Potret Karya Siswa SMK di Penjuru Negeri

Dulu namanya STM dan SMEA gak sih?

Denpasar, IDN Times - Era industri 5.0 semakin menuntut anak muda Indonesia untuk segera berinovasi agar tetap eksis dan tidak ketinggalan zaman. Hal inilah yang diupayakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam buku terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berjudul Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dari Masa ke Masa, sejak zaman kolonial Belanda, pendidikan kejuruan dibentuk untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilannya ini kelak akan membuat mereka menjadi warga negara yang turut ambil bagian dalam meningkatkan harga diri dan martabat bangsa.

Banyak inovasi yang berhasil mereka ciptakan. Tidak hanya dipertontonkan di pameran atau perlombaan, lalu mangkrak begitu saja. Bahkan ada yang membeli hasil inovasi mereka, dan meraih penghargaan lho. Berikut ini karya siswa SMK yang berhasil dipotret oleh tim hyperlocal IDN Times.

1. Foto di bawah ini adalah perahu tradisional karyanya siswa SMK Negeri Buduran Sidoarjo, SMK Sunan Drajat, dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Potret Karya Siswa SMK di Penjuru NegeriDua perahu karya putra bangsa diresmikan Kemendikbudristek. (IDN Times/Imron)

Bukan orang Lamongan rasanya kalau belum tahu tentang Perahu Ijon-Ijon. Sebab perahu tradisional ini punya sejarah panjang dalam kebaharian di Desa Kandangsemangkon, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Perahu yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ini pernah menyelamatkan kru dan penumpang Kapal Van der Wijck yang tenggelam di Laut Utara Lamongan tahun 1936.

Menariknya, siswa SMK Negeri Buduran Sidoarjo, SMK Sunan Drajat, dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya membuat karya berupa dua kapal berjenis Pencalang dan Perahu Ijon-Ijon. Kapal tersebut diberi nama Putra Sunan Drajat dan Putri Mayang Madu. Karya ini dikerjakan bersama masyarakat lok al, dan pengerjaannya selesai selama enam bulan di galangan kapal Desa kandangsemangkon, yang menjadi cikal bakalnya Perahu Ijon-Ijon. Karya ini dipamerkan di Pelabuhan ASDP Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, pada 13 Maret 2023 lalu.

Biayanya menghabiskan sekitar Rp3 miliar. Bahan kayunya sendiri sulit didapat. Mereka mendatangkan langsung dari Pulau Bawean, Gresik. Jadi wajar jika biayanya cukup besar untuk karya ini, di tengah masyarakat yang mulai meninggalkan perahu kayu dengan alasan kesulitan mencari bahan baku.

"Pembuatan kapal kayu seperti ini mulai ditinggalkan karena tadi, di samping biayanya mahal, bahan perahu juga sulit didapat," kata Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Benny Bandanadjaja, dalam wawancara Senin siang, 13 Maret 2023.

Kapal ini mendapat apresiasi langsung dari Wakil Bupati Lamongan, KH Abdul Rouf. Ia menilai, anak muda yang terlibat di dalamnya mau melek dengan sejarah. Sehingga terciptalah Perahu Ijon-Ijon, untuk melestarikan kebudayaan masyarakat lokal.

"Untuk pemerintah terus berupaya mendorong supaya perahu ini tetap dilestarikan," ujarnya.

2. Torehan prestasti SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan di ajang internasional memacu siswanya rajin ikut les tambahan

Potret Karya Siswa SMK di Penjuru NegeriSiswa Elektronika Industri sedang merakit alat digital di bengkel (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Siswa SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara, pernah menduduki peringkat 1 dalam ajang Asian Skill di Vietnam, Hanoi, dan yang terbaru adalah peringkat 6 dari 32 peserta dari negara lain di World Skill dalam inovasi elektronik. Ia adalah seorang alumni sekolah bernama Rahmat Hidayat. Rahmat diberi soal-soal untuk merancang dan membuat program. Tidak mudah lho mengikuti ajang internasional seperti ini. Sebab harus mengikuti tahapan seleksi di tingkat kabupaten, provinsi, nasional, Asia, dan dunia.

Atas torehan prestasi ini, sekolahnya dipercaya oleh perusahaan di bidang elektronika untuk membuat modul pembelajaran di Bengkel Audio Visual milik mereka. Menurut Kepala Konsentrasi Keahlian Bidang Elektronika Industri, Hariyanto, prestasti ini memacu siswa lainnya untuk melakukan hal yang sama seerti Rahmat. Mereka jadi banyak yang mengikuti les tambahan setelah pulang sekolah untuk menampung minat bakat di bidang elektronik, serta memberikan kontribusi terhadap temuan dan inovasi digital.

"Saya berharap para siswa bisa ikut terus berpartisipasi. Kami sudah menyediakan fasilitas untuk anak-anak, bahkan untuk belajar sore atau tambahan. Saya selalu mengajak mereka belajar bersama waktu sore di bengkel untuk mengikuti kelas tambahan. Yang penting ada satu hal yang ingin mereka dapatkan di sini. Misalkan merakit, ya sudah, merakit apa saja. Ketika kami ngasih fasilitas, harapannya ada lagi anak-anak yang seperti Rahmat hidayat yang bisa bawa harum nama sekolah ke ketingkat nasional atau internasional," jelas Hariyanto, Kamis 16 November 2023.

Selama di bengkel, para siswa membuat berbagai macam prototipe elektronik, yang dibantu oleh Hariyanto. Sebut saja Tong Sampah Digital yang otomatis dapat membuka dan menutup dengan sendirinya karena menggunakan sensor. Lalu ada timbangan digital, jam digital, hingga timbangan digital yang merupakan produk autentik mereka. Meskipun prototipe, namun karyanya dipamerkan di Dinas Pendidikan di Pekan Raya Sumatra Utara (PRSU).

"Pengerjaan alat-alat digital ini kami menyiapkannya sekitar semiggu pengerjaan. Yang agak sulit pengerjaannya bagi kami, ya, timbangan digital. Soalnya benar-benar memperhatikan kalibrasinya dan harus menyesuaikan juga berat suatu benda dengan timbangan lain. Ada hitung-hitungannya," kata Rifqi, siswa kelas 11 Teknik Elektronika Industri SMK Negeri 1 Percut Sei Tuan.

3. SMK tidak hanya tentang teknik saja. Ada juga Jurusan Kriya di SMKN 5 Bandar Lampung. Satu-satunya jurusan yang ada di SMK negeri Bandar Lampung

Potret Karya Siswa SMK di Penjuru NegeriSiswa jurusan kriya tekstil SMKN 5 Bandar Lampung. (IDN Times/istimewa)

Mungkin banyak orang yang mengira kalau jurusan di SMK itu terbatas pada teknik mesin, komputer, ataupun akuntansi. Padahal ada jurusan lain yang jarang diminati. Contohnya SMKN 5 Bandar Lampung. Sekolah ini bisa dibilang satu-satunya SMK negeri yang punya Jurusan Kriya. Dua program studinya, Kriya Logam dan Kriya Kayu, juga hanya bisa ditemukan di sekolah ini.

Jurusan ini untuk mencetak wirausahawan muda agar kuat mental dalam berdagang. Jadi ilmunya tidak sebatas menciptakan produk asal-asalan. Siswanya juga dituntut untuk belajar memikirkan produk yang bernilai jual, peluang pasar, target yang akan disasar, dan turun tangan menjual produknya langsung ke target market. Bahkan gurunya tak segan meminta untuk mengulang desain jika para siswanya sendiri tidak berminat membeli produk desain tersebut.

Mentalnya benar-benar ditempa. Sekolah ini turut menguji siswa untuk menjual produk ke SMP-nya yang dulu, bekerja sama dengan UMKM lokal untuk menitipkan produknya di stand. Termasuk berjualan di job fair.

Secara umum, SMKN 5 Bandar Lampung menerapkan sistem 70 persen praktik dan 30 persen teori. Sehingga siswanya lebih banyak melakukan eksperimen terhadap calon produknya. Namun itu kembali pada jurusan masing-masing. Kata Yuliana, guru di Jurusan Kriya Kreatif Batik dan Tekstil, jumlah siswa Jurusan Kriya Tekstil untuk Tahun Ajaran (TA) 2023/2024 berjumlah 61 siswa. Prodi ini mengajarkan tentang menjahit, membatik, menyablon, membordir, hingga menenun.

“Kalau di Tekstil, guru-guru biasanya saling kerja sama untuk tugas siswa. Misalnya saya kan guru membatik, saya minta tolong ke guru menjahit supaya batik hasil karya anak ini bisa dijahit dan menghasilkan produk. Jadilah semester ini anak-anak akan buat totebag dari kain batik mereka,” ujar Yuliana, Jumat 17 November 2023.

