Bawakan Puisi "XXL", Wulan Terpilih Jadi Bali Poetry Slam Champion

Seru lho ajang Unspoken Bali Poetry Slam ini

Grand final Unspoken Bali Poetry Slam akhirnya telah selesai diselenggarakan di BetelNut Cafe, Jalan Raya Ubud, Gianyar, Sabtu (1/12) lalu. Ada enam finalis yang bertarung dalam poetry slam di antaranya Sidhi Vhisatya, Juli Sastrawan, David Chadwick, Wulan Saraswati, Aufa Ibadurrahman dan Rahatri Ningrat. Dari enam slammers, sebutan para finalis Unspoken Bali, terpilihlah Wulan Dewi Saraswati sebagai "Bali Poetry Slam Champion 2018".

Poetry Slam atau dalam bahasa Indonesianya berarti adu puisi ini, bisa dibilang mirip lomba baca puisi sih. Tapi yang ini sangat unik. Seperti apa keunikan dan keseruannya? Simak ulasannya di bawah ini.

1. Wulan membawakan puisi tentang kegelisahan diri

Bawakan Puisi XXL, Wulan Terpilih Jadi Bali Poetry Slam ChampionDok.Pribadi/Bernardinus Amanda Nugraha

Untuk mendapatkan pemenangnya, para finalis poetry slam harus melalui dua babak yang masing-masing membawakan dua puisi berbeda dengan tema “The Grand Slam: Unspoken Anger”. Wulan Dewi Saraswati berhasil mengumpulkan skor tertinggi di ajang tersebut.

Wulan, sapaan akrabnya, yang membacakan puisi berjudul "XXL" dan "Mantra Sebelum Tidur" berhasil mengumpulkan total poin 44,6 di babak pertama dan 42,9 di babak kedua.

Puisi "XXL" yang ia bawakan merupakan kegelisahan diri, merasa marah karena pandangan orang-orang yang men-judge tentang perempuan gendut dan perempuan yang hitam. "Kedua (Puisi "Mantra Sebelum Tidur") adalah menyindir para politisi yang tidur saat rakyatnya masih terdampar di jalan," terang perempuan berusia 24 tahun ini.

Baca Juga: Jamel Hall & Abduljalil Hadir di Adu Puisi Unspoken Bali Malam Ini

2. Jurinya adalah para penonton yang dipilih secara acak

Bawakan Puisi XXL, Wulan Terpilih Jadi Bali Poetry Slam ChampionBern

Wulan mengaku senang karena bisa bertemu dengan para finalis yang kreatif dan bahagia karena bisa merayakan kemenangan ini dengan cara yang berbeda. Sebab menurutnya poetry slam sangat jujur dan fair karena jurinya dipilih secara acak oleh founder Unspoken Bali, Dedi Marmer.

Ya, sebelum laga dimulai, Dedi memilih lima penonton secara acak untuk dijadikan sebagai juri. Para penonton yang terpilih itu terpantau berasal dari orang lokal hingga Negara lain serta memiliki latar belakang pekerjaan yang tidak diketahui oleh penonton maupun para finalis, bahkan oleh Dedi sendiri.

Masing-masing juri akan diberikan kertas berisi angka untuk memberikan skor dengan rentang nilai 1 sampai dengan 9.

Cara seperti itu membuat mahasiswi S2 Fakultas Ilmu Budaya jurusan Linguistik Universitas Udayana ini merasa tertantang. "Kita membuat sendiri puisinya. Orang-orang lalu menilai puisi dan cara membacanya. Karena sedikit orang yang bisa membaca puisi," ungkapnya.

3. Ada pesan nih dari Wulan buat para millennials di Bali

Bawakan Puisi XXL, Wulan Terpilih Jadi Bali Poetry Slam ChampionDok.Pribadi/Bernardinus Amanda Nugraha

Wulan menyarankan millennials supaya menyuarakan kegalauannya lewat puisi daripada status Facebook. Seperti ini katanya:

"Kalian punya kegelisahan yang hanya di-upload di status Facebook, sekarang coba kita alihkan ke dalam bahasa yang lebih tertutup, terbungkus dan tidak menelanjangi diri kita sendiri. Biarkan orang-orang itu penasaran, siapa sih yang dibicarakan, jadi tidak langsung menohok ke orang itu. Itu jauh lebih bijak jika dilakukan dengan cara seperti itu, dan gunakan bahasa idiom. Jangan berhenti di status Facebook, ayo disuarakan melalui puisi."

