Pura Uluwatu, tempat Dang Hyang Dwijendra Moksha. (unsplash.com/Polina Kuzovkova)
Dang Hyang Dwijendra dikenal dan dihormati di Bali karena memiliki kesucian, ketinggian rohani, serta jasa-jasa pengabdiannya kepada Agama Hindu. Dang Hyang Dwijendra berasal dari Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.
Dang Hyang Dwijendra masuk ke Bali setelah perjalanan dari Blambangan. Dalam penyebaran Hindu di Bali, ia banyak membangun pura seperti Pura Purancak, Pura Rambut Siwi, Pura Uluwatu, Pura Tanah Lot, dan sebagainya. Dang Hyang Dwijendra mendapat julukan "Pedanda Sakti Wawu Rauh" di Bali, karena peran dan pengabdiannya terhadap Agama Hindu di Bali.
Selain itu, nama Pedanda Sakti Wawu Rauh diperoleh saat ia menolong penduduk Desa Gading Wani yang sedang dilanda wabah penyakit. Karena kesaktian Dang Hyang Dwijendra, maka Desa Gading Wani terbebas dari wabah penyakit.
Dang Hyang Dwijendra juga dikenal sebagai seorang sastrawan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa karya sastranya yang berbentuk puisi maupun prosa seperti Gegutuk Menur, Ampik Legarang, Sara Kusuma, Usana Bali, dan lainnya. Dang Hyang Dwijenda mencapai Moksa di Pura Uluwatu.