Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Umat Hindu sedang bersembahyang di pura. (unsplash.com/Hakan Nural)

Pada April 2025, umat Hindu akan merayakan beberapa hari suci. Ada yang jatuh setiap bulan, ada juga yang dilaksanakan setiap 210 hari sekali.

Ada dua hari suci penting atau besar bagi umat Hindu, khususnya di Bali. Yaitu rangkaian Hari Raya Galungan serta Purnama Kadasa. Berikut adalah daftar rahinan Hindu Bali April 2025.

1. Kajeng Kliwon

Sarana upacara segehan. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Kajeng Kliwon merupakan rahinan atau hari suci saat bertemunya Tri Wara (Pasah, Beteng, Kajeng) yaitu Kajeng dan Pancawara (Paing, Pon, Wage, Kliwon, Umanis) yaitu Kliwon. Kajeng Kliwon sering dikatakan sebagai hari keramat bagi umat Hindu di Bali. Saat Kajeng Kliwon, umat Hindu menghaturkan sarana upacara seperti segehan, tipat dampulan, dan canang. Hal ini bertujuan untuk menetralisir kekuatan-kekuatan negatif agar masyarakat mendapatkan keselamatan dan kerahayuan.

Pada April 2025 terdapat dua rahinan Kajeng Kliwon. Pertama jatuh pada Kamis (3/4/2025), Wraspati Kliwon, wuku Warigadean. Sedangkan Kajeng Kliwon kedua jatuh pada Jumat (18/4/2025), Sukra Kliwon, wuku Sungsang.

2. Purnama sasih kadasa

Umat bersembahyang di Pura Besakih. (unsplash.com/Aditya Nara)

Purnama Kadasa jatuh pada Sabtu (12/4/2025), Saniscara Wage, wuku Julungwangi. April 2024 memasuki sasih kadasa (bulan kesepuluh dalam kalender Bali). Sasih kadasa dipercaya sebagai bulan yang paling suci di antara 12 sasih yang ada. Begitu halnya dengan Purnama Kadasa menjadi rahinan Purnama paling suci di antara purnama lainnya. Menurut Lontar Sundarigama, Purnama Kadasa merupakan inti dari Purnama-purnama lainnya.

Pada Purnama Kadasa, umat Hindu memuja Sang Hyang Surya Amerta. Bertepatan dengan Purnama Kadasa, Pura Penataran Agung Besakih melangsungkan piodalan (upacara) yang disebut dengan upacara Ida Bhatara Turun Kabeh. Seluruh umat Hindu akan secara bergantian melakukan persembahyangan ke pura terbesar yang ada di Kabupaten Karangasem.

3. Tilem sasih kadasa

Proses pembuatan canang atau dikenal dengan istilah metanding. (YouTube.com/Kemensos RI)

Dikutip dari Lontar Sundarigama, saat Tilem dipercaya sebagai harinya Dewa Surya beryoga. Pada April 2025, rahina Tilem jatuh pada Minggu (27/4/2025), Redite Wage, wuku Langkir. Tilem pada April 2025 termasuk dalam sasih kadasa.

Sarana upacara yang dipersembahkan lebih sedikit dari pada rahinan Purnama. Umat Hindu mempersembahkan sarana upacara canang dan segehan. Hal ini bertujuan untuk memohon berkah dan anugerah dari Ida Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa.

4. Sugihan Jawa dan Sugihan Bali

Pelaksanaan piodalan di sanggah atau pura keluarga. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Sugihan Jawa dan Sugihan Bali merupakan rahinan yang berkaitan dengan perayaan Hari Raya Galungan. Sugihan Jawa pada April 2025 ini jatuh pada Kamis (14/4/2025), Wraspati Wage, wuku Sungsang. Menurut Lontar Sundarigama, rahinan Sugihan Jawa memiliki makna untuk memohon penyucian atau pembersihan alam semesta atau makrokosmos atau dalam Hindu disebut dengan Bhuwana Agung. Pelaksanaan Sugihan Jawa disimbolkan dengan membersihkan rumah, tempat suci, halaman rumah, dan lingkungan sekitarnya.

Sugihan Bali jatuh pada sehari setelah Sugihan Jawa. Pada April 2025, Sugihan Bali jatuh pada Jumat (18/4/2025), Sukra Keliwon, wuku Sungsang. Saat Sugihan Bali, umat Hindu melakukan penyucian Bhuwana Alit atau mikrokosmos yang disimbolkan sebagai tubuh manusia itu sendiri. Biasany, umat Hindu melakukan prosesi melukat untuk membersihkan diri secara lahir dan batin. Sugihan Jawa dan Sugihan Bali bertujuan untuk membersihkan manusia beserta alam agar menjadi bersih dan suci saat menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan.

5. Penyajaan Galungan

Prosesi Galungan di salah satu desa di Bali. (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Menurut Lontar Sundarigama, Penyajaan Galungan merupakan hari di mana umat Hindu melakukan pengendalian diri dari kekuatan negatif. Umat Hindu diharapkan memiliki keteguhan hati dan tidak tergoda untuk melakukan hal-hal yang dapat mengurangi kesucian Hari Raya Galungan. Pada April 2025, Penyajaan Galungan jatuh pada Senin (21/4/2025), Soma Pon, wuku Dungulan.

Disebutkan bahwa pada hari suci ini, Sang Bhuta Dungulan turun untuk mengganggu umat Hindu yang akan merayakan Hari Raya Galungan. Sang Bhuta Dungulan ini merupakan simbol dari kekuatan negatif yang ada di alam semesta ini. Pada Penyajaan Galungan, umat Hindu sudah mempersiapkan sara upacara untuk Hari Raya Galungan seperti penjor, jaja (kue), buah, dan lainnya.

6. Penampahan Galungan

Tradisi mebat atau ngelawar. (instagram.com/savetuakjaka)

Lontar Sundarigama menyebutkan bahwa Sang Hyang Kala Tiga turun pada saat Penampahan Galungan. Simbol kekuatan negatif ini bertujuan untuk mengganggu umat Hindu yang akan merayakan Hari Raya galungan. Oleh karena itu, umat Hindu melakukan persembahan saat Penampahan Galungan untuk menetralisir kekuatan negatif dari Sang Hyang Kala Tiga.

Umat Hindu melakukan penampahan (pemotongan hewan) babi sebagai simbol untuk menghilangkan kekuatan negatif yang disimbolkan oleh babi. Daging babi ini nantinya sebagian digunakan sebagai sarana upacara, dan sebagian lagi untuk dikonsumsi. Penampahan Galungan pada April 2025 ini jatuh pada sehari sebelum Hari Raya Galungan, tepatnya pada Selasa (22/4/2025), Anggara Wage, wuku Dungulan.

7. Hari Raya Galungan

Prosesi Galungan di salah satu desa di Bali. (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Hari Raya Galungan jatuh pada Rabu (23/4/2025), Buda Kliwon, wuku Dungulan. Hari Raya Galungan merupakan simbol kemenangan Dharma atas Adharma. Hari suci ini disambut dengan penuh suka cita dan rasa syukur oleh seluruh umat Hindu.

Umat Hindu melakukan persembahan kepada para Dewa dan leluhur dengan sarana yang telah disiapkan sebelumnya. Persembahyangan dilakukan di berbagai tempat suci. Mulai dari tempat suci yang ada di rumah (sanggah atau merajan), Pura Khayangan Desa (Pura Dalem, Pura Puseh, dan Pura Desa), hingga ke Pura Kawitan. Umat Hindu melakukan persembahyangan untuk memohon berkah dan karunia dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

8. Manis Galungan

Prosesi Galungan di salah satu desa di Bali. (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Hari Umanis Galungan atau Manis Galungan jatuh pada sehari setelah Hari Raya Galungan. Tepatnya pada Kamis (24/4/2025), Wraspati Umanis, wuku Dungulan. Biasanya tidak ada persembahan khusus pada rahinan ini.

Pada saat Manis Galungan, umat Hindu melakukan silaturahmi dengan mengunjungi keluarga atau kerabatnya. Masyarakat di Bali memilih untuk berwisata atau rekreasi pada Manis Galungan. Mereka akan mengunjungi tempat wisata bersama keluarga.

9. Pemaridan Guru, Ulihan, dan Pemacekan Agung

Ilustrasi umat Hindu saat upacara di Pura. (unsplash.com/Ruben Hutabarat)

Ada beberapa rentetan hari suci atau rahinan yang menjadi rangkaian setelah Hari Raya Galungan. Antara lain rahinan Pemaridan Guru, Ulihan, dan Pemacekan Agung. Saat Pemaridan Guru, umat Hindu bersembahyang untuk mengucapkan terima kasih karena telah diberi berkah saat merayakan Hari Raya Galungan. Pamaridan Guru jatuh pada Sabtu (26/4/2025), Saniscara Pon, wuku Dunggulan.

Berikutnya ada rahinan Ulihan yang jatuh pada Minggu (27/4/2025), Redite Wage, wuku Kuningan atau enam hari sebelum Hari Raya Kuningan. Hari ini merupakan hari pertama wuku Kuningan. Pada saat Ulihan, umat Hindu melakukan introspeksi diri atau mulat sarira, serta selalu ingat kepada para leluhur yang selalu membimbing dalam kehidupan ini. Ulihan juga dipercaya sebagai hari kembalinya para Dewata ke kahyangan.

Pemacekan Agung memiliki makna agar umat Hindu memiliki tekad yang kuat untuk melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa beserta kekuatan suciNya. Serta, sebagai simbol pengingat bagi umat Hindu tentang kemenangan Dharma melawan Adharma. Rahinan Pemacekan Agung jatuh pada Senin (28/4/2025), Soma Kliwon, wuku Kuningan.

Daftar rahinan Hindu Bali April 2025 di atas bisa menjadi pedoman untuk mempersiapkan segala sarana persembahan. Setiap pelaksanaan rahinan seyogyanya dilakukan dengan rasa tulus ikhlas dan penuh kedamaian.

Editorial Team