Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi karyawan kantor (freepik.com/tirachardz)

Pernah gak di antara kamu yang merasa pendapatan bulanan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar? Atau bahkan uang selalu habis sebelum datang gaji berikutnya? Kondisi ini dikenal dengan istilah hidup dari gaji ke gaji atau "paycheck-to-paycheck".

Di Indonesia, hidup dari gaji ke gaji ini bukan hanya dialami oleh masyarakat yang bergaji pas-pasan saja, lho. Tak sedikit orang yang bergaji besar juga mengaku, bahwa dana yang ada di kantong sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir bulan.

Lantas, apa sih yang menyebabkan seseorang hidup dari gaji ke gaji? Yuk, kenali beberapa penyebabnya agar kamu dapat keluar dari siklus tersebut dan membangun langkah nyata menuju kemandirian finansial.

1. Hanya punya satu sumber pendapatan

ilustrasi karyawan kantor (freepik.com/freepik)

Fyi, dunia ini penuh dengan ketidakpastian, termasuk biaya hidup sehari-hari. Terkadang ada kejadian yang tak terduga seperti rumah bocor, kendaraan rusak, anggota keluarga sakit, dan hal mendesak lainnya yang membuat kamu harus mengeluarkan biaya lebih. Jika hanya bergantung pada satu pendapatan saja saja, kamu tidak akan pernah lepas dari siklus hidup dari gaji ke gaji ini.

Dengan memiliki lebih dari satu sumber pendapatan, kamu bisa mengurangi risiko keuangan seperti biaya tak terduga. Meski satu sumber income sedang ada kendala atau mengalami penurunan, kamu masih mempunyai tabungan dari sumber lainnya.
So, pertimbangkan untuk menemukan sumber pendapatan yang lain mulai dari sekarang.

2. Tidak  memiliki perencanaan keuangan yang baik

ilustrasi perencanaan keuangan (freepik.com/jcomp)

Penyebab seseorang hidup dari gaji ke gaji selanjutnya adalah karena tidak memiliki perencanaan keuangan yang baik. Banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui berapa dan untuk apa uangnya digunakan. Tak sedikit pula yang merasa bahwa gajinya hanya numpang lewat di rekening begitu saja.

Agar dapat keluar dari siklus ini, sebaiknya atur anggaran di awal bulan begitu kamu baru menerima gaji. Porsikan pos pengeluaran agar sesuai kebutuhan. Dan yang terpenting, jangan lupa untuk menyisihkan paling sedikit 10—30 persen dari gaji yang kamu dapatkan untuk tabungan.

3. Menggunakan prinsip YOLO

ilustrasi shopping (freepik.com/teksomolika)

Selanjutnya, siklus hidup dari gaji ke gaji ini juga tak lepas dari prinsip you only live once atau YOLO. Istilah YOLO sering digunakan untuk menggambarkan gaya hidup yang cenderung mengutamakan kesenangan tanpa pertimbangan jangka panjang, termasuk dalam mengelola keuangan. Biasanya seseorang berprinsip YOLO cenderung memiliki gaya hidup yang konsumtif dan boros.

Memang hidup harus dinikmati, namun jika terus-terusan berperilaku konsumtif akan berdampak pada kestabilan finansial yang dimiliki. Menghamburkan uang setelah menerima gaji tanpa memikirkan risiko keuangan yang kemungkinan terjadi, justru akan menyusahkan diri sendiri. Jadi, agar dapat keluar dari lingkaran hidup dari gaji ke gaji, sebaiknya hindari prinsip YOLO ini.

4. Gaya hidup jorjoran untuk flexing

ilustrasi flexing (freepik.com/jcomp)

Fenomena flexing di berbagai media sosial mendorong seseorang untuk terus tampil dengan barang bermerek, mengikuti tren demi mendapatkan validasi sukses dan mewah. Gajinya habis digunakan untuk membeli barang yang tren demi mendapatkan pengakuan sosial. Gaya hidup yang seperti inilah yang menyebabkan hidup seseorang bergantung dari gaji ke gaji.

Membeli barang mewah untuk mengikuti tren media sosial tidak akan ada habisnya. Apalagi memaksakan diri untuk membeli barang-barang mahal padahal uang di rekening makin menipis. Jika tidak ingin bergantung dari gaji ke gaji, bergaya hiduplah sesuai dengan kemampuan finansial yang kamu miliki.

5. Sering tergiur diskon dan promo cashback

ilustrasi tawaran diskon (freepik.com/pressfoto)

Siapa yang tidak suka diskon dan promo cashback? Sepertinya semua orang tidak akan menolak jika mendapat kedua tawaran ini ketika sedang berbelanja. Dari yang awalnya tidak berniat berbelanja, ketika ada potongan harga dan promo cashback jadi tergiur untuk membeli.

Dengan adanya diskon dan promo cashback, kamu akan merasa sangat diuntungkan karena bisa membeli barang dengan harga yang murah. Namun, kondisi ini juga bisa membuatmu semakin masuk dalam siklus hidup dari gaji ke gaji. Agar tidak salah langkah, pastikan untuk membeli barang yang sesuai kebutuhan dan harganya tidak melebihi anggaran pengeluaran.

6. Menjadi generasi sandwich

ilustrasi keluarga (freepik.com/freepik)

Penyebab seseorang hidup dari gaji ke gaji selanjutnya adalah terjebak dalam generasi sandwich. Generasi ini tak hanya menanggung biaya hidup diri sendiri dan anak-anaknya, tetapi juga kerabat dan orangtua mereka. Banyak dari mereka yang tidak memiliki tabungan karena gajinya habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan semua orang.

Namun, manajemen keuangan yang benar akan membantu generasi sandwich terhindar dari risiko keuangan, mulai dari perilaku konsumtif yang tidak terkontrol hingga utang yang berlebihan. Oleh karena itu, atur keuanganmu sebaik mungkin dan usahakan untuk tetap menyisihkan sebagian pendapatan untuk dana darurat dan tabungan jangka panjang.

7. Tidak memiliki tabungan dan investasi

ilustrasi tabungan dan investasi (freepik.com/freepik)

Banyak orang menunda untuk menabung dan berinvestasi karena merasa pendapatannya belum memadai. Padahal, pemikiran seperti ini yang membuat kondisi keuangan seseorang tidak berkembang dan semakin menggantungkan hidupnya dari gaji ke gaji.

Memiliki tabungan prioritas dan investasi merupakan langkah nyata mewujudkan kemandirian finansial. Jika tidak, sudah bisa dipastikan kamu tidak akan kaya dengan gaji berapa pun yang dimiliki.

Itu dia tujuh penyebab seseorang hidup dari gaji ke gaji. Dengan mengetahui penyebabnya, kamu bisa mencari jalan agar bisa keluar dari siklus tersebut dan membangun langkah nyata menuju finansial yang mandiri.

Editorial Team