Ilustrasi Budha Awatara. (unsplash.com/huanshi)
Budha Gautama lahir dari Raja Suddhodana dan Ratu Mahamaya pada zaman Kerajaan Kapilavastu. Awatara lahir dengan nama Sidharta. Saat kelahirannya, seorang penasihat Kerajaan Kapilavastu, Rsi Kala Devala, memberitahukan kepada raja, bahwa kelak saat Sidharta dewasa ia akan melihat hal-hal sedih yang membuatnya pergi menuju hutan.
Hal ini kemudian menyebabkan raja melarang Sidharta untuk keluar dari pintu gerbang istana. Saat Sidharta menikahi Yasodhara, ia bersama pelayannya berjalan-jalan keluar istana.
Saat itulah ia melihat beberapa hal yang memunculkan kesedihan dalam diri Sidharta. Raja Suddhodana melihat seseorang berkepala gundul sedang pergi ke hutan untuk melepas segala-galanya agar mencapai kebahagiaan.
Ketika istri dan anaknya Rahula tertidur, Raja Suddhodana bersama pelayan setianya, Channa, pergi meninggalkan istana. Ia mencari beberapa guru untuk menanyakan jalan untuk mencapai kebahagiaan.
Karena tidak mendapat jawaban yang pasti, ia duduk di bawah Pohon Bodi untuk menemukan jawabannya sendirian. Ia kemudian menemukan jawaban dan menjadikannya sebagai orang bijak yang dijuluki Budha Gautama.
Budha Gautama lalu mengajarkan cara mencapai kebahagiaan kepada masyarakat. Caranya yaitu menunjukkan kasih sayang kepada semua makhluk dan harus puas dengan yang dimilikinya. Sang Buddha menghembuskan napas terakhirnya di bawah Pohon Sala. Namun ia tidak mencapai moksha karena akan turun kembali ke dunia (reinkarnasi) sebagai Kalki Awatara pada saat dunia mengalami kegelapan dan kehancuran.
Kalki sebagai awatara kesepuluh akan turun pada akhir masa Kaliyuga (masa kegelapan dan kehancuran). Kalki sering diartikan dalam berbagai macam makna seperti "penghancur kejahatan, "penghancur kegelapan", "penghancur kekacauan", dan ada juga yang menyebutkan sebagai "sang pembasmi kebodohan".