Berbeda dengan Kriya Kreatif Batik dan Tekstil, program studi (prodi) Jurusan Kriya Logam lebih banyak didominasi oleh siswa laki-laki. Jumlahnya ada 36 siswa untuk TA 2023/2024. Angka ini jauh lebih meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 18 siswa. Produk yang mereka hasilkan adalah perhiasan seperti bros, gantungan kunci, hiasan dinding berbagai ukuran dan bentuk. Selain Kriya Logam, ada pula Kriya Kayu yang jumlah siswanya sekitar 30-an orang. Produknya berupa hiasan dinding ornamen khas Lampung.

“Untuk SMK negeri, jurusan kriya satu-satunya hanya ada di SMK 5 saja. Karena memang ada satu SMK swasta yang juga punya Kriya Tekstil. Tapi kalau jurusan Kriya Logam dan Kayu, di Lampung ini gak ada kecuali di SMK 5 saja,” kata Ketua Jurusan Kriya Kayu SMKN 5 Bandar Lampung, Alhari.

Kriya Logam dan Kayu pernah memenangkan juara harapan 1, juara 3, bahkan runner up dalam ajang Lomba Kompetensi Siswa (LKS). Namun itu 2018, dan sekarang mulai jarang ada kompetisi khusus SMK lagi. Makanya Alhari berharap akan banyak kompetisi-kompetisi kriya khusus SMK, agar siswanya kuat bersaing sekaligus menjalin persahabatan.

Menurut Alhari, peran berdirinya SMKN 5 ini juga sangat mewarnai kondisi kriya di Lampung. Ia mengklaim hampir semua pelaku usaha kriya ornamen Lampung adalah alumni SMKN 5. Beberapa pengusaha batik dan kain Lampung juga merupakan alumni SMKN 5. Satu di antaranya rumah produksi kain Lampung terkenal, House Tapis Citra.

4. Empat motif batik karya SMKN 3 Pontianak telah dipatenkan

Potret Karya Siswa SMK di Penjuru NegeriSiswa SMKN 3 Pontianak sedang membuat batik cetak. (IDN Times/Teri)

Kedatangan seorang pengrajin batik pada tahun 2012 justru membuka jalan bisnis bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3 Pontianak, Kalimantan Barat. Setelah tiga bulan meneliti di sekolah, Pembina Ekstrakurikuler Batik di SMKN 3 Pontianak, Wasilah Anim, bersama rekannya ingin melanjutkan kegiatan membatik yang dibawa oleh pengrajin tersebut. Lalu terbentuklah komunitas membatik untuk membuat batik tulis, cetak, dan ikat celup. Sekarang, komunitas ini menjadi kegiatan ekskul setiap Hari Jumat bernama Wardah (Wadah Kreativitas dari Anak-Anak Andal. Animo peminatnya cukup tinggi.

Sejak 2012, setia angkatannya banyak menghasilkan produk batik mulai dari mukena, syal, taplak meja, kemeja, baju batik seragam, dan lain sebagainya. Wasilah mengatakan, mereka membuat berbagai macam motif dari batik cetak. Misalnya motif Kota Amoy, Corak Insang, Kaung, Kantong Semar, Bunga Berjejer, Lidah Buaya, Paku Kapuas, Paku Uban atau Pakis, Pucuk Rebung, dan berbagai macam motif dayak Kalbar. Menariknya, empat motif batik karya SMKN 3 Pontianak ada yang berhasil dipatenkan, terdaftar dan punya hak cipta. Motif itu di antaranya Kota Amoy, Paku Kapuas,Lidah Buaya, dan Kantong Semar.

“Kalau batik cetak kita buatkan cap, kalau batik tulis biasanya kita bebaskan anak-anak untuk menggali kreativitasnya,” ungkap Wasilah.

Batik karya siswa SMKN 3 Pontianak ini sering dipesan oleh instansi maupun perusahaan swasta di Pontianak, termasuk Wali Kota Pontianak, Edi Kamtono. Pernah juga dilelang hingga senilai Rp4 juta dan pembelinya adalah orang Serawak, Malaysia. Apakah siswa-siswa ini memproduksi secara rutin di sekolahnya? Tentu saja tidak. Mereka baru membuatnya ketika ada permintaan. Begitu pula jika ada pameran, mereka akan memproduksi batik. Tetapi mereka turut memasarkan produknya via Instagram, dan Facebook. Biaya produksi dan peralatannya berasal dari sekolah.

“Pembiayaan dari sekolah, waktu itu ada dari luar Disperindag kita dapat bantuan berupa alat-alat. Uang yang didapat dari menjual batik ini juga disalurkan ke sekolah untuk membeli sejumlah perlengkapan batik,” paparnya.

Batik ikat celup karya mereka dijual seharga Rp150 ribu, batik cap Rp250 ribu, dan batik tulis Rp300 ribu. Biasanya batik tersebut diproduksi dalam waktu 3 sampai 7 hari, tergantung dari tingkat kesulitannya. Selain dari ekspo, mereka juga menjual produknya lewat media sosial, baik itu Instagram ataupun Facebook. Sementara itu, untuk pembiayaan sendiri, seluruh alat membatik dibiayai oleh sekolah. Menurut Wasilah, sejumlah alumni ada yang meneruskan usaha membatik ini. Ini sesuai harapannya. Ia ingin anak didiknya punya bekal ilmu membatik setelah lulus nanti.

5. Kalau pernah melihat kendaraan ini di Lombok, sebaiknya kamu harus berbangga. Dolis ini adalah karya guru dan siswa SMKN 3 Mataram yang sudah bisa diproduksi untuk umum

Potret Karya Siswa SMK di Penjuru NegeriCidomo listrik hasil karya SMKN 3 Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Cidomo merupakan alat transportasi para penduduk di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bedanya dengan dokar, Cidomo memakai roda berupa ban mobil bekas. Makanya kalau ke Pulau Gili Trawangan harus banget mencoba sensasi naik alat transportasi khas ini. Awalnya, Cidomo menggunakan tenaga kuda untuk menarik para penumpang maupun barang. Namun kini memakai tenaga mesin untuk mempercepat laju perjalanannya. Berbicara soal Cidomo, guru dan siswa SMKN 3 Mataram berhasil menciptakan cidomo listrik (Dolis) lho. Dolis bentuknya tidak jauh berbeda dengan Cidomo. Hanya saja, Dolis buatan mereka menggunakan tenaga listrik.

Proses pembuatannya merupakan hasil kolaborasi empat jurusan di SMKN 3 Mataram, yakni mesin, otomotif, listrik, dan las. Produk ini juga merupakan hasil riset ketiga mereka yang bekerja sama dengan PLN UIW NTB. Riset ini telah dilakukan sejak 2020, hingga Dolis mendekati sempurna untuk dipasarkan. Kini Dolis, produk kebanggaan siswa SMKN 3 Mataram sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

Dolis menggunakan baterai berkapasitas 3,5kWh dengan daya kotor 1,4kW. Dalam sekali pengisian baterai, kendaraan berpenumpang 4-5 orang ini mampu menempuh jarak hingga 40km. Kendaraan Dolis dirancang khusus untuk destinasi wisata, seperti kawasan Gili di Lombok Utara, dan KEK Mandalika Lombok Tengah. Harganya dijual Rp50 juta per unit. SMKN 3 Mataram menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebagai modal backup praktik yang dilakukan para siswa. Kemudian bekerja sama dengan PLN UIW NTB untuk penyiapan tenaga ahli dan peralatan.

"Jadi kerja sama dengan pihak ketiga. Tetapi jika ada orderan dari dari pembeli yaitu pemerintah daerah dan masyarakat umum," jelas Kepala SMKN 3 Mataram, Sulman Haris.

Dalam tiga tahun terakhir, banyak produk dari inovasi yang dilakukan guru dan siswa SMKN 3 Mataram. Bahkan sekarang ada Jurusan Teknik Dunia Industri yang sudah menghasilkan 15 produk yang dibutuhkan masyarakat sehari-hari. Seperti deterjen cair, parfum laundry, cairan pembersih, shampoo mobil, hand sanitizer, dan parfum untuk ibadah. Dalam pengembangan teknologi yang berkaitan dengan kendaraan listrik, SMKN 3 Mataram bekerja sama dengan PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTB melalui program PLN Peduli.

"Terus dilakukan pengembangan dengan cara memperbanyak mitra industri. Dua sampai tiga tahun terakhir banyak inovasi yang dihasilkan. Awalnya dari proses riset bekerja sama dengan PLN Peduli," terang Sulman.

Selain Dolis, guru dan siswa SMKN 3 Mataram juga membuat mobil listrik bernama R-One SMEKTI. Spesifikasi kapasitas motor penggeraknya 5 KW dan kapasitas baterai 72 V/100 Ah. Tenaga listriknya disalurkan ke sistem penggerak depan 4 kecepatan. R-One SMEKTI memiliki kecepatan hingga 50-60 km/jam dengan jarak tempuh mencapai 90km.

Mobil R-One SMEKTI pernah tampil di ajang Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2021 di Tangerang, Banten. SMKN 3 Mataram menjadi satu-satunya sekolah menengah yang mendapat undangan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ikut memamerkan hasil karyanya pada ajang yang bertaraf nasional tersebut.

6. Siswa SMKN 1 Klungkung bikin skincare dari daun dadap dan ekstrak bawang merah. Tapi, mereka gagal mengembangkan produknya karena masalah pengujian dan izin edar

Potret Karya Siswa SMK di Penjuru NegeriAktivitas inovasi siswa di SMK N 1 Klungkung (Dok.IDNTimes/SMKN 1 Klungkung)

SMKN 1 Klungkung di Provinsi Bali merupakan pelopor sekolah kejuruan di Kabupaten Klungkung. Cikal bakal sekolah ini sudah berdiri sejak tahun 1969. Hingga saat ini, SMKN 1 Klungkung telah membuka 8 bidang keahlian di antaranya Akutansi, Layanan Perbangkan, Bisnis Digital, Manajemen Perkantoran, Multemedia, Farmasi, Teknik Komputer dan Jaringan, serta Teknik Sepeda Motor.

Sesuai kompetensi yang diajarkan, para siswanya juga diarahkan untuk membuat produk sesuai bidang keahlian yang diajarkan. Misalnya Farmasi, pernah mengembangkan produk lulur, minyak urut, bath salt, serta skincare Cepa Thryna yaitu gel anti iritasi yang terbuat dari daun dadap (Erythrina variegata) dan ekstrak bawang merah.

Sementara dari Prodi Multimedia, siswa membuat mesin pencetak kartu pelajar dari kertas PVC dengan printer seri tertentu, serta tambahan alat yang dimodifikasi. Sehingga biaya produksinya jauh lebih murah, tapi hasilnya hampir sama dengan alat pencetak kartu yang harganya 10 hingga 15 kali lipat dari harga printer yang dimodifikasi.

Alat ini pernah dipamerkan dalam pameran produk kreatif dan TIK tahun 2018 di Dinas Pendidikan Provinsi Bali. Sampai sekarang alat tersebut masih beroperasional dan digunakan di Unit Produksi Studio Foto dan Percetakan Multimedia. Bahkan menerima orderan untuk mencetak kartu pelajar di sekolah sendiri, dan sekolah lainnya.

"Karya yang pernah dilombakan yaitu Cepa Thryna di ajang Lomba Kompetensi Peserta Didik Farmasi Tingkat Nasional yang diadakan oleh Asosiasi Pendidikan Menengah Farmasi Indonesia pada bulan Agustus 2023 dan meraih predikat Best Innovative Products," ungkap Kepala Sekolah SMK N 1 Klungkung, I Wayan Siarsana, Sabtu 19 November 2023.

Inovasi yang dikembangkan siswa di SMK N 1 Klungkung mendapat pendanaan dari berbagai sumber. Ada dari BOS, dan unit di program studi. Misalnya produk skincare Cepa Thtyna, pendanaannya dari BOS. Sedangkan mesin cetak modifikasi, mendapatkan sumber pendanaan dari Unit Produksi Studio Foto dan Percetakan, yang dikelola oleh kelas di bidang keahlian multimedia.

"Awal ide di unit produksi atas kolaborasi guru dan siswa. Sehingga pembiayaan awal ada di Unit Produksi Studio Foto dan Percetakan. Unit produksi yang menyediakan biaya awal untuk alat dan bahan," kata Siarsana.

Namun ada beberapa kendala yang membuat beberapa produk karya siswa SMKN 1 Klungkung ini tidak bisa dikembangkan, atau dipasarkan secara massal. Seperti skincare Cepa Thtyna. Produk ini terkendala masalah pengujian dan izin edar produk. Menurut Siarsana, harus ada bantuan dari pemerintah untuk memberikan akses pengembangan dan mempermudah perizinan produk hasil dari inovasi siswa.

"Kalau alat cetak modifikasi, produknya masih berlanjut dan berkembang di Unit Produksi Studio Foto dan Percetakan. Digunakan untuk melatih siswa dan menghasilkan biaya untuk pembiayaan unit produksi," jelasnya.

7. Mengapa siswa SMK dituntut untuk terus berinovasi?

Potret Karya Siswa SMK di Penjuru NegeriKegiatan inovasi di SMK PGRI 2 Badung (Dok.IDN Times/SMK PGRI 2 Badung)

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2 Badung di Provinsi Bali sebentar lagi akan memamerkan karyanya di Hotel Kartika Plaza, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Senin (21/11/2023). Yaitu mobil konversi. Keikutsertaannya ini adalah permintaan dari komunitas penggemar motor listrik, dan mobil listrik untuk menampilkan karya inovasi yang terbarukan. Tapi kesampingkan dulu pembahasan karya-karya mereka. Sebab penasaran banget, kenapa siswa SMK dituntut untuk berinovasi terus-terusan ya?

Menurut Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 2 Badung, I Gusti Ketut Sukadana, hal yang ia anggap penting soal inovasi adalah perubahan mindset guru, dan pegawai SMK PGRI 2 Badung lebih dulu. Mengapa demikian? Karena anak-anak saat ini tidak harus dicekoki keilmuan terus-menerus. Guru dituntut untuk memberikan perhatian terkait inovasi yang meningkatkan kreativitas anak-anak. Sehingga mereka juga bisa menemukan hal-hal terbaru dalam inovasi tersebut.

“Kami sebenarnya inovasi perubahan mindset guru, dan pegawai yang sebenarnya lebih penting bagi kami, di sekolah kami. Kenapa demikian? Pusat belajarnya kan ada di anak-anak. Artinya, semua guru harus fokus kepada anak ini, setelah tamat akan menjadi apa dia?” ungkapnya.

Untuk lebih mematangkan para siswa, pihak sekolah juga memiliki program Teaching Factory, atau pembelajaran berbasis industri. Pihaknya bekerja sama dengan Astra Honda, yang kemudian dipasangkan dengan bengkel sepeda motor Ahass Kembang Motor di Mengwitani. Para siswa ini kemudian diberi tanggung jawab merawat sekitar 450 unit kendaraan bermotor milik keseluruhan siswa SMK PGRI 2 Badung. Mereka diminta merawat setiap hari secara bergiliran.

“Kita ada teaching factory. Pembelajara berbasis industri. Jadi kami membuka bengkel resmi Honda di sekolah. Dikelola oleh Kembang Motor,” katanya.

Para siswa tersebut juga diperkenankan merawat sepeda motor keluarganya yang rusak untuk dibawa ke sekolah. Sehingga bisa diperbaiki oleh mereka, dan biayanya tidak begitu mahal. Begitu juga dengan kendaraan mobil milik guru-guru.

“Anak-anak lebih suka sepedanya diservis di sekolah sembari belajar sebelum terjun magang di Ahass-Ahass di Bali,” jelasnya.

SMK PGRI 2 Badung punya 3 jurusan di antaranya Teknik dan Bisnis Sepeda Motor, Teknik Kendaraan Ringan Otomotif, dan Multimedia. Saat ini tercatat sebanyak 560 siswa yang bersekolah di SMK PGRI 2 Badung. Selain kompetensi sesuai jurusan, para siswa diajarkan inovasi terbarukan lainnya. Seperti memproduksi dupa herbal yang bahannya dari Kalimantan, jamur krispi untuk memanfaatkan jamur tiram yang simpan segarnya sangat rendah.

“Kami memberikan ketrampilan inovasi lain selain kompetensi mereka. Bagaimana mereka bisa membuat dupa herbal gaharu. Jadi kami sudah memproduksi itu, terus dipasarkan. Jadi kita tidak hanya membuat produk saja, tetapi kita harus mampu memasarkan,” katanya.

Lalu dari mana pendanaan seluruh kegiatan inovasi di sekolah ini? Untuk melakukan inovasi-ivonasi tersebut, Sukadana mendapatkan dana BOS, yang senilai Rp2.200.000 per anak per tahun. Ditambah Dana dari Komite yang disisihkan untuk kebutuhan-kebutuhan mereka.

“Dana itu sudah diatur oleh pemerintah pengunaannya untuk apa, kalau untuk pembelajaran bisa displit. Kami ambil dana dari sana,” jelasnya.

SMK ini sudah ditetapkan menjadi SMK Pusat Keunggulan, pembiayaan proyek-proyek, dan kegiatan operasional sekolah yang bantuannya dari pemerintah pusat. Tetapi bantuan pendanaan ini diungkapnya berakhir hingga Desember 2023. Selanjutnya pemerintah pusat berharap agar tanggung jawab ini diambil alih oleh pemerintah daerah.

“Kan ada Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberi pusat ke daerah. Itu mestinya yang harus dipakai. Sekarang tergantung siapa gubernurnya. Sekang SMA SMK kan ada di Provinsi,” ujarnya.

8. Jangan melulu bicara inovasi dulu ya. Ada nih SMK yang lokasinya di tengah hutan dan akses jalannya sulit dilalui oleh kendaraan

Potret Karya Siswa SMK di Penjuru NegeriSiswa SMKN 1 Curugbitung, Lebak, Provinsi Banten. (IDN Times/Khaerul Anwar)

Kamu pernah membayangkan bersekolah di tengah hutan dan harus melewati jalan yang sulit diakses oleh kendaraan? Cobalah main ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Curugbitung, Lebak, Provinsi Banten. Sekolah ini letaknya di perbatasan Provinsi Banten dengan Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar). Sekolahnya sih di tengah hutan, namun sebagian besar siswanya merupakan warga Jawa Barat. Pada TA 2023-2024, sebanyak 380 siswa belajar di empat jurusan SMKN 1 Curugbitung. Yaitu agribisnis tanaman pangan dan hortikultura, bisnis daring dan pemasaran, asisten keperawatan, serta bisnis daring dan pemasaran. Kenapa malah banyak siswa yang memilih bersekolah di sini?

Menurut Kepala Sekolah SMKN I Curugbitung, Sukarno, SMKN 1 Curugbitung merupakan satu-satunya sekolah kejuruan negeri yang ada di sekitar Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jabar. Ia tidak bisa menolak ketika warga Jabar berminat mencari ilmu di sekolahnya. Sebab, semua anak bangsa memiliki hak yang sama untuk mengakses pendidikan. Jadi, jangan dikira sekolahnya berada di tengah hutan lantas tidak memiliki fasilitas, sarana, kedisiplinan, prestasi, dan lulusn yang sangat kompetitif. Saat ini sejumlah sarana sedang dibangun di sekolah ini seperti ruang praktik siswa, ruang UKS, laboratorium, toilet, ruang OSIS, dan ruang bimbingan konseling.

"Alhamdulillah, trust kita di sini semakin meningkat karena pola penyelenggaraan pendidikan kita adopsi dari sekolah besar. Dan disiplin kita terapkan," kata kata Sukarno, Kamis 16 November 2023.

Tingkat kedisiplinan gurunya juga tidak boleh diremehkan. Guru mata pelajaran IPAS dari Karawaci, Yuliasari, harus pergi-pulang naik empat jenis moda transportasi ke sekolah setiap hari: motor, KRL, angkot, dan ojek. Ia mengeluarkan ongkos pergi-pulang Rp66 ribu setiap hari. Dia tidak pernah datang terlambat. Gimana cara mengatur jadwalnya biar disiplin seperti itu ya? Ia berangkat dari rumah pukul 05.30 WIB naik motor. Terus melanjutkan perjalanan naik KRL dari stasiun Cisauk pukul 06.00 WIB dan tiba Stasiun Tenjo pukul 6.40 WIB. Dari stasiun naik angkot itu memakan waktu 30 menit. Baru sampai di sekolah pukul 7.10 WIB. Apakah tidak kecapaian?

"Lebih banyak sukanya, (sebab) lebih beragam variasi ketemu anak," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Tabrani, tidak mempermasalahkan warga luar Banten yang memilih bersekolah di SMKN 1 Curugbitung. Ia memaklumi karena sekolah untuk tingkatan itu cukup jauh di sekitar Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jabar.

Tabrani memastikan pihak sekolah tidak menganaktirikan bahkan mem-bully warga Jabar yang menjalani pendidikan di sekolah ini. Malah mereka terlihat senang dan semangat mengikuti belajar.

"Saya cek tidak ada terintimidasi, apalagi bullying. Bahkan mereka bahagia dan gembira," katanya.

Penulis: Imron, Eko Agus Herianto, Teri, Muhammad Nasir, Ayu Afria, Wayan Antara, Wira Sanjiwani, Khairil Anwar

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya