Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pemangku. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Selain sulinggih atau ida pedanda, umat Hindu di Bali juga ada orang suci yang disebut dengan pemangku. Pemangku ini tingkatannya lebih rendah dari sulinggih. Ciri-ciri pemangku dapat dilihat dari pakaiannya pada saat memimpin atau membantu upacara agama/adat. Yaitu menggunakan pakaian serba putih, destar (ikat kepala) berwarna putih, dan menutupi seluruh kepalanya.

Menjadi seorang pemangku tidaklah mudah. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Selain itu, seorang pemangku juga memiliki pantangan-pantangan yang harus ditaati. Berikut ini pantangan dan cara memilih pemangku Hindu di Bali.

1. Cara memilih pemangku Hindu

Ilustrasi upacara adat di Bali. (pixabay.com/jovanel)

Setiap pura di Bali belum tentu punya cara yang sama untuk memilih pemangku. Hal ini tergantung dari kesepakatan dan adat istiadat desa setempat. Secara umum ada beberapa cara pemilihan pemangku, dikutip dari jurnal Sphatika dengan judul Sasana Kapemangkuan: Sebuah Ajaran Tattwa dan Etika dalam Membangun Kesadaran Diri Sebagai Pelayan Umat, yang ditulis oleh I Made Pasek Subawa dan Putu Sri Junianti, Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar tahun 2020:

  • Pemilihan pemangku secara langsung dan demokratis berdasarkan suara terbanyak dari komunitas yang membutuhkan pemangku. Jadi, pemangku yang terpilih pasti telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh komunitas tersebut.
  • Pemilihan pemangku berdasarkan keturunan. Walaupun berdasarkan keturunan, namun yang ditunjuk menjadi pemangk tidak boleh tergolong ke dalam ceda angga atau cacat fisik maupun mental dan kepribadiannya.
  • Pemilihan pemangku dengan cara nyanjaan atau menggunakan mediator secara spiritual. Mediator ini adalah orang yang kemampuan spiritualnya telah diakui oleh warga desa setempat. Mediator tersebut akan berkomunikasi dengan Ida Sesuhunan (kekuatan suci yang ada di suatu pura), dan mendapatkan jawaban mengenai siapa yang seharusnya menjadi pemangku. Biasanya dilakukan dalam keadaan trance/kerauhan/kesurupan.
  • Pemilihan pemangku dengan cara membagikan suatu sarana yang disebut lekesan. Sarana ini sebelumnya dimohonkan secara niskala (gaib) terkait pemilihan pemangku ini. Lekesan ini akan diberikan tanda tertentu, dan calon pemangku mengambilnya secara acak. Calon yang mendapatkan lekesan bertanda, maka dialah yang ditunjuk menjadi pemangku.

Selain empat cara di atas, ada juga orang menjadi pemangku karena sudah menjadi takdirnya dan ditunjuk secara gaib oleh kekuatan-kekuatan suci tertentu. Biasanya jika orang ini menolak, maka dirinya akan terancam bahaya atau akan mendapatkan sakit yang tidak jelas penyebabnya.

2. Proses upacara pengangkatan seorang pemangku

Editorial Team

Tonton lebih seru di