Pulau Kemaro (IDN Times/Istimewa)
Kisah Tan Bun An dan Siti Fatimah merupakan cerita rakyat yang berasal dari Palembang, Sumatra Selatan. Cerita ini terkait dengan asal usul dari Pulau Kamaro, yang kini menjadi tempat wisata di Sungai Musi. Tan Bun An adalah pedagang yang berasal dari Tiongkok.
Siti Fatimah adalah perempuan asli Palembang, keturunan dari Raja Sriwijaya. Keduanya berbeda keyakinan, Tan Bun An beragama Buddha, dan Siti Fatimah beragama Islam. Walaupun berbeda keyakinan, mereka memutuskan untuk menikah. Tan Bun An memboyong Siti Fatimah ke negara asalnya.
Orangtua Tan Bun An memberikan guci berisi emas kepada mereka. Tan Bun An dan Siti Fatimah kemudian memutuskan untuk kembali ke Palembang. Sesampainya di Sungai Musi, Tan Bun An memecahkan guci pemberian orangtuanya. Ia terkejut karena tidak ada emas dalam guci tersebut, melainkan sayuran sawi yang telah membusuk.
Karena kesal, Tan Bun An membuang guci-guci tersebut. Saat akan membuang guci terakhir, guci tersebut jatuh dan terpecah. Ia sangat terkejut, karena guci tersebut berisikan emas. Karena merasa bersalah, Tan Bun An berusaha untuk menyelamatkan guci-guci yang telah ia buang dengan cara menceburkan dirinya ke Sungai Musi.
Namun setelah sekian lama, Tan Bun An tidak muncul ke permukaan. Siti Fatimah menyusul suaminya dengen menceburkan diri ke Sungai Musi. Pasangan suami istri ini menghilang tanpa jejak.
Setelah kejadian ini, muncullah sebuah pulau di lokasi tersebut. Pulau ini diyakini sebagai makam Tan Bun An dan Siti Fatimah, yang diberi nama Kemaro. Pulau Kemaro tidak pernah tenggelam walaupun Sungai Musi dalam keadaan pasang.
Sebagai cerita rakyat, kisah cinta romantis di atas masih hidup hingga saat ini. Kisah-kisah ini memberikan keyakinan, bahwa keteguhan atau kesetiaan cinta pasangan harus dipertahankan. Tidak mudah luntur, walaupun dengan iming-iming harta yang berlimpah.