Ida Sulinggih saat menghaturkan sarana upacara. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)
Masing-masing peserta diwajibkan membawa satu buah pejati dan tirta kawitan atau kemulan (leluhur). Peserta melakukan persembahyangan terlebih dahulu di rumah masing-masing agar mendapatkan kelancaran.
Bebayuhan Penebusan Sudhamala Sapuh Leger ini dipuput oleh Sulinggih Ida Pandita Mpu Upadyaya Nanda Tanaya dari Griya Reka Eka Sari Bhuwana, Kelurahan Panjer. Sedangkan dalang Wayang Sapuh Leger adalah Jro Dalang Gede Karang Wiratmaja dari Banjar Penatahan, Desa Susut, Kabupaten Bangli.
Acara ruwatan dimulai dari Jro Dalang yang memainkan Wayang Sapuh Leger. Lakon yang diambil adalah cerita Bhatara Kala yang memakan Sang Hyang Kumara. Jro Dalang tidak sekadar mementaskan lakonnya saja. Ia menyisipkan nasihat atau petuah kepada para peserta ruwatan.
Para peserta ruwatan akan melakukan dua kali proses melukat. Pertama menggunakan tirta (air suci) dari Jro Dalang Sapuh Leger. Setelah itu, dilanjutkan melukat menggunakan tirta dari Ida Sulinggih.
Peserta dibagi secara berkelompok berdasarkan hari kelahiran. Terdiri dari kelompok hari lahir Wuku Wayang, Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Masing-masing kelompok ini akan menerima tirta yang berbeda-beda sesuai hari kelahirannya.
Upacara terakhir adalah natab sarana upacara, melakukan persembahyangan bersama sebagai wujud doa dan ucapan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas pelaksanaan ruwatan ini.