ilustrasi demonstrasi rakyat di Paris yang memicu Revolusi Prancis 1789 (commons.wikimedia.org/Unidentified painter)
Pada 14 Juli 1789, ribuan rakyat Paris menyerbu Bastille, sebuah penjara dan benteng tua yang saat itu dianggap simbol kekuasaan raja yang sewenang-wenang. Meskipun hanya ada tujuh orang tahanan di dalamnya, Bastille tetap dilihat sebagai lambang penindasan dan ketidakadilan. Serangan ini dipicu oleh krisis pangan, mahalnya harga roti, dan ketakutan bahwa Raja Louis XVI akan menekan gerakan reformasi. Dengan menyerbu Bastille, rakyat ingin menunjukkan bahwa mereka tidak lagi takut pada kekuasaan absolut.
Keberhasilan merebut Bastille menjadi awal dari Revolusi Prancis. Penjara itu dihancurkan, dan peristiwa ini menandai lahirnya semangat baru untuk memperjuangkan kebebasan dan kesetaraan. Tanggal 14 Juli kemudian ditetapkan sebagai Hari Nasional Prancis atau Bastille Day, yang hingga kini dirayakan sebagai simbol kekuatan rakyat. Peristiwa ini menjadi titik awal demonstrasi publik yang mengubah jalannya sejarah Prancis, di mana rakyat bersama-sama mampu merobohkan simbol penindasan dan membangun kerajaan rakyat yang lebih adil.
Dari Athena hingga Paris, sejarah mencatat bahwa demonstrasi publik selalu lahir dari keresahan rakyat yang ingin didengar. Aksi-aksi itu menunjukkan bahwa keberanian untuk bersuara bisa mengguncang sistem yang paling kokoh sekalipun, sekaligus meninggalkan warisan penting tentang arti kebersamaan dan perjuangan. Hingga kini, semangat itu masih terasa relevan, mengingatkan kita bahwa suara rakyat punya kekuatan untuk menentukan arah masa depan.
Referensi
“Early Centuries of the Roman Republic”. Diakses September 2025. Britannica
“Peasants’ Revolt”. Diakses September 2025. Britannica
“Storming of the Bastille”. Diakses September 2025. Britannica
“The Role of the Athenian Agora In Ancient Democracy”. Diakses September 2025. The Archaeologist
“1578 De Alteratie”. Diakses September 2025. Gemeente Amsterdam