Asal Usul Daun Mimba di Bali dan Manfaatnya

Umat Hindu khususnya di Bali memiliki hari khusus untuk menghormati tumbuh-tumbuhan yang disebut dengan Tumpek Bubuh yang juga memiliki nama lain yaitu Tumpek Uduh, Tumpeg Pengatag, Tumpek Pengarah, dan Tumpek Wariga. Tumpek Bubuh jatuh setiap Sabtu, Saniscara Kliwon, wuku Wariga atau 25 hari sebelum Hari Raya Galungan. Umat Hindu memberikan persembahan suci kepada tumbuh-tumbuhan sebagai rasa terima kasih sudah membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Satu di antara tumbuhan yang sering digunakan oleh umat Hindu di Bali adalah Pohon Mimba. Daun Mimba atau Daun iIntaran ini sering dimanfaatkan sebagai sarana upacara dan usada atau pengobatan tradisional. Lalu dari mana asal usul Daun Mimba ini? Berikut penjelasannya, dikutip dari sebuah jurnal berjudul Tinjauan Daun Mimba (Intaran) dari Sisi Mitologi dan Usadha Bali, yang ditulis oleh Wayan Seriasih.
1. Daun Mimba diperkirakan berasal dari India

Daun Mimba atau Daun Intaran memiliki nama latin Azadirachta indica A. Juss. Daun ini bukan tanaman asli Bali atau Indonesia. Daun ini pertama kali ditemukan di Madhya Pradesh, India. Tanaman jenis perdu ini diperkirakan masuk ke Indonesia pada 1500 melalui Pulau Jawa.
Pohon Mimba tumbuh di dataran rendah yang beriklim tropis. Tinggi batangnya bisa mencapai 20 meter. Tanaman ini memiliki bentuk daun yang sangat unik. Sampai ada peribahasa Bahasa Bali "alisne madon intaran" atau bentuk alisnya seperti Daun Intaran. Daun Mimba atau Daun Intaran ini bentuknya memang seperti alis yang indah.
2. Daun Mimba digunakan dalam upacara Pitra Yadnya

Daun Mimba biasanya dipakai untuk upacara Pitra Yadnya, yaitu berhubungan dengan kematian. Dalam proses membungkus jenazah (mapreteka) setelah dimandikan, Daun Mimba diletakkan di atas (menutupi) alis orang yang telah meninggal.
Penggunaan daun ini bertujuan agar nantinya orang yang meninggal bisa reinkarnasi menjadi lebih baik, dengan paras yang menawan dan alis menyerupai Daun Intaran. Selain upacara kematian, Daun Intaran juga digunakan sebagai sarana upacara.
Desa Julah di Kabupaten Buleleng sangat menghormati dan menyakralkan Pohon Intaran. Sebab pada zaman dahulu, masyarakat setempat berhasil sembuh dari wabah penyakit setelah menggunakan Daun Mimba. Sampai sekarang, wasyarakat di Desa Julah selalu memakai daun ini sebagai sarana upacara.
Selain di Desa Julah, Pohon Mimba memiliki makna religius bagi masyarakat Desa Adat Intaran, Kelurahan Sanur, Kota Denpasar. Kulkul yang ada di desa ini harus menggunakan bahan dari Pohon Mimba. Hal ini sebagai bentuk penghormatan manusia terhadap tumbuh-tumbuhan yang telah membantu kehidupan sehari-hari.
3. Daun Mimba digunakan sebagai sarana usada

Masyarakat Bali mengenal jenis tanaman yang disebut dengan Taru Premana. Taru berarti pohon dan Pramana memiliki arti kekuasaan atau kedaulatan. Taru Premana berarti tanaman, pohon, atau tumbuhan yang memiliki kekuatan sebagai obat.
Pohon Mimba termasuk dalam Taru Premana. Daun ubu mengandung senyawa yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. Di India sendiri, Pohon Mimba disebut sebagai the village pharmacy, yang mana daunnya digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan sakit kulit, demam, hingga antibakteri.
Khasiat Daun Mimba ini tersurat dalam berbagai Lontar Usadha di Bali, sebagai obat yang luar biasa selama digunakan secara konsisten dan telaten. Beberapa penyakit yang dikatakan mampu disembuhkan oleh Daun Mimba adalah asma, alergi, amandel, wasir, radang sendi, bisul, obat batuk, mencret, diabetes, hingga malaria.
Pohon Mimba atau Intaran ternyata punya banyak manfaat bagi kehidupan umat manusia. Makanya tidak heran umat Hindu di Bali memberikan penghormatan kepada tumbuh-tumbuhan saat rahinan Tumpek Bubuh.