Wayang Sapuh Leger. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)
Menurut Dalang Wayang di Bali, Jro Dalang Gede Karang Wiratmaja, dalam ajaran Hindu di Bali terdapat istilah Sat Tat. Sat adalah Satwa (cerita) dan Tat adalah Tattwa (filsafat atau filosofi).
"Tattwa-nya adalah pelaksanaan ruwatan Sapuh Leger, dan Satwa atau ceritanya adalah kisah Bhatara Kala yang akan memakan Sang Hyang Kumara," ungkap Jro Dalang Gede Karang Atmaja di lokasi upacara ruwatan Sapuh Leger dan Sudhamala, Griya Reka Eka Sari Bhuwana, Kelurahan Panjer, Kota Denpasar, Sabtu (29/4/2023).
Singkat cerita, Bhatara Kala akan memakan adiknya, Sang Hyang Kumara. Sehingga Sang Hyang Kumara harus bersembunyi dari kejaran Bhatara Kala. Sampai suatu ketika ia berada di pertunjukan wayang, dan bersembunyi di keropak (kotak tempat penyimpanan wayang) sang dalang.
Bhatara Kala tiba di tempat tersebut. Karena kelaparan, ia memakan sesajen sang dalang yang belum dihaturkan. Sang dalang menegur Bhatara Kala, dan mengaku salah atas kelakuannya itu.
Bhatara Kala kemudian memberikan anugerah sang dalang berupa kekuatan magis untuk membersihkan makhluk hidup dari segala kekotoran. Dari kisah inilah, bahwa setiap anak yang lahir di Wuku Wayang harus mendapatkan ruwatan Sapuh Leger.