Wacana PJJ Bakal Permanen, Masih Ada Siswa di Bali Tak Punya Handphone

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) perlu dikaji lagi

Denpasar, IDN Times - Wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, yang mengatakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akan dibuat menjadi permanen setelah pandemik COVID-19 perlu dikaji lebih banyak. Sebab hambatan di lapangan ada berbagai macam. Selain menyesuaikan dengan kondisi lapangan, kondisi finansial masyarakat juga perlu diperhatikan.

Masih ada siswa yang tidak punya handphone. Bahkan ada yang meminta bantuan ke tetangga selama belajar daring (Online).

Satu di antaranya seperti Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Bali Mandara yang berlokasi di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Sekolah ini diperuntukkan bagi siswa berprestasi dari keluarga miskin dari seluruh Provinsi Bali. Biaya pendidikan sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali. Sebelum pandemik, seluruh siswa SMAN Bali Mandara biasanya langsung tinggal di asrama sekolah setempat. Namun sejak edaran belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah, seluruh siswa tidak ada yang tinggal di asrama sekolah dan tinggal di rumah masing-masing.

Para siswa SMAN Bali Mandara pun mengikuti pembelajaran daring dari rumah masing-masing sejak pertengahan Maret 2020, sama seperti siswa sekolah lain. Menurut Kepala SMA Negeri Bali Mandara, Drs I Nyoman Darta MPd, karena merupakan siswa kurang mampu, memang masih ada siswa yang tidak punya handphone.

“Untuk pembelajaran jarak jauh selama pandemik, kami menggunakan mode daring, yakni Google classroom untuk kelas XI dan XII, dan kelas X menggunakan WA (WhatsApp) group. Kalau kelas XI dan XII rata-rata sudah punya (Handphone), tapi yang harganya tidak mahal-mahal, yang penting android,” ungkapnya ketika dihubungi IDN Times, Minggu (12/7/2020).

1. Masih ada siswa yang tidak punya handphone. Ada yang minta bantuan ke tetangga selama belajar daring

Wacana PJJ Bakal Permanen, Masih Ada Siswa di Bali Tak Punya HandphoneIlustrasi belajar dari rumah (IDN Times/Arief Rahmat)

Karena keterbatasan itu, tak jarang siswa yang tidak memiliki handphone harus belajar luring (Luar jaringan). Bahkan ada yang meminjam handpdhone ke tetangga agar bisa mengikuti pembelajaran daring.

“Untuk kelas X kami berlakukan WA group. Yang tidak punya, bisa pinjam ke HP tetangganya untuk men-download materi di grup. Setelah di-download dengan bantuan tetangga, murid kemudian mengerjakan materi. Ketika meng-upload tugas, minta bantuan tetangganya lagi,” terangnya.

“Ada juga beberapa siswa yang masih luring (Luar jaringan). Mereka sama sekali tidak punya HP, kuota, dan jaringan internet di daerahnya karena tempat tinggalnya di pelosok sekali. Akhirnya, guru-guru kami yang mencari ke rumahnya. Guru-guru kami di SMAN Bali Mandara berasal dari seluruh Bali. Misalnya siswa yang belajar luring dari Tabanan, maka guru yang berasal dari Tabanan yang mengajar ke rumahnya,” jelas Darta.

2. Kuota dan jaringan internet jadi hambatan utama

Wacana PJJ Bakal Permanen, Masih Ada Siswa di Bali Tak Punya HandphoneIlustrasi sekolah dari rumah. IDN Times/Rosa Folia

Nyoman Darta melanjutkan, SMAN Bali Mandara mengadakan polling kepada siswanya terkait pembelajaran daring yang telah dilakukan selama tiga bulan pandemik. Ada dua hambatan utama yang ditemui dalam komunikasi saat pembelajaran berlangsung. Yaitu kuota internet dan jaringan internet.

“Ada dua hambatan utama dalam pembelajaran daring ini yakni kuota internet dan jaringan internet. Ada anak-anak yang tidak bisa beli kuota, ada anak-anak yang bisa beli kuota tapi tidak ada jaringan di daerahnya. Karena rumahnya kan di pelosok-pelosok,” kata dia.

Untuk dua hambatan tersebut, SMAN Bali Mandara sudah merevisi Rancangan Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dialokasikan untuk membantu siswa berupa paket data.

“Sebelumnya memang belum, sekarang sudah ada peraturan menteri yang mengizinkan dana BOS dipakai untuk membelikan siswa kuota internet pada tahun ajaran baru ini,” jelasnya.

Sedangkan untuk hambatan jaringan internet, SMAN Bali Mandara juga sudah menyampaikan kepada orangtua agar memanfaatkan fasilitas program Bali Smart Island Pemprov Bali. Yakni fasilitas Wi-Fi gratis di balai-balai banjar.

“Kami sudah sampaikan surat edaran kepada orangtua, kalau di balai banjar-balai banjar desa adat kan sekarang ada Bali Smart Island, programnya Pemprov Bali. Kami harapkan orangtua mau mengantarkan anaknya ke sana. Kalau memang jauh, ya terpaksa ke tetangga sebelah atau tetanggan yang paling dekat dan yang punya jaringan internet,” ucap Darta.

