jenazah sampai ke setra (Kuburan).
Selama menuju ke setra ini, jenazah diusung di atas bade. Sesampai di setra, jenazah dipindah ke petulangan berupa wahana Lembu. Kalau kaum brahmana, biasanya lembu dibuat berwana putih. Sedangkan kaum ksatria, biasanya berwarna hitam. Begitu sudah berada di dalam lembu inilah jenazah dibakar.
Setelah proses pembakaran jenazah selesai, masih dilanjutkan dengan upacara nuduk galih atau mengumpulkan sisa-sisa tulang untuk diupacarai. Sisa tulang ini selanjutnya dilarung ke laut atau sungai.
Ritual pelebon sangatlah agung dan melibatkan partisipasi ribuan masyarakat. Prosesi ini cukup jarang dilaksanakan. Makanya sering menjadi incaran wisatawan ketika berlibur ke Bali.