Sarana upacara segehan. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)
Setiap Bendesa madya MDA Kabupaten/Kota seluruh Bali akan hadir dalam upacara Bumi Sudha di Pura Watu Klotok pukul 11.30 Wita, Senin (30/12/2024). Mereka akan memohon (nunas) tirta (air suci) pamarisudha dalam upacara tersebut dengan membawa banten pejati dan tempat untuk tirta. Tirta ini nantinya akan dibagikan kepada warga di wilayahnya masing-masing.
Lalu di tingkat desa adat, masing-masing Pura Kahyangan Desa (Pura Puseh, Pura Desa, dan Pura Dalem) menghaturkan pejati 1 soroh, sorohan 1 soroh, biakaonan, prascita, durmangala masing-masing 1 soroh. Sedangkan untuk pelaksanaan di tingkat rumah tangga, masing-masing rumah menghaturkan sesayut pengambeyan 1 soroh, prascita, durmangala masing-masing 1 soroh, dan banten pangenteg hyang (pejati 1 soroh, sayut pengambeyan, dan sorohan tupeng pitu 1 soroh) di sanggah merajan (kemulan). Kemudian di halaman sanggah dan halaman rumah menghaturkan segehan cacah 11 tanding.
Berikutnya mendirikan sanggah cucuk di sebelah kanan pintu masuk pekarangan rumah (pemesu/lebuh) yang berisi don kayu tulak (sejenis daun). Sarana banten yang dihaturkan di sanggah cucuk ini adalah banten tumpeng selem adanaan, sate calon, rakania, jaja gina, urab bang-putih, biyu kayu rebus tuak asujang yang dihaturkan kepada Ida Sang Hyang Motha. Di bawah sanggah cucuk (di tanah) menghaturkan segehan 9 tanding dengan ulam (lauk) jeroan bawi matah (jerohan babi mentah) lebeng (matang), dan getih (darah) atakir. Segehan ini dihaturkan kepada Sang Bhuta Ngadang Semaya Pati.
Setelah tirta Bumi Sudha dilinggihkan (ditempatkan) di Pura Kahyangan Desa, warga memohon tirta tersebut dengan sarana canang sari. Tirta tersebut dibawa ke rumah masing-masing untuk dipercikkan ke sanggah merajan, pekarangan rumah, dan semua anggota keluarga. Tidak ketinggalan, hewan peliharaan dan tanaman yang ada di pekarangan rumah. Warga menghaturkan sarana upacara (banten) di atas yang dilanjutkan dengan bersembahyang bersama. Masing-masing anggota keluarga natab banten Pengenteg Hyang untuk memohon kekuatan (pengenteg bayu mesesapuh wighna) agar setiap orang diberikan kekuatan dan perlindungan dari hal-hal negatif.
Pelaksanaan upacara Bumi Sudha pada 2024 ini bersamaan dengan momen pergantian tahun. Selain untuk menetralisir dampak negatif sasih kanem, upacara Bumi Sudha dapat berfungsi membersihkan alam dan umat manusia secara niskala untuk menyambut tahun baru.