Dampak Digitalisasi pada Millennials, Berpotensi Jadi Halusinasi 

Mulai kendalikan diri sendiri yuk!

Badung, IDN Times - Kemajuan teknologi semakin hari kian tak bisa dibendung. Era digitalisasi berdampak pada gaya hidup masyarakat, baik secara positif maupun negatif. Terutama pada generasi muda yang lahir di era kemajuan teknologi ini. Tidak sedikit dari mereka yang sudah difasilitasi gadget oleh orangtuanya, bahkan dari usia yang terbilang sangat dini. 

Namun siapa sangka gaya hidup yang lekat dengan teknologi ini justru ke depannya memiliki risiko negatif. Hanya saja potensi risiko negatif digitallisasi ini malah kerap diabaikan. Nah, berikut dampak digitalisasi bagi millennials sebagaimana disampaikan oleh pengamat gaya hidup, Dwi Sutarjantono, saat ditemui di Kabupaten Badung belum lama ini.

Baca Juga: Kisah Guntur Berjuang dengan Bipolar, Self Harm Berkali-kali

1. Berpotensi pada gangguan kesehatan dan membuat jadi malas

Dampak Digitalisasi pada Millennials, Berpotensi Jadi Halusinasi IDN Times/ Helmi Shemi

Dwi Sutarjantono mengungkapkan bahwa digitalisasi saat ini menuntut setiap orang untuk mau belajar teknologi. Misalnya saat ini kecenderungan banyak orang yang sudah malas untuk pergi ke pasar dan lebih mengandalkan belanja melalui aplikasi. Ia mengungkapkan bahwa kehadiran teknologi dalam kehidupan keseharian masyarakat memang memberikan nilai plus yakni lebih praktis dan simple. Akan tetapi, juga berdampak negatif yakni masyarakat cenderung menjadi malas.

“Jadi orang ya itu, kurang bergerak karena duduk di rumah, pesan makanan datang. Jadi kesehatan juga bisa menurun lama-lama begitu,” ungkapnya.

2. Digitalisasi berpotensi membuat orang-orang jadi pembohong

Dampak Digitalisasi pada Millennials, Berpotensi Jadi Halusinasi Pexels.com/PhotoMIX Ltd.

Apakah gaya digitalisasi saat ini akan terus berlanjut? Dwi menekankan bahwa gaya hidup digitalisasi saat ini akan terus berlanjut. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran metaverse yang ia nilai akan membuat setiap orang merasakan hidup di dunia lain.

Terutama anak-anak muda saat ini yang sudah memiliki gaya couple goals, hingga travel goals yang mereka lihat dari sosial media (sosmed), misalnya instagram. Gaya hidup wisata dan jalan-jalan yang viral saat ini berpotensi membuat generasi muda berhalusinasi.

“Semakin meningkat, sekarang sudah mau metaverse. Itu kita sudah hidup di dunia lain. Dunia halu lagi. Mereka nggak gitu, pura-pura foto ngambil. Jadi kadang-kadang demi mengejar tampilan sosmed, mereka bisa jadi pembohong,” ungkapnya.

3. Gaya digitalisasi memicu seseorang mati-matian untuk mencari uang

Dampak Digitalisasi pada Millennials, Berpotensi Jadi Halusinasi ilustrasi sibuk produktif dan menghindari bermain gadget (unsplash.com/Corinne Kutz)

Selain dampak di atas, gaya digitalisasi saat ini juga diakuinya mendorong beberapa individu untuk bekerja keras dalam mencari uang dan mencapai tujuannya. Mereka memaksimalkan potensinya mati-matian untuk mencari uang agar bisa liburan dan lain sebagainya sehingga berdampak terhadap kesehatan.

“Anak-anak sekarang tidak peduli dipecat. Sebelum dipecat, mending ke luar dulu, nanti cari lagi, atau nggak kerja online. Jadi itu,” jelasnya.

Di sisi lain, keuntungan gaya hidup digitalisasi saat ini di antaranya mudah dalam mencari pekerjaan. Selain itu juga mempermudah mendapatkan banyak hal.

4. Hilangnya nilai-nilai luhur bangsa Indonesia

Dampak Digitalisasi pada Millennials, Berpotensi Jadi Halusinasi pexels.com/Cristian Dina

Akibat gaya hidup digitalisasi ini, membuat interaksi sosial individu menjadi berkurang. Mereka cenderung melakukan kegiatan berbasis online. Kehidupan berjalan berbasis online, begitu juga dalam hal pertemanan.

Berjalannya gaya hidup digitalisasi saat ini juga berdampak terhadap nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Menurut Dwi, sudah terjadi pengikisan nilai-nilai tersebut. Ia memberikan contoh pada generasi 70-an, mereka cenderung berjabat tangan atau salim sepulangnya ke rumah.

“Karena mereka ingin diakui orang banyak, itu bukan dari teman begini (bertemu teman). Followers (berdasarkan). Ya dia sudah ada ketergantungan digital. Jadi, mereka akan melakukan apapun demi memiliki teman dan sahabat banyak walaupun itu hanya online,” terangnya.

5. Peran orangtua dalam keluarga harus dimaksimalkan

Dampak Digitalisasi pada Millennials, Berpotensi Jadi Halusinasi ilustrasi keluarga (IDN Times/Mardya Shakti)

Lalu bagaimana menyiasati kondisi dan potensi-potensi dampak negatif tersebut? Dwi mengungkapkan bahwa peran orangtua dalam keluarga harus dimaksimalkan, yakni masing-masing keluarga dituntut harus bisa memproteksi generasinya agar tetap menjaga nilai-nilai luhur atau norma yang ada. 

Mindset parenting. Jadi bagaimana mendidik anak itu walaupun ada gadget. Makanya harus diajari tetap boleh main, tapi ada waktunya sendiri,” jelasnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya