Jeroan Pura Dalem Pengembak Mertasari. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)
Melukat di sini bisa dilakukan setiap hari kecuali pada hari pasah, Hari Raya Galungan, dan piodalan yang jatuh di rahinan Purnama Kadasa. Sarana yang dibawa terdiri dari 2 buah pejati, dan 2 buah bungkak nyuh gading.
"Namun jika pamedek membawa canang saja, tetap saya terima untuk melukat di sini," imbuh Jro Mangku Made Ranten.
Prosesi melukat diawali dengan mandi atau berendam di campuhan sebelah barat pura atau area hutan bakau. Tempat ini diyakini berfungsi untuk pengobatan dan membuang kotoran-kotoran rohani orang yang melukat. Setelah mandi atau berendam, dilanjutkan dengan melukat menggunakan sarana bungkak nyuh gading (Kelapa berwarna gading) di lokasi campuhan tersebut.
Setelah selesai di campuhan, dilanjutkan dengan melukat menggunakan bungkak nyuh gading di areal jaba pura. Setelah selesai melukat, barulah pamedek melakukan persembahyangan di jeroan pura.
"Saat hari raya tertentu, pamedek yang akan melukat sangat membeludak. Saya mohon untuk pamedek yang datang bersabar menunggu giliran. Karena melukat di sini memerlukan beberapa tahap yang harus diikuti, dan juga agar pamedek senantiasa menjaga kebersihan areal pura," pesan Jro Mangku Made Ranten yang sehari-harinya dibantu oleh warga yang mengayah (Membantu secara sukarela) di pura tersebut.
Lokasi Pura Dalem Pengembak Mertasari kini sudah tertata dan sangat asri. Jika melalui Jalan By Pass Ngurah Rai, pengunjung akan disuguhkan oleh pemandangan sungai yang tertata rapi dan bersih. Biasa di lokasi ini sering dijadikan tempat untuk berolahraga maupun memancing.