Cara Melaksanakan Tumpek Wariga Saat Nyepi

Hari Raya Nyepi 1947 jatuh pada Sabtu (29/3/2025), Saniscara Kliwon, wuku Wariga. Pada hari suci ini, umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak berfoya-foya atau bersenang-senang). Biasanya semua orang yang tinggal di Bali tidak melakukan banyak kegiatan. Jalan raya terlihat sepi, hingga lampu akan dimatikan pada malam hari.
Ternyata, pada hari yang sama juga bertepatan dengan hari suci atau rahinan Tumpek Wariga. Bagi umat Hindu, terutama yang memiliki kebun, sawah, atau ladang harus melaksanakan rahinan ini. Lalu, bagaimana cara melaksanakan Tumpek Wariga saat Nyepi?
1. Mengenal makna Tumpek Wariga
Sebelum membahas hal tersebut, ada baiknya kita mengenal makna dari Tumpek Wariga. Tumpek Wariga sering disebut dengan Tumpek Bubuh, Tumpek Uduh, Tumpeg Pengatah, atau Tumpek Pengarah. Tumpek ini jatuhnya setiap 210 hari sekali tepatnya pada Sabtu, Saniscara Kliwon, wuku Wariga.
Tumpek Wariga memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan alam, dalam hal ini manusia dengan alam yaitu tumbuh-tumbuhan. Pada hari suci ini, umat Hindu menghaturkan sarana upacara kepada tumbuh-tumbuhan sebagai bentuk penghormatan karena telah banyak membantu kehidupan umat manusia.
Namun, bukan berarti umat Hindu menyembah pohon sebagai berhala. Umat Hindu menyembah kekuatan Tuhan yang bersemayam dalam tumbuh-tumbuhan sebagai Dewa Kesuburan. Hal ini tertuang dalam Kitab Sveta Svatara Upanisad 11.17 yaitu:
Sujud bhakti pada Tuhan yang berada pada api,
Yang berada di air,
Yang meresapi seluruh alam semesta,
Yang ada dalam tumbuh-tumbuhan,
Yang ada dalam pohon-pohon kayu.
2. Prosesi upacara Tumpek Wariga
Lontar Sundarigama menyebutkan, saat Tumpek Wariga umat Hindu mempersembahkan sarana upacara atau banten yaitu:
- Banten peras;
- Banten nasi tulung sesayut;
- Banten tumpeng agung;
- Bubur sumsum;
- Banten tumpeng agung;
- Ulam itik (diguling), benten peyeneng;
- Tetebusan dan canang sari, ditambah dupa harum.
Prosesi upacaranya diatur sebagai berikut yaitu sarana atau banten diletakkan menghadap ke arah barat laut atau kaja kauh dalam Bahasa Bali. Hal ini karena Dewa Sangkara menguasai arah mata angin tersebut. Umat Hindu akan memberikan sasap dan gantungan yang diletakkan atau dikaitkan di pohon.
Kemudian, dilanjutkan dengan menghaturkan bubur sumsum (bubuh sumsum) sembari mengetuk batang pohon sebanyak tiga kali dengan pisau tumpul. Proses pengetukan batang pohon ini harus sambil mengucapkan doa atau mantra:
Dadong... dadong... kaki dija? Ia Jumah, ia ngudiang jumah? Ia gelem kebus dingin ngetor, ngeed ngeed ngeed, buin selae lemeng Galungane mangda mabuah nged, nged, nged.
Artinya:
Nenek-nenek, kakek ke mana? Ia di rumah, ia ngapain di rumah? Ia sakit panas dingin menggigil. Lebat, lebat, lebat, lagi dua puluh lima hari upacara Hari Raya Galungan supaya berbuah lebat, lebat, lebat.
Mantra:
Kaki... kaki... dadong dija? Ia Jumah, ia ngudiang jumah? Ia gelem kebus dingin ngetor, ngeed ngeed ngeed. Ngeed kaja, ngeed kelod, ngeed kangin, ngeed kauh, buin selae lemeng Galungane mangda mabuah ngeeedd'.
Artinya:
Kakek, kakek, nenek ke mana? Ia di rumah, ia ngapain di rumah? Ia sakit panas dingin menggigil. Lebat, lebat, lebat. Lebat di utara, lebat di selatan, lebat di timur, dan lebat di barat, lagi dua puluh lima hari upacara Hari Raya Galungan supaya berbuah lebaaaatttt.
Mantra:
Kaki-kaki buin selae lemeng Galungan mabuah nged, nged, nged.
Artinya:
Kakek, kakek, lagi dua puluh lima hari upacara Hari Raya Galungan berbuah lebat.
Penyebutan kakek dan nenek merupakan makna kiasan sebagai simbol umat Hindu di Bali memuliakan tumbuh-tumbuhan. Tumpek Wariga erat kaitannya dengan pelaksanaan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Umat Hindu berdoa agar tumbuh-tumbuhan berbuah atau berbunga lebat sehingga bisa digunakan dalam Hari Raya Galungan nanti.
3. Cara melaksanakan Tumpek Wariga saat Nyepi
Terkait perayaan Tumpek Wariga yang bersamaan dengan Hari Raya Nyepi, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali mengeluarkan Surat Edaran Nomor 08/Um/PHDI Bali/I/2025 pada 30 Januari 2025. Surat edaran ini mengatur pelaksanaan prosesi upacara Tumpek Wariga saat Hari Raya Nyepi.
Umat Hindu di Bali melaksanakan upacara Tumpek Wariga mulai pukul 05.30 Wita hingga pukul 06.30 Wita. Sedangkan Catur Brata Penyepian dimulai pada pukul 06.30 Wita sampai pukul 06.00 Wita keesokan harinya. Pelaksanaan Tumpek Wariga sedikit melewati pukul 06.00, karena berdasarkan pergantian hari menurut Hindu di Bali adalah pukul 06.00. Sehingga pelaksanaannya sesuai dengan harinya Tumpek Wariga, tanpa mengganggu pelaksanaan Catur Brata Penyepian.
Tata cara pelaksanaan hari Tumpek Wariga yang bertepatan dengan Hari Raya Nyepi ini harus ditaati oleh umat Hindu di Bali. Tentunya, agar kedua prosesi upacara atau tradisi hari raya tersebut tetap bisa berjalan.