Arti Tradisi Ngejot Jerimpen Galungan, Khusus Pengantin Baru

Pada dasarnya Tradisi Ngejot tidak hanya ada di Kabupaten Tabanan. Sebab hampir semua daerah di Bali mengenal tradisi ini. Ngejot atau ngenjuhin adalah Bahasa Bali yang berarti memberikan sesuatu dengan ikhlas. Dikutip dari Jurnal Purwadita berjudul Tradisi Ngejot Jerimpen Galungan di Desa Adat Nyitdah, Kecamatan kediri, Kabupaten Tabanan, yang ditulis oleh Ni Made Ayu Erna Tanu Ria Sari, Tradisi Ngejot merupakan rangkaian kehidupan sosial dalam memberikan sesuatu kepada orang lain, keluarga, tetangga, secara tulus ikhlas.

Tradisi Ngejot ini dibedakan menjadi dua. Pertama, pada saat seseorang memiliki hajatan atau kegiatan upacara. Kedua, pada saat seseorang merayakan hari raya agama. Tradisi Ngejot sebagai simbol sosial untuk saling tolong-menolong dan berbagi antarsesama tanpa memandang golongan, suku, maupun agama.

Seperti telah dijelaskan di atas, Ngejot Jerimpen Galungan berarti memberikan sarana yang disebut jerimpen Galungan kepada seseorang. Jerimpen adalah nasi yang dibentuk berbentuk kerucut (tumpeng kecil) sebagai simbol keselamatan. Tradisi Ngejot Jerimpen yang ada di Desa Adat Nyitdah ini berupa memberikan sarana upacara banten jerimpen kepada pengantin baru di desa tersebut yang pertama kali merayakan Galungan bersama pasangannya.

Tradisi Ngejot Jerimpen Galungan ini memiliki makna agar pengantin baru diberi keselamatan, kebahagiaan, dan langgeng. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan Hari Raya Galungan sebagai simbol kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan). Makna lainnya adalah mengingatkan pengantin baru, bahwa mereka telah menjadi bagian dari masyarakat Desa Adat Nyitdah sekaligus untuk saling berkenalan antara pengantin perempuan dan warga setempat.

Setelah selesai melaksanakan persembahyangan Hari Raya Galungan di pura, para perempuan di masing-masing banjar wilayah Desa Adat Nyitdah akan mendatangi rumah pengantin baru untuk membawakan banten jerimpen. Pengantin perempuan akan menerima banten jerimpen, kemudian ditaruh di bale dangin (nama bangunan di rumah adat Bali). Setelah mengumpulkan banten jerimpen dari warga, pasangan pengantin melakukan upacara yang disebut dengan natab banten jerimpen di bale dangin.

Mempelai perempuan akan membalas dengan memberikan tape injin (ketan hitam) kepada warga yang membawa banten jerimpen. Pemberian injin ini memiliki makna agar hubungan masyarakat selalu rekat dan kuat seperti ketan, harmonis seperti rasa tape yang manis. Dengan kata lain, warga di Desa Adat Nyitdah selalu hidup rukun dan harmonis.

Pelaksanaan Tradisi Ngejot Banten Jerimpen di Desa Nyitdah ini sebagai simbol kebersamaan warga dalam perayaan Galungan. Seluruh warga bersuka cita sambil memohon anugerah dan keselamatan kepada Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa.