TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Fakta Peed Aya di Pesta Kesenian Bali 2024, Dibuka AHY

Pesta kesenian ini selalu ditunggu-tunggu masyarakat Bali

Siwa Nataraja dari ISI Denpasar saat peed aya PKB ke-46. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali kembali menghadirkan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang masuk menjadi 10 besar karisma event nusantara 2024. Pada penyelenggaraannya yang ke-46 ini, PKB diselenggarakan dari 15 Juni hingga 13 Juli 2024, yang dipusatkan di Taman Budaya Provinsi Bali, Kota Denpasar. PKB ke-46 mengambil tema Jana Kerthi Paramaguna Wikrama yang memiliki makna harkat martabat manusia unggul.

Seperti perhelatan sebelumnya, PKB selalu diawali dengan pawai atau biasa disebut peed aya. Peed aya PKB ke-46 diadakan di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Niti Mandala, Kota Denpasar, Sabtu (15/6/2024) lalu. Seperti apa pelaksanaan peed aya atau pawai PKB ke-46 tahun 2024 kali ini?

1. PKB dibuka oleh AHY sekaligus melepas peed aya

Sebelumnya, Presiden Joko "Jokowi" Widodo dijadwalkan akan membuka rangkaian PKB. Namun, Presiden ke-7 RI ini batal hadir dan digantikan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono atau yang akrab disapa AHY. Dalam sambutannya, putra Presiden ke-5 RI ini sangat mengapresiasi penyelenggaraan pesta kesenian tahunan ini. Ia mengatakan, Pulau Bali yang kaya akan masuknya budaya asing, masih bisa mempertahankan kesenian dan budayanya sendiri.

AHY secara resmi membuka PKB ke-46, sekaligus melepas peed aya atau pawai PKB. AHY bersama Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya; Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati; Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali, I Nyoman Adi Wiryatama; serta Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Angela Tanoesoedibjo memukul kulkul (kentongan tradisional Bali) sebagai tanda dibukanya seluruh rangkaian PKB ke-46. Setelah pemukulan kulkul ini, peed aya atau pawai PKB mulai dilaksanakan.

2. Peed aya diikuti oleh 9 kabupaten/kota di seluruh Provinsi Bali

Peed aya atau pawai PKB tahun ini dibuka dengan pertunjukan dari Institut Seni Indonesia (ISI) dengan garapan seni berjudul Siwa Nataraja, maskotnya PKB. Siwa Natara merupakan perwujudan puncak keagungan Tuhan Yang Maha Esa sebagai manifestasi dewa tertinggi, dewanya penari.

Selain ISI Denpasar, sembilan kabupaten/kota yang ada di Bali turut mengisi rangkaian pawai. Masing-masing kabupaten/kota mengisi rangkaian pawai sesuai dengan tema PKB. Mereka menampilkan ciri khas daerahnya masing-masing, dari pakaian, seni tari, upacara atau tradisi, serta menampilkan fragmen tari. Pawai ini dimulai dari Kabupaten Jembrana, dan ditutup oleh Kabupaten Klungkung.

3. Masing-masing kabupaten/kota menampilkan upacara yang berkaitan dengan siklus hidup manusia

Satu keunikan dari peed aya PKB tahun ini adalah masing-masing kabupaten/kota menampilkan upacara atau tradisi yang berkaitan dengan siklus hidup manusia. Upacara sejak bayi dalam kandungan hingga kembali kepada Sang Pencipta dihadirkan dalam iring-iringan. Tentunya, dengan harapan masyarakat yang menonton mengetahui upacara atau tradisi ini.

Kabupaten Jembrana menghadirkan Magedong-gedongan, yaitu upacara saat usia kandungan memasuki 7 bulan. Kabupaten Gianyar menampilkan Tutug Kambuhan, yaitu upacara saat bayi berumur 42 hari. Selanjutnya, Kabupaten Bangli menghadirkan Nyambutin yaitu upacara saat bayi berumur 3 bulan dalam kalender Bali. Kabupaten Tabanan menghadirkan Menek Kelih atau Munggah Daha, yaitu upacara saat anak telah memasuki masa akil balik, yang mana untuk perempuan ditandai dengan menstruasi dan laki-laki dengan adanya perubahan suara.

Kota Denpasar menghadirkan Mepandes yaitu upacara potong gigi. Setelah Kota Denpasar, dilanjutkan dengan Kabupaten Buleleng yang menghadirkan Mebayuh dan Mewinten, yaitu upacara pembersihan diri atau sering disebut dengan upacara ruwatan. Kemudian ada Kabupaten Karangasem yang menghadirkan Pawiwahan yaitu upacara pernikahan tradisional Bali. Tradisi yang dihadirkan dalam upacara pernikahan ini adalah Tradisi Matepak Sangku, yaitu jika yang pasangan yang menikah sama-sama berasal dari keluarga bangsawan.

Kabupaten Badung menghadirkan upacara setelah seseorang meninggal, yaitu Pelebon, yang termasuk dalam Pengabenan. Uniknya, Kabupaten Badung menghadirkan iring-iringan lembu dan bade yang biasanya untuk mengiringi jenazah ke lokasi pengabenan. Sebagai penutup, Kabupaten Klungkung menghadirkan Nyekah atau Mamukur, yaitu upacara penyucian roh setelah upacara ngaben.

4. Peed aya menghadirkan tiga fragmen perang puputan yang ada di Bali

Perang Puputan adalah istilah masyarakat Bali untuk berjuang hingga tetes darah terakhir atau perang habis-habisan. Pada zaman penjajahan, masyarakat Bali berperang secara habis-habisan melawan Belanda. Perang Puputan ini terjadi di berbagai wilayah Bali.

Kabupaten Tabanan menghadirkan Perang Puputan yang dipimpin oleh perempuan tangguh bernama Sagung Wah. Fragmen tari ini mengambil judul Balikan Wangaya yang bercerita mengenai perjuangan Sagung Wah melawan penjajah Belanda pada 5 Desember 1906. Sagung Wah bersenjatakan keris pusaka Pura Batukaru yang mampu membuat pasukan Belanda kocar-kacir.

Kota Denpasar menghadirkan fragmen tari berjudul Ida Cokorda Mantuk Ring Rana. Fragmen tari ini bercerita mengenai PPerang Puputan Badung yang dipimpin oleh Raja Badung, I Gusti Ngurah Made Agung. Raja Badung gugur bersama prajurit serta rakyat Kerajaan badung yang turut berperang habis-habisan melawan penjajah Belanda.

Kabupaten Badung menghadirkan fragmen tari Perjuangan Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai. I Gusti Ngurah Rai memimpin pasukan Bali yang hanya menggunakan senjata sederhana bambu runcing dan senjata tradisional lainnya untuk menghadapi serangan tentara Belanda. I Gusti Ngurah Rai gugur dalam Perang Puputan melawan penjajah Belanda.

Fragmen tari Perang Puputan terakhir adalah persembahan dari Kabupaten Klungkung. Fragmen tari ini mengangkat kisah Perjuangan Ida I Dewa Agung Jambe. Raja Klungkung yang merupakan penerus Dinasti Gelgel ini memimpin erang uputan melawan penjajah Belanda yang masuk ke wilayah Kerajaan Klungkung. Ida I Dewa Agung Jambe gugur dalam perang ini pada 28 April 1908. Perang Puputan ini kemudian diperingati sebagai Hari Puputan Klungkung sekaligus sebagai Hari Jadi Kota Semarapura.

Masyarakat sangat antusias menyaksikan peed aya atau pawai Pesta Kesenian Bali ke-46 ini. Mereka rela berdesak-desakan untuk melihat iring-iringan pawai dari masing-masing kabupaten/kota di Bali.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menyenangi hal-hal baru. Menulis salah satu hobi sejak jaman blog. Menulis apa saja yang ada di hati.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya