Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi canang. (IDN Times/Yuko Utami)
Ilustrasi canang. (IDN Times/Yuko Utami)

Umat Hindu di Bali menggunakan banyak sarana saat melakukan persembahyangan. Sarana yang umum dipakai adalah bunga, kwangen, dan dupa. Masing-masing sarana tersebut memiliki makna. Seperti apa ya maknanya? Simak penjelasan berikut!

1. Bunga sebagai simbol ketulusan

Ilustrasi canang. (IDN Times/Yuko Utami)

Umat Hindu yang bersembahyang biasanya akan mencakupkan tangan dengan bunga di ujung tangan. Lontar Yadnya Prakerti menyebutkan sekare pinaka katulusan pikayun suci. Makna dari kutipan ini adalah bunga menjadi simbol kesucian dan rasa tulus ikhlas.

Selain itu, dalam Kitab Suci Bhagawadgita Bab IX Sloka 26 menyebutkan patram, puspam, palam, toyam yome baktya prayascati tad aham baktya paktram asnami prayatat asnamah. Artinya adalah siapa saja yang sujud kepadaku dengan persembahan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, aku terima sebagai persembahan dari orang yang berhati suci. Bahwa bunga menjadi sarana pokok dalam persembahan selain air, daun, dan buah-buahan.

Bunga sebagai sarana persembahyangan menjadi simbol persembahyangan suci dan tulus ikhlas. Bunga juga sebagai simbol sifat cinta kasih dari Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Bunga juga menjadi bagian dari sarana upacara dalam Hindu, yang dirangkai menjadi berbagai bentuk sarana upacara.

Sebagai sarana persembahyangan, bunga sebaiknya berbau harum dan tidak layu atau busuk. Ada beberapa bunga yang tidak boleh digunakan untuk bersembahyang, satu di antaranya adalah Bunga Gumitir. Namun, hal ini tergantung dari kepercayaan seseorang dan kebiasaan desa setempat.

2. Kwagen sebagai simbol Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Sarana upacara kwangen. (YouTube.com/km Bali kreatif)

Selain menggunakan bunga, umat Hindu juga menggunakan kwangen. Kwangen berbentuk kerucut (kojong) dengan rangkaian bunga di dalamnya. Kwangen biasanya digunakan saat bersembahyang ke pura atau dalam suatu upacara. Jika persembahyangan sehari-hari di rumah, biasanya umat Hindu tidak menggunakan kwangen.

Kwangen berasal dari Bahasa Jawa Kuno, yaitu wangi atau harum. Bisa dikatakan, kwangen sebagai sarana untuk mengharumkan nama Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam Lontar Sri Jaya Kesunu, kwangen merupakan simbol Omkara atau aksara suci dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sedangkan dalam Kitab Upanisad, kwangen disebutkan sebagai simbol Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Dalam kwangen terdapat beberapa sarana seperti kojong (kerucut) sebagai simbol Ardhacandra. Kojong ini biasanya terbuat dari daun pisang. Sarana porosan silih asih menjadi simbol purusha pradana (laki-laki dan perempuan). Pis bolong atau uang kepeng sebagai simbol Windhu dan berfungsi sebagai penebus kekurangan dari sarana yang ada dalam kwangen. Plawa atau daun yang digunakan biasanya berupa Pandan Harum, sebagai simbol ketenangan pikiran. Cili atau hiasan dari busung (daun kelapa muda) yang berbentuk mirip mahkota sebagai simbol nada dan ketulusan hati. Sarana berikutnya adalah bunga. Makna bunga telah dijelaskan sebelumnya.

Kwangen juga diletakkan pada cakupan tangan. Cili pada kwangen sebaiknya mengarah kepada orang yang menggunakan kwangen. Hal ini sebagai simbol Ida Sang Hyang Widhi memberikan sinar suci dan berkahnya kepada orang yang sedang sembahyang.

3. Dupa sebagai saksi saat bersembahyang

Sarana upacara dupa. (unsplash.com/Nova Kusady)

Api termasuk sarana penting umat Hindu saat bersembahyang. Api yang digunakan adalah dupa. Dupa disebutkan dapat menghilangkan dan membersihkan kekotoran atau mala, serta melindungi dari gangguan kekuatan negatif.

Selain itu, dupa menjadi saksi saat bersembahyang atau dalam sebuah upacara. Dupa juga dipercaya berfungsi sebagai perantara antara umat dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Bau asap dupa yang harum juga bisa memberikan vibrasi ketenangan dan kenyamanan. Sehingga seseorang yang sedang bersembahyang bisa lebih berkonsentrasi saat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Sarana persembahyangan bunga, kwangen, dan dupa akan membantu umat Hindu untuk lebih mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Sarana-sarana persembahyangan tersebut perlu dijaga kebersihan dan kesuciannya. Sarananya harus sukla (suci), bukan yang pernah dipakai (bekas pakai).

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team