Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tradisi Ngerebeg di Tegallalang. (YouTube.com/BALI INSPIRATIVE CHANNEL)

Pegatwakan adalah penanda berakhirnya rangkaian pelaksanaan Hari Raya Galungan dan Kuningan umat Hindu di Bali. Hari Pegatwakan jatuh 35 hari setelah Galungan, tepatnya pada hari Rabu (Budha), Kliwon, Wuku Pahang.

Desa Tegallalang, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar biasanya mengadakan tradisi unik yang dilaksanakan pada Hari Pegatwakan. Tradisi ini dinamakan Ngerebeg. Bagaimana prosesi tradisi yang unik ini?

1. Merupakan rangkaian piodalan di Pura Duur Bingin, Desa Tegallalang

Persiapan prosesi Ngerebeg di Pura Duur Bingin, Tegallalang. (YouTube.com/BALI INSPIRATIVE CHANNEL)

Desa Tegallalang terletak di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Desa ini terdapat lima banjar adat yang mengampu (mengempon) beberapa pura di wilayah ini, satu di antaranya Pura Duur Bingin.

Piodalan di Pura Duur Bingin jatuh pada hari Kamis (Wraspati), Umanis, Wuku Pahang atau sehari setelah Hari Pegatwakan. Piodalan ini dilaksanakan setiap 210 hari sekali.

Sehari sebelum piodalan, tepatnya pada Hari Pegatwakan, masyarakat Desa Tegallalang melaksanakan Tradisi Ngerebeg.

2. Makna Tradisi Ngerebeg

Tradisi Ngerebeg di Tegallalang. (YouTube.com/BALI INSPIRATIVE CHANNEL)

Dikutip dari jurnal Tradisi Ngerebeg dalam Upacara Agama Hindu di Desa Tegallalang, Kabupaten Gianyar, tahun 2022, makna dari Tradisi Ngerebeg dari Desa Tegallalang adalah membersihkan pikiran dalam Bhuana Alit (tubuh manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta). Tradisi ini juga sebagai simbol menjaga keharmonisan makhluk Tuhan di dua dunia yang berbeda.

Masyarakat setempat meyakini tradisi ini sebagai upaya untuk menetralisir sifat-sifat negatif di dalam diri manusia, yang disebut dengan Sad Ripu. Hal ini nantinya akan menimbulkan keharmonisan alam dan masyarakat sehingga bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik.

3. Sejarah Tradisi Ngerebeg

Warga berkumpul di Pura Duur Bingin. (YouTube.com/BALI INSPIRATIVE CHANNEL)

Kata Ngerebeg berasal dari Bahasa Kawi yang berarti mengusir atau menempatkan wong samar (makhluk halus). Para wong samar ini bukannya diusir, melainkan diberikan tempat berupa pelinggih.

Masyarakat setempat percaya, bahwa manifestasi Tuhan yang berada atau melinggih di Pura Duur Bingin memiliki pengiring berupa wong samar. Wong samar ini diyakini bermukim di hulu sungai sebelah barat pura. Dalam pelaksanaan piodalan di pura, para wong samar juga memiliki keinginan untuk ngayah atau membantu pelaksanaan prosesi piodalan.

Pelaksanaan Tradisi Ngerebeg diperkirakan telah ada sejak abad ke-13, ketika kedatangan Tjokorda Ketut Segara ke Desa Tegallalang. Tradisi ini hingga kini masih tetap dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Tegallalang.

4. Masyarakat berkeliling menggunakan kostum wong samar

Tradisi Ngerebeg di Tegallalang. (YouTube.com/BALI INSPIRATIVE CHANNEL)

Pelaksanaan Tradisi Ngerebeg menyerupai perayaan Halloween karena kostum yang dikenakan, dan juga mirip dengan Tradisi Ngedeblag di Desa Kemenuh, Kabupaten Gianyar. Pada pelaksanaan tradisi ini, masyarakat Desa Tegallalang menggunakan dandanan yang menyeramkan menyerupai wujud wong samar.

Prosesi ini diikuti oleh seluruh masyarakat dari segala usia. Mereka berkreasi menggunakan imajinasinya masing-masing untuk membuat dandanan seseram dan seunik mungkin. Mereka berkeliling sambil membawa beberapa peralatan seperti penjor kecil, umbul-umbul, kober, daun janur, dan daun kelapa.

Dandanan menyeramkan ini berkaitan erat dengan keyakinan masyarakat yang memercayai keberadaan wong samar di desanya. Selain itu, kostum menyeramkan ini juga sebagai simbol Sad Ripu atau tujuh kegelapan yang berada dalam diri manusia. Sad Ripu inilah yang akan dinetralisir agar tidak mengganggu di kemudian hari.

Prosesi dimulai dari Pura Duur Bingin, yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki mengelilingi area desa setempat.

5. Selain fungsi religius, Tradisi Ngerebek menumbuhkan rasa gotong royong antar masyarakat

Tradisi Ngerebeg di Tegallalang. (YouTube.com/BALI INSPIRATIVE CHANNEL)

Prosesi pelaksanaan tradisi ini tentunya melibatkan jumlah masyarakat yang besar. Agar prosesi ini berjalan lancar, masing-masing masyarakat maupun banjar adat harus bekerja sama.

Melalui tradisi ini akan  menghilangkan perselisihan dan menumbuhkan rasa gotong royong antar sesama masyarakat maupun banjar yang ada di lingkungan Desa Tegallalang.

Selain gotong royong, kreativitas masyarakat pun turut tumbuh. Karena mereka berkreasi sebaik mungkin untuk mewujudkan kostum-kostum maupun dandanan semenarik mungkin.

Jika sedang berada di Bali, kamu bisa menandai kalendermu untuk menyaksikan tradisi unik dari Desa Tegallalang Gianyar ini. Jarak Desa Tegallalang dari Kota Denpasar tidaklah terlalu jauh. Kamu bisa berkendara sekitar satu jam untuk sampai ke desa ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team