Ilustrasi kuda suci Ucchaiswara. (YouTube.com/Dongeng Kita)
Suatu ketika Kadru berusaha untuk memperdayai Winata dengan mengadakan taruhan menebak warna kuda suci kahyangan bernama Ucchaiswara. Siapa yang kalah taruhan, maka ia akan menjadi pelayan di pihak yang menang. Winata menebak kuda suci tersebut berwarna putih, sedangkan Kadru menebaknya berwarna hitam.
Kadru lalu meminta anak-anaknya untuk mengubah warna kuda suci tersebut dengan cara menyemprotkan bisa atau racun ke sekujur tubuh Ucchaiswara, sehingga warnanya berubah hitam. Pada hari penentuan, Kadru dan Winata menuju ke tempatnya Ucchaiswara dan melihat kuda suci tersebut berwarna hitam.
Winata mengakui telah kalah taruhan meskipun menyadari kalau dirinya telah diperdaya oleh Kadru. Ia kemudian menjadi pelayan Kadru beserta seribu anaknya.
Aura kesedihan Winata terpancar dan langsung dirasakan oleh anaknya yang belum menetas. Satu butir telur itu lalu menetas menjadi manusia besar berkepala burung dan bersayap. Kelahiran manusia setengah burung ini mengakibatkan terjadinya petir, gempa, dan membuat dewa di kahyangan ketakutan.
Garuda memilih pergi ke kahyangan dan bertemu Dewa Indra, bermaksud untuk menanyakan keberadaan ibunya. Dewa Indra meminta Garuda untuk membersihkan diri di sebuah danau. Garuda menuruti permintaan itu, dan secara ajaib tubuhnya berubah menjadi manusia biasa setelah membersihkan diri di danau. Dewa Indra kemudian menunjukkan lokasi ibunya berada.