“Hati-hati nyanan pesu, jani rahinan Kajeng Kliwon (Hati-hati nanti keluar rumah, sekarang Hari Raya Kajeng Kliwon),”
Kira-kira seperti itulah seruan orangtua di Bali, terutama ibu kepada anak-anaknya. Tidak ada jawaban pasti saat menagih alasan kenapa kita harus berhati-hati saat keluar rumah pada Hari Kajeng Kliwon. Pesan itu juga ditambah dengan larangan pulang larut malam. Intinya setiap Kajeng Kliwon, anak-anak di Bali selalu dapat peringatan agar lebih berhati-hati selama beraktivitas di luar rumah.
Kajeng Kliwon menjadi hari yang dianggap keramat sejak turun-temurun dalam ritus umat Hindu di Bali. Sederet naskah lontar kerap menyebut Hari Kajeng Kliwon dalam berbagai metode pengobatan tradisional. Contohnya ada dalam penggalan Lontar Tenung Sapuh Jagat Jati, dengan kalimat berikut.
Disebabkan karena ada pagar yang salah, disapa oleh Ki Bula Pemali, dimohon ampunkan sampai pada Hari Kajeng Kliwon.
Itu baru satu contoh lontar saja, masih ada deretan lontar lainnya memilih Kajeng Kliwon sebagai hari untuk mengobati sekaligus menyakiti. Kira-kira kenapa demikian? Ini penjelasan selengkapnya.