Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Risiko Kamu Gengsi Mengakui Kesalahan di Depan Atasan

ilustrasi perdebatan (pixabay.com/OleksandrPidvalnyi)

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa semua orang di muka bumi ini pasti memiliki kesalahan, ya. Tidak ada manusia yang sempurna, yang selalu benar, termasuk kamu. Sayangnya, tidak semua orang berani untuk mengakui kesalahannya. Padahal, mengakui kesalahan itu bisa mempercepat langkah untuk bisa memperbaikinya. Alih-alih gengsi demi menjaga harga diri, kamu memilih untuk mengalihkan bahkan menutupi kesalahanmu.

Nah, kalau kejadian tersebut berlangsung di tempat kerjamu bagaimana? Tentu saja banyak penderitaan yang kamu rasakan. Mengapa demikian? Ya karena perusahaan membayar kamu untuk bekerja dengan benar. Sudah bekerja dengan salah, masih gengsi untuk mengakuinya pula. Secara lebih lanjut coba simak ulasan 4 risiko saat kamu gengsi mengakui kesalahan di depan atasan berikut ini, berdasarkan pengalaman pribadi penulis.

1. Sakit hati dengan omelan atasan

ilustrasi orang bekerja (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Atasan mana sih yang tidak mengomel saat bawahannya melakukan kesalahan? Terlebih kamu sebagai karyawannya malah berbelit-belit tidak mau mengakui kesalahannya. Dengan berbagai argumentasi yang terlontar, kamu berharap bisa mengalihkan bahkan menutupi kesalahanmu. Ya, gengsimu terlalu besar untuk mengakui kesalahan yang kamu perbuat.

Padahal, dengan kamu mengakui dan meminta maaf tentu atasan tidak akan mengomel sampai kompleks. Apalagi kalau meminta maaf, karena kamu tahu bahwa itu kesalahanmu. Kalau berlarut dalam rasa gengsi, tentu atasan akan terus mengomel hingga kamu mengakui kesalahanmu. Pada akhirnya, kamu sakit hati sendiri mendengar omelannya yang tak kunjung berakhir.

2. Tidak menerima saran dan kritik atasan

ilustrasi perdebatan (pixabay.com/fahribaabdullah14)

Tentunya dengan pengalaman yang dimilikinya, ia bisa memberikan saran dan kritik bijak yang bisa membangunmu. Sayangnya, kamu yang termakan gengsi itu sudah tahu salah, tidak mau mengakui, bahkan enggan menerima masukan. Lantas, siapa yang dirugikan ke depannya? Tentu saja kamu.

Bagaimana tidak, saran dan kritik yang diberikan atasan itu untuk membantu memudahkan pekerjaanmu ke depannya. Oleh karena kamu tertutupi rasa gengsi hingga kesal, maka kecil kemungkinannya untuk kamu mendengarkan, apalagi melaksanakannya. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Ya, kamu akan mengulangi kesalahan yang sama lagi, lagi, dan lagi.

3. Muncul rasa tak suka pada atasan

ilustrasi dunia kerja (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Ketika kamu tidak mengakui kesalahan di depan atasan, tentu semua sikap dan tindakannya yang memarahimu atau sekadar memberi masukan jadi negatif di matamu. Kamu yang tertutupi oleh rasa gengsi akan menganggap apa yang ia lakukan kepadamu itu hanya menjatuhkan harga dirimu.

Hingga pada akhirnya kamu akan menaruh rasa tidak suka dan tidak nyaman ketika berinteraksi dengan atasanmu sendiri. Bukankah begitu menyengsarakan ketika harus bekerja ikut dengan atasan yang kamu tidak merasa aman di dekatnya? Coba pikirkan.

4. Atasan jadi tidak menyukaimu

ilustrasi dunia kerja (pixabay.com/WebTechExperts)

Bayangkan ketika posisinya di balik. Kamu menjadi atasan, lalu punya karyawan yang dibayar untuk melakukan pekerjaan. Pekerjaan yang mereka lakukan itu salah bahkan gagal total, tapi tidak mau mengakui kesalahannya. Apa yang kamu rasakan? Tentu auto emosional dan ingin memarahinya habis-habisan, ya.

Terlebih ketika kamu mengarahkan untuk memperbaiki kesalahannya, ia tetap bersikeras mengaku tidak bersalah. Satu-satunya yang tersisa dalam pemikiranmu itu apa? Ya, jadi tidak menyukainya. Nah, itulah yang akan kamu rasakan ketika gengsi mengakui kesalahanmu pada atasan.

Bukankah sangat tidak enak ketika harus berangkat kerja setiap hari dengan rasa tak suka pada atasan, dan atasan juga kurang menyukaimu? Bukankah kamu menghalangi kemajuan hidupmu sendiri dengan enggan memperbaiki kesalahanmu? Hanya atas dasar termakan oleh gengsi. Jangan sampai niatmu menjaga harga diri menjadi bumerang dengan berbagai penderitaan yang kamu rasakan nantinya, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Melinda Fujiana
EditorMelinda Fujiana
Follow Us