Barong Brutuk di Pura Pancering Jagat, Desa Trunyan. (YouTube.com/linda puspita)
Pementasan Barong Brutuk diyakini membawa dampak positif oleh warga Desa Trunyan. Saat penari mencambukkan pecutnya di area Pura Pancering Jagat, memiliki makna untuk menyucikan dan membersihkan area pura dari kekuatan-kekuatan negatif. Tak hanya pura, gerakan ini juga menjadi simbol membersihkan lingkungan Desa Trunyan dari kekuatan negatif.
Warga juga percaya bahwa cambukan pecut berfungsi sebagai penolak bala. Warga yang sedang sakit akan memohon untuk dicambuk oleh penari Barong Brutuk. Cambukan ini dipercaya dapat menyembuhkan sakit, terutama sakit nonmedis.
Warga juga ada yang sengaja memanggil Barong Brutuk, lalu memberikan lanjuran atau persembahan berupa rokok dan air mineral. Warga kemudian meminta (nunas) daun keraras Barong Brutuk. Daun keraras yang menjadi pakaian Barong Brutuk diyakini dapat memberikan perlindungan seseorang dari kekuatan negatif dan penyakit.
Penari Barong Brutuk akan membawa persembahan yang akan diberikan kepada warga Desa Trunyan. Mereka percaya akan mendapatkan berkah yang luar biasa jika mendapatkan persembahan tersebut. Persembahan ini tidak boleh direbut oleh orang lain. Warga yang menerima harus memakannya dan tidak boleh dibuang. Warga juga boleh membagikan berkah tersebut kepada orang lain.
Barong Brutuk dipentaskan setiap dua tahun sekali yaitu pada saat Upacara Ngusaba Kapat di Pura Pancering Jagat, Desa Trunyan, yang jatuh pada Purnama Kapat (purnama bulan keempat menurut kalender Bali). Warga Desa Trunyan menjaga dan melestarikan Barong Brutuk sebagai warisan leluhur.