4. Dimeriahkan oleh penyair Jamel Hall dan Ahlaam Abduljalil

Bawakan Puisi XXL, Wulan Terpilih Jadi Bali Poetry Slam ChampionDok.Pribadi/Bernardinus Amanda Nugraha

The Grand Slam: Unspoken Anger” ini dimeriahkan oleh para penyair dari Jamaika, Jamel Hall dan Ahlaam Abduljalil dari Amerika Serikat. Apalagi Ahlaam Abduljalil adalah seorang penyair, penulis dan storyteller berdarah Timur-Afrika/Arab/Amerika dan berkulit hitam. Hmmm, pokoknya keren banget deh puisi-puisi karya mereka.

5. Baca puisi seperti Unspoken Bali perlu diteruskan biar makin banyak peminatnya

Bawakan Puisi XXL, Wulan Terpilih Jadi Bali Poetry Slam ChampionBern

Juli Sastrawan, slammer Unspoken Bali sekaligus penulis buku antologi cerita pendek berjudul "Lelaki Kantong Sperma" ini mengungkapkan skema penjurian, skor dan aturan di Unspoken Bali sangat berbeda dari ajang baca puisi yang konvensional.

Juli berharap ajang ini diteruskan dan dikembangkan supaya makin banyak peminatnya serta mendapat tempat di hati masyarakat seperti stand up comedy.

6. Mereka keliling di tiga kabupaten wilayah Bali untuk menemukan para slammer

Bawakan Puisi XXL, Wulan Terpilih Jadi Bali Poetry Slam ChampionDok.Pribadi/Bernardinus Amanda Nugraha

Unspoken Bali Poetry Slam ini dirintis tahun 2017 oleh Virginia Helzainka, Doni Marmer, dan Trifitri Muhammaditta. Konsep semacam ini pertama kali muncul di Amerika Serikat dan mereka terinspirasi dari situ. Di mana para pembaca puisi menyerukan karya orisinalnya kepada audiens selama maksimal tiga menit tanpa menggunakan properti.

Untuk mencari para slammers, mereka melakukan open mic di tiga kabupaten wilayah Bali seperti Denpasar, Gianyar, dan Singaraja selama tiga bulan sepanjang tahun. Tepatnya di Rama Indah, Rumah Sanur, dan Komunitas Mahima Singaraja.

Pertama di bulan Maret, mereka mengangkat tema tentang “Unspoken Anxiety”. Kedua adalah “Unspoken Lust” di bulan Juni, dan yang ketiga adalah “Unspoken Freedom” di bulan September. Baru pada tahap final ini temanya adalah “Unspoken Anger”. Dari tiga wilayah tersebut akan diambil dua orang pemenang untuk melaju ke babak final.

7. Penonton akan menjentikkan jari jika menyukai puisi para slammers

Bawakan Puisi XXL, Wulan Terpilih Jadi Bali Poetry Slam ChampionDok.Pribadi/Bernardinus Amanda Nugraha

Ini keunikan lainnya. Penonton akan menjentikkan jari di saat para slammers membacakan puisinya. Gerakan itu diartikan sebagai persetujuan penonton akan makna dan keindahan puisi yang dibacakan para slammers.

Doni Marmer tidak menyangka jika respon dari peserta yang datang sangat luar biasa. Apalagi di akhir acara, mereka gak sekadar menyaksikan saja, tetapi juga diajak untuk membaca puisinya sendiri.

"Ternyata lumayan responnya. Menurutku itu luar biasa, aku dan Virginia happy banget sebagai founder. Merasa pesan kita juga dapat bahwa Unspoken itu sebenarnya adalah gerakan yang kita buat untuk menstimulasi para pembaca puisi di Bali terutama anak mudanya," ungkapnya.

8. Doni dkk akan open mic untuk anak sekolah, mahasiswa hingga masyarakat umum

Bawakan Puisi XXL, Wulan Terpilih Jadi Bali Poetry Slam ChampionDok.Pribadi/Bernardinus Amanda Nugraha

Ke depannya, Doni dkk pengin mengadakan program edukasi seperti open mic dan workshop puisi untuk anak sekolah, mahasiswa hingga masyarakat umum. Program ini dibiayai dari keuntungan tiket penjualan Unspoken Bali Poetry Slam Sabtu lalu dan murni kegiatan non profit.

"Awal tahun sampai pertengahan mau keliling sekolah untuk open mic supaya makin banyak yang terlibat dalam kegiatan pembacaan puisi. Kita minta mereka mau membacakan puisi karya sendiri, bukan karya orang lain. Tema-tema tetap kita masukkan supaya ada petunjuk supaya bisa menulis sesuai hati mereka. Di akhir tahun juga akan mengadakan grand slammer serupa," imbuhnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya