Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi guru mengajar (pexels.com/Max Fischer)
ilustrasi guru mengajar (pexels.com/Max Fischer)

Setelah lama vakum dari dunia mengajar, lalu kembali ke kelas, tentu jadi tantangan tersendiri. Terlebih kalau kamu sekarang harus berhadapan dengan Gen Z, yang cara belajarnya jauh berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka tumbuh bersama teknologi, punya cara komunikasi sendiri, dan cenderung lebih kritis. Kalau kamu gak siap, kelas bisa terasa asing dan membingungkan.

Tapi tenang, semua bisa dihadapi dengan pendekatan yang tepat. Kamu gak perlu berubah jadi guru superkekinian, cukup terbuka dan mau menyesuaikan gaya mengajar. Artikel ini akan membahas lima cara efektif untuk menjalin koneksi dan tetap relevan saat mengajar Gen Z. Yuk, simak biar comeback-mu ke dunia pendidikan makin mulus!

1. Gunakan media visual dan digital yang akrab buat mereka

ilustrasi guru dan siswa (pexels.com/Yan Krukau)

Gen Z terbiasa belajar dari video, infografik, dan konten visual yang menarik. Mereka cenderung cepat bosan kalau cuma disuguhi penjelasan lisan atau tulisan di papan tulis. Supaya kelas tetap hidup, kamu bisa selipkan elemen visual seperti video pendek, animasi konsep matematika, atau presentasi interaktif. Ini bikin materi terasa lebih dekat dan mudah dipahami.

Gak perlu alat canggih, cukup manfaatkan hal sederhana seperti YouTube edukatif atau slide dengan gambar yang relevan. Kamu juga bisa pakai aplikasi kuis seperti Quizizz atau Kahoot untuk menghidupkan suasana belajar. Dengan begitu, kamu gak cuma bikin kelas seru, tapi juga menunjukkan bahwa kamu bisa mengikuti perkembangan zaman.

2. Jadilah pendengar yang aktif dan terbuka

ilustrasi seseorang guru (unsplash.com/National Cancer Institute)

Gen Z suka didengar dan diapresiasi pendapatnya. Mereka terbiasa menyuarakan opini di media sosial dan berharap hal yang sama di dunia nyata. Kalau kamu bisa jadi pendengar yang aktif, mereka akan lebih mudah terbuka dan nyaman di kelas. Ini penting banget buat membangun koneksi dan menciptakan suasana belajar yang suportif.

Coba berikan ruang diskusi atau sesi tanya-jawab santai di akhir pelajaran. Dengarkan dengan penuh perhatian dan hindari memotong ucapan mereka. Saat merasa dihargai, mereka akan lebih mudah menerima penjelasanmu. Gaya komunikasi dua arah ini akan membuat kamu lebih dekat dan dihormati sebagai guru.

3. Selipkan humor dan contoh yang relevan

ilustrasi guru mengajar di sekolah swasta (pexels.com/RDNE Stock project)

Gen Z senang belajar dengan cara yang fun dan relate sama kehidupan mereka. Kalau kamu bisa menyelipkan sedikit humor atau analogi dari keseharian mereka, materi jadi lebih gampang nyangkut. Misalnya, jelaskan konsep peluang pakai contoh soal dari game online atau social media challenge. Ini bikin mereka merasa kamu mengerti dunia mereka.

Humor kecil juga bisa mencairkan suasana kelas yang kaku, apalagi kalau kamu masih canggung di awal comeback. Gak harus melucu berlebihan, cukup santai dan spontan. Gen Z akan menghargai usahamu untuk membuat pelajaran lebih menyenangkan. Bahkan, bisa jadi itu yang bikin mereka lebih semangat belajar.

4. Gunakan bahasa yang akrab tapi tetap profesional

ilustrasi seseorang guru (pexels.com/Haidar Azmi)

Gen Z punya gaya komunikasi yang cepat dan penuh istilah kekinian. Kamu gak harus ikut-ikutan gaya mereka, tapi penting untuk memahami konteks dan tidak terlalu kaku. Misalnya, kamu bisa sesekali menggunakan bahasa yang lebih santai tanpa menghilangkan wibawa sebagai guru. Ini bisa bikin jarak antara kamu dan murid jadi lebih dekat.

Tentu, kamu tetap harus menjaga batas antara profesionalitas dan keakraban. Hindari bahasa gaul yang terlalu ekstrem atau yang belum kamu pahami sepenuhnya. Fokus pada bagaimana menyampaikan pesan dengan cara yang lebih ramah dan ringan. Gen Z menghargai guru yang bisa menyesuaikan diri tanpa berpura-pura jadi seperti mereka.

5. Jangan takut belajar hal baru dari mereka

ilustrasi seseorang guru (pexels.com/Max Fischer)

Satu hal paling penting dalam menghadapi Gen Z adalah kerendahan hati untuk belajar dari mereka juga. Meskipun kamu adalah pengajar, bukan berarti kamu harus tahu segalanya. Kadang, mereka justru bisa kasih insight baru soal teknologi, tren belajar, atau cara memahami sesuatu. Ini bukan tanda kelemahan, tapi bukti bahwa kamu adalah guru yang adaptif.

Buka ruang untuk kolaborasi, tanya pendapat mereka soal cara belajar yang mereka suka, dan terapkan masukan yang relevan. Ketika merasa pendapatnya dihargai, mereka akan lebih respek padamu. Proses belajar jadi lebih dinamis dan kamu juga bisa berkembang sebagai pendidik. Win-win solution, kan?

Menghadapi Gen Z memang butuh penyesuaian, tapi bukan hal yang menakutkan. Dengan pendekatan yang terbuka dan gaya mengajar yang fleksibel, kamu tetap bisa jadi guru yang inspiratif dan disukai. Jadi, gak perlu ragu untuk comeback. Selamat mengajar lagi dan nikmati perjalanan barumu di kelas!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team