Setiap manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Meski begitu, masih banyak manusia yang hidup individu. Sehingga memunculkan kesenjangan sosial. Namun, Bali berupaya menjaga kerukunan antarwarga melalui adat dan tradisnya secara turun temurun. Contohnya seperti lima tradisi di Bali untuk menjaga kerukunan, berikut ini.
5 Cara Unik Warga Bali Menjaga Kerukunan

1. Tradisi Ngejot untuk manusia dan Sang Pencipta
Dalam kehidupan sosial, tentu kita harus saling memberi. Ngejot merupakan tradisi saling memberi yang populer di Indonesia, termasuk Bali. Warga yang mengadakan upacara dan acara tertentu ngejot ke warga lain dengan memberi makanan khas.
Selain itu, warga juga memberi sesajen dan sembako kepada warga yang mengadakan upacara atau acara. Ngejot di Bali tidak hanya ditunjukkan kepada sesama manusia. Tetapi juga kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui banten saiban berupa nasi, lauk, dan sayur yang dihaturkan sehabis memasak. Rasa persaudaraan dan syukur jelas terasa melalui tradisi ini.
2. Ngayah dilakukan oleh pria maupun perempuan
Ngayah merupakan tradisi kekeluargaan dan kebersamaan berupa gotong royong. Dalam setiap upacara dan acara tertentu, warga dalam suatu dusun atau desa berbondong-bondong bergotong royong untuk mempersiapkan sesuatu mengenai upacara yang dilaksanakan.
Para perempuan biasanya mejejahitan (Membuat sarana banten untuk dipakai upacara. Contoh: canang) dan membuat sesajen. Sedangkan laki-laki melakukan mebat yaitu membuat makanan khas Bali seperti lawar, satai, urutan, babi guling dan lainnya, dengan didahului oleh nampah atau memotong babi, ayam, itik, dan lainnya.
Selain itu, laki-laki juga mempersiapkan sarana upacara lainnya. Tradisi ini masih tetap eksis di Bali, dan mampu membangun semangat kekeluargaan serta kebersamaan.
3. Tradisi Megibung atau makan bersama justru jadi tradisi
Megibung atau makan bersama dalam satu atau beberapa wadah merupakan tradisi yang masih kental di Bali. Biasanya selesai ngayah, warga akan berkumpul dalam pola memanjang dan lingkaran dalam satu atau beberapa wadah makanan yang berisi nasi, dan makanan khas bali seperti lawar, sate, bali guling, urutan dan lainnya.
Mereka secara bersama-sama menikmati makanan khas Bali. Tradisi ini membuktikan bahwa dalam makan, kita harus selalu bersama dan berbagi agar menciptakan kerukunan antarwarga. Tradisi ini bahkan populer di luar Bali.
4. Bermain meceki dan tajen jadi tradisi untuk kerukunan
Meceki dan tajen (Sabung ayam) sebenarnya adalah judi. Saat ini judi dilarang di Indonesia. Namun, Tradisi Meceki dan tajen masih tetap eksis di Bali. Permainan ini hanya boleh dimainkan oleh orang di atas usia 17 tahun.
Dalam Meceki disediakan meja. Warga duduk melingkar dan bermain ceki atau sejenis kartu. Permainan ini cukup sulit bila kita tidak paham caranya. Sedangkan tajen atau sabung ayam yakni mengadu dua ekor ayam jantan dengan senjata taji.
Ceki biasa dimainkan saat hari raya dan mekemit atau berjaga di pura atau tempat suci untuk menghilangkan kantuk. Metajen biasa dilakukan setiap saat dan kadang sembunyi-sembunyi. Meskipun dapat meningkatkan kebersamaan, namun juga tidak terkendali dan mengakibatkan konflik.
5. Warga Bali biasa metuakan dan mearakan
Tuak dan arak tergolong minuman keras tradisional yang digemari. Metuakan dan mearakan merupakan tradisi yang masih eksis dan dipertahankan karena dapat membangun semangat kebersamaan. Pada momen tertentu, warga laki-laki dewasa akan duduk melingkar sembari ditemani beberapa botol tuak atau arak dan makanan kecil.
Satu anggota bertugas memimpin dengan menuangkan satu gelas atau sloki tuak atau arak, dan dibagikan dengan cara melingkar berurutan. Sembari metuakan atau mearakan, warga akan bercengkrama dan bermain musik.
Namun efek negatif dari metuakan dan mearakan adalah tidak terkendali hingga mengakibatkan mabuk berlebihan yang berujung pada pertikaian dan kerusuhan.
Percayalah, kelima tradisi di atas masih tetap eksis di Bali sampai sekarang. Sebab itu sudah jadi bagian tradisi yang diturunkan leluhur. Apakah di daerahmu ada tradisi yang masih dipertahankan?
Artikel ditulis oleh: I Putu Yoga Sadhu, Community IDN Times, dan pernah terbit di Mengungkap Tradisi Sabung Ayam & Minum Tuak di Bali Untuk Kerukunan