Ilustrasi upacara adat di Bali. (pixabay.com/jovanel)
Hari pelaksanaan Upacara Melasti ditentukan berdasarkan rapat desa dan koordinasi dengan desa lainnya, agar bisa mengatur penggunaan lokasi Melasti. Sebelum melaksanakan Upacara Melasti di sumber air yang telah ditentukan, masyarakat desa terlebih dahulu berkumpul di Pura Bale Agung desa setempat. Setelah bersembahyang, mereka akan mengusung simbol-simbol linggih atau stana Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya seperti arca, pratima, nyasa, maupun benda-benda yang dikeramatkan lainnya.
Setelah tiba di lokasi sumber air, mereka akan melakukan persembahan sarana upacara. Masyarakat secara bersama-sama melakukan persembahyangan untuk memohon penyucian diri beserta alam, agar pelaksanaan Hari Nyepi dan memasuki tahun yang baru ini selalu mendapatkan anugerah dari-Nya.
Setelah selesai persembahyangan, masyarakat akan diperciki tirta atau air suci, begitu juga dengan simbol-simbol linggih Ida Sesuhunan. Simbol-simbol tersebut akan dicelupkan secara simbolis ke dalam sumber air yang memiliki makna sebagai penyucian alam makrokosmos (Bhuana Agung) dan mikrokosmos (Bhuana Alit). Setelah prosesi ini selesai, mereka akan mengiringi simbol-simbol linggih tersebut untuk kembali berstana di Bale Agung.