Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi umat Hindu saat upacara di Pura. (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Umat Hindu di Bali akan merayakan Hari Raya Kuningan yang merupakan rangkaian dari pelaksanaan Galungan. Kuningan jatuh pada 10 hari setelah Galungan atau tepatnya Sabtu Kliwon wuku Kuningan.

Perayaan Kuningan dan Galungan pada dasarnya sama, yaitu melakukan persembahan dan persembahyangan untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, serta kebahagiaan. Namun ada beberapa perbedaan terkait tata cara persembahyangan dan sarana upacara yang digunakan. Berikut ini bedanya Hari Raya Kuningan dan Galungan di Bali.

1. Pemujaan kepada Dewa Mahadewa sebagai simbol kemakmuran

Ilustrasi umat Hindu saat melakukan persembahyangan di pura. (unsplash.com/Aditya Nara)

Dilansir Bali.idntimes.com, Dosen Program Studi Agama Hindu di Universitas Hindu Indonesia (Unhi), I Kadek Satria SAG MPdH, dewa yang dipuja di Hari Raya Kuningan atau juga disebut Tumpek Kuningan adalah Dewa Mahadewa. Dewa Mahadewa merupakan simbol dan manifestasi kemakmuran yang identik dengan warna kuning.

Selain itu, pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu menghaturkan persembahan kepada para leluhur. Persembahan ini untuk memohon perlindungan, kemakmuran, keselamatan, dan tuntunan ke hadapan Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Sedangkan Hari Raya Galungan dimaknai sebagai kemenangan kebaikan (Dharma) melawan Adharma (Keburukan). Makna Galungan ini juga tertuang dalam Lontar Sundarigama berikut ini:

Buda Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep.

Artinya:

Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan. Arahkan untuk bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran.

2. Menggunakan sarana yang berbeda dengan Galungan

Editorial Team

Tonton lebih seru di