Bangkit dari Pandemik, Musisi Asal Bali The Lingsir Rilis EP Perdana

Ubah energi negatif menjadi positif dengan bermusik yuk!

Pandemik COVID-19 tidak menghentikan kreativitas anak-anak muda di Bali untuk terus berkarya. Kondisi yang serba terbatas selama dua tahun belakangan ini justru membuat beberapa di antara mereka justru semakin terpacu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Seperti yang dilakukan band asal Kabupaten Gianyar, The Lingsir.  

Terbilang masih muda, dibentuk pada November 2021 lalu, grup band yang bermaskas di Tewel Studio, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar ini mengusung genre Oldskool Heavy Metal. Seperti apa karya terbaru mereka? 

Baca Juga: Musisi Bali Tjok Bagus Rilis Single Ya Sudahlah, Persembahan untuk Ibu

1. Nama grup band ini memiliki arti jangan menua

Bangkit dari Pandemik, Musisi Asal Bali The Lingsir Rilis EP PerdanaThe Lingsir grup band indie asal Bali. (Dok. IDN Times / istimewa)

Sebelum mengenal lebih jauh karya-karya mereka, sang vokalis, Anom, menyampaikan bahwa nama The Lingsir memiliki makna jangan menua. Grup ini beranggotakan Anom (36) pada vokal, Komang Kape (43) pada gitar, War (44) pada bass, dan Jayen (30) pada drum.

Dengan umur The Lingsir yang masih sangat muda, tetapi dimotori oleh orang-orang yang menolak tua, mereka berharap bisa memberikan suasana baru di blantika musik indie dan underground di Bali pada khususnya.

“Jangan menua atau kami memang sudah tua. Intinya kami adalah jiwa-jiwa muda yang terjebak dalam tubuh yang telah menua,” ungkap Anom, Senin (14/2/2022).

Mereka yang tergabung di The Lingsir sesungguhnya sebelumnya merupakan pentolan dari band-band yang telah ada. Anom dari Superstar Superfuck atau Tigasatoe, Komang Kape dari Suicidal Sinatra, War dari Noise Inside, serta Jayen dari GIA N Friends.

2. The Lingsir dibentuk karena selama pandemik COVID-19 kesibukan mereka berkurang

Bangkit dari Pandemik, Musisi Asal Bali The Lingsir Rilis EP PerdanaThe Lingsir grup band indie asal Bali. (Dok. IDN Times / istimewa)

Anom menyampaikan bahwa saat pandemik COVID-19 ini, mereka harus bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH). Kesibukan mereka pun mulai berkurang. Kondisi tersebut justru mendorong mereka untuk melahirkan ide bersama membuat band baru.

“Kami terbentuk karena