Pelaksanaan Tradisi Maburu di Desa Adat Panjer. (YouTube.com/JEJAK BALI)
Prosesi Maburu diawali dengan prosesi mengelilingi Pura Bale Agung sebanyak tiga kali (ngider bhuana), sambil diiringi oleh gamelan baleganjur. Beberapa orang akan mulai kesurupan (kerauhan). Orang yang kerauhan tersebut akan berlari menuju ke Pura Tegal Penangsaran yang masih berada di wilayah Desa Adat Panjer. Ia seolah-olah seperti orang yang sedang mencari sesuatu (maburu) ke Pura Tegal Penangsaran.
Masyarakat lainnya turut mengiringi ke Pura Tegal Penangsaran. Mereka kemudian berkumpul di area jaba sisi (area terluar) Pura Tegal Penangsaran. Upacara diawali dengan prosesi mecaru (persembahan suci). Setelah mecaru, prosesi dilanjutkan dengan penyamblehan beberapa sarana seperti bebek putih, ayam putih, dan anak babi hitam jantan yang masih kecil atau kucit butuan. Keris pusaka Ida Bhatara Pura Tegal Penangsaran digunakan untuk nyambleh atau menyembelih ayam, bebek, dan anak babi tersebut.
Ayam, bebek, dan babi hitam merupakan simbol Tri Guna atau tiga sifat yang ada di tubuh manusia. Sifat tersebut antara lain Sattwam (bijaksana, tenang), Rajas (energik, agresifm dan ambisius), dan Tamas (malas dan lamban). Maburu menjadi simbol untuk mengubah sifat raksasa yang ada di dalam tubuh manusia menjadi sifat dewa.
Tradisi Maburu merupakan tradisi warisan leluhur yang memiliki nilai sakral dan dipenuhi suasana magis. Masyarakat Desa Adat Panjer melestarikan tradisi ini agar selalu mendapatkan perlindungan dari kekuatan-kekuatan negatif yang sering mengganggu kehidupan manusia.