Sarana upacara (unsplash.com/Pier Francesco Grizi)
Setelah proses pemilihan pemangku selesai, maka pemangku terpilih harus melaksanakan upacara. Upacara ini berguna untuk pengesahan bahwa dirinya sudah resmi menjadi seorang pemangku dan juga untuk membersihkan diri secara lahir dan batin.
Upacara ini disebut dengan upacara pewintenan pemangku. Pewintenan berasal dari kata winten (inten) yaitu nama permata yang berwarna putih, bersifat mulia, dan mampu memancarkan sinar yang berkilauan. Jadi dapat diartikan, mewinten memiliki makna penyucian diri secara lahir dan batin. Pewintenan ini ada banyak jenisnya, salah satunya adalah pewintenan pemangku.
Berikut adalah pewintenan pemangku sesuai dengan tingkat kepemangkuannya:
Pawintenan Sari dilaksanakan dengan prosesi memohon air suci kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa di pura tempat pemangku tersebut akan bertugas. Pewintenan ini akan disaksikan oleh perangkat desa, pemerintah, dan keluarga. Kewenagannya untuk memimpin upacara tingkat dasar.
Pewintenan mapedamel menggunakan sarana upacara yang disebut dengan dodol maduparka yang bentuknya seperti bangunan suci. Dodol ini sebagai simbol stana Sang Hyang Aji Saraswati (Dewi Ilmu Pengetahuan). Pewintenan ini akan disaksikan oleh perangkat desa, pemerintah, dan keluarga. Tingkat upacara yang menjadi kewenangan adalah tingkat menengah atau madya.
Untuk hari baik yang dipilih biasanya saat Hari Purnama, saat hari piodalan (upacara) di pura, dan juga saat Hari Raya Saraswati.