3. Pembelajaran jarak jauh dinilai belum maksimal dalam menilai afektif atau sikap siswa

Wacana PJJ Bakal Permanen, Masih Ada Siswa di Bali Tak Punya HandphoneIlustrasi siswa SMA. IDN Times/Sukma Sakti

Darta menilai, bukan tidak mungkin dunia pendidikan ke depan akan mengarah pada pembelajaran jarak jauh. Namun yang masih perlu mendapat perhatian adalah bagaimana caranya menilai afektif (Sikap) siswa dalam menerapkan pembelajaran daring. Sebab afektif akan maksimal bisa dinilai ketika pembelajaran tatap muka. Selain itu, aspek kognitif dan psikomotorik juga lebih mudah dinilai jika melalui pengamatan dan tatap muka secara langsung.

“Memang tetap peran guru itu tidak bisa tergantikan. Ada tiga penilaian yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kalau tatap muka bisa langsung dilihat ketiga-tiganya. Kalau secara daring, nilai afektifnya yang masih susah, belum maksimal bisa dilakukan saat daring. Sehingga masih perlu dipikirkan caranya,” kata dia.

4. Siapkan absensi online untuk pembelajaran jarak jauh

Wacana PJJ Bakal Permanen, Masih Ada Siswa di Bali Tak Punya HandphoneIlustrasi Sekolah di Tengah Pandemik COVID-19 (ANTARA FOTO/REUTERS/Athit Perawongmetha)

Sementara sekolah di perkotaan seperti SMAN 1 Denpasar, secara umum berada di wilayah yang kondisi jaringan internetnya bagus. Meski demikian, kerapkali gangguan jaringan juga menjadi kendala utama selama pembelajaran jarak jauh. Selain itu, kerumitan lain yang juga dirasakan adalah ketika mendata siswa dan nomor telepon yang dipakai.

“Yang paling rumit itu siswa kelas X atau siswa baru. Begitu mereka diterima secara virtual, mereka kami minta mengisi form dalam bentuk jaringan, mengisi nama, nomor HP yang bisa dihubungi dan ada WA-nya. Karena itulah yang nanti kita akan pakai pegangan dalam proses pembelajaran daring,” ungkap Kepala SMAN 1 Denpasar, M Rida.

Selama pembelajaran jarak jauh, SMAN 1 Denpasar juga akan menyiapkan absen online untuk memudahkan proses pembelajaran.

“Kalau siswa masuk kelas, gampang absensinya. Kalau daring, ini yang susah. Sedang dibuatkan sistem oleh tim IT kami. Mungkin setiap pembelajaran, siswa diwajibkan mengisi form kehadiran,” ujarnya.

5. Guru-guru diberikan pelatihan cara pembelajaran jarak jauh

Wacana PJJ Bakal Permanen, Masih Ada Siswa di Bali Tak Punya HandphoneIlustrasi guru. IDN Times/Sukma Sakti

Dari pembelajaran jarak jauh ini, guru-guru diharapkan kreatif dan beradaptasi ke arah daring. Mau tidak mau, para guru harus belajar menyesuaikan diri dalam melakukan proses mengajar. Saat ini, semua guru di SMAN 1 Denpasar sudah mengikuti pelatihan khusus secara daring selama sebulan untuk proses pembelajaran jarak jauh ini.

“Guru-guru kami dapat pelatihan khusus secara daring, tekniknya seperti apa, pengambilan materinya seperti apa, dan lain-lain. Atau guru juga bisa jadi model pembelajaran. Kemarin, saat masa-masa pandemik, kami sempat kelabakan karena tidak siap. Jadi dengan pengalaman pembelajaran secara online selama pandemik kemarin, guru-guru pelatihan lagi karena akan memasuki tahun ajaran baru,” tutup Rida.

6. Harus adaptasi dan inovasi metode pembelajaran

Wacana PJJ Bakal Permanen, Masih Ada Siswa di Bali Tak Punya HandphoneIDN Times/Sukma Sakti

Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, mengatakan para kepala sekolah maupun para guru untuk terus melakukan adaptasi serta inovasi dalam metode pembelajaran, yang disesuaikan dengan kondisi sekarang. Tidak hanya sarana prasarana penunjang seperti sarana WiFi, laptop, handphone saja yang harus dipersiapkan. Tetapi juga para guru harus mampu menyajikan pembelajaran secara menarik dan efisien. Sehingga mudah dipahami para siswa dan tidak membuat mereka bosan.

“Guru harus bisa menyajikan materi pembelajaran dalam konteks online dengan sangat baik. Di samping dari sisi guru dan sarana prasarana, sekolah juga harus memastikan kemampuan akses siswa untuk melakukan pembelajaran secara daring. Kita harus perhatikan juga kemampuan financial siswa dalam mengakses daring tersebut,” ungkap Dewa Indra yang melakukan tatap muka secara virtual dengan para kepala sekolah serta guru SMA Negeri/Swasta, SMK, serta SLB se-Bali, Jumat (10/7/2020) lalu.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya