Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi portofolio magang (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi portofolio magang (freepik.com/rawpixel.com)

Setelah magang berakhir, membuat portofolio dari proyek yang pernah kamu kerjakan adalah langkah penting untuk melanjutkan karier. Portofolio bisa menjadi senjata utama saat kamu melamar kerja, daftar program lanjutan, atau membangun personal branding. Tapi gak sedikit orang yang salah langkah dalam menyusun portofolio. Hasilnya, kerja keras selama magang jadi kurang maksimal saat dipresentasikan.

Portofolio bukan sekadar kumpulan hasil kerja, tapi juga cerminan dari cara kamu berpikir, menyelesaikan masalah, dan berkomunikasi secara profesional. Maka dari itu, penting untuk tahu kesalahan-kesalahan umum yang sebaiknya kamu hindari saat mengolah proyek magang jadi portofolio. Yuk, simak daftar lengkapnya di bawah ini!

1. Cuma menampilkan hasil akhir tanpa cerita di baliknya

ilustrasi portofolio magang (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak orang hanya menampilkan hasil akhirnya saja. Misalnya desain jadi, artikel terbit, atau kampanye yang sudah berjalan tanpa menjelaskan prosesnya. Padahal, perekrut atau calon klien ingin tahu bagaimana kamu sampai ke hasil tersebut. Apa masalah yang kamu hadapi? Bagaimana cara kamu mencari solusi? Alat atau metode apa yang kamu pakai?

Dengan menjelaskan proses di balik proyek, kamu menunjukkan bahwa kamu tidak cuma "ngerjain tugas", tapi juga punya pola pikir yang kritis dan terstruktur. Cerita di balik layar ini memberi nilai tambah yang besar karena menunjukkan peran aktifmu dalam proyek tersebut, bukan hanya sebagai eksekutor, tapi juga sebagai problem solver.

2. Tidak menjelaskan peranmu secara spesifik

ilustrasi portofolio magang (freepik.com/katemangostar)

Kadang kita kerja dalam tim saat magang, tapi saat masukin proyek ke portofolio, kamu harus jelaskan peranmu secara spesifik. Jangan cuma tulis "ikut terlibat dalam kampanye media sosial", tapi jelaskan bagian apa yang kamu kerjakan. Misalnya: "merancang copy untuk Instagram Story", "melakukan riset untuk konten", atau "mengatur jadwal posting mingguan."

Menjelaskan peranmu menunjukkan kejujuran dan profesionalitas. Selain itu, ini juga membantu perekrut memahami kapasitas kamu dengan lebih jelas. Mereka jadi tahu apa yang sudah kamu kuasai, dan apa yang bisa kamu kembangkan. Semakin jelas kamu menuliskannya, semakin besar peluang kamu dilirik.

3. Terlalu banyak proyek tapi minim kurasi

ilustrasi portofolio magang (pexels.com/Monstera Production)

Punya banyak proyek selama magang memang hal bagus, tapi memasukkan semuanya ke portofolio tanpa seleksi justru bisa membingungkan pembaca. Portofolio yang terlalu penuh bikin perekrut kewalahan, dan bisa menurunkan kesan profesional. Fokuslah pada 3-5 proyek terbaik yang benar-benar menunjukkan kemampuanmu.

Pilih proyek yang punya cerita menarik, hasil yang terukur, atau tantangan unik. Tampilkan dengan rapi dan terstruktur, agar mudah dipahami. Dengan mengkurasi isi portofolio, kamu menunjukkan bahwa kamu tahu mana yang penting dan punya standar kualitas tinggi terhadap pekerjaanmu sendiri.

4. Desain atau tampilan yang terlalu biasa (atau justru terlalu ramai)

ilustrasi portofolio magang (freepik.com/freepik)

Tampilan portofolio itu penting, terutama kalau kamu bergerak di bidang kreatif, digital, atau komunikasi. Desain yang terlalu polos bisa terkesan asal-asalan, sementara yang terlalu ramai bikin tidak nyaman dilihat. Tujuan utamanya adalah membuat isi portofolio mudah dibaca, estetik, dan profesional.

Kamu bisa menggunakan template portofolio gratis yang sudah tersedia online, tapi pastikan kamu tetap menyesuaikannya dengan personal branding-mu. Perhatikan juga hal teknis seperti ukuran font, pemilihan warna, dan spasi antar elemen. Jangan sampai konten yang sudah bagus jadi kehilangan pesona hanya karena tampilannya kurang menarik.

5. Mengabaikan data dan hasil yang bisa diukur

ilustrasi portofolio magang (pexels.com/Lukas)

Proyek tanpa data pendukung sering kali terdengar kurang meyakinkan. Misalnya, kamu pernah menulis artikel SEO, jangan cuma bilang “artikel ini performanya bagus." Akan lebih kuat jika kamu tuliskan "artikel ini masuk halaman 1 Google dalam 2 minggu dan mendatangkan 5.000 views organik." Angka-angka ini memberi bukti nyata terhadap kontribusimu.

Jika proyekmu tidak berbasis angka secara langsung, kamu tetap bisa cari cara mengukurnya. Misalnya, engagement rate di media sosial, peningkatan klik, feedback positif dari atasan, atau timeline penyelesaian yang lebih cepat dari target. Semua itu bisa jadi indikator keberhasilan yang memperkuat portofolio kamu.

6. Tidak menyisipkan refleksi atau insight pribadi

ilustrasi portofolio magang (freepik.com/rawpixel.com)

Portofolio yang bagus nggak cuma nunjukin "apa yang kamu kerjakan", tapi juga "apa yang kamu pelajari". Refleksi ini bisa jadi nilai plus karena menunjukkan bahwa kamu bisa berkembang dari pengalaman. Misalnya, kamu bisa tulis: "Dari proyek ini, saya belajar pentingnya komunikasi lintas divisi dan manajemen waktu saat deadline mepet."

Insight semacam ini menunjukkan kedewasaan profesional dan kesiapanmu untuk tantangan berikutnya. Selain itu, refleksi membuat portofoliomu lebih personal dan menunjukkan bahwa kamu tidak hanya bekerja secara teknis, tapi juga menyerap nilai-nilai penting dari pengalaman magangmu.

Membuat portofolio dari proyek magang memang butuh waktu dan pemikiran ekstra. Tapi, saat kamu melakukannya dengan tepat, hasilnya bisa jadi investasi besar untuk masa depan kariermu. Yuk, segera perbaiki portofoliomu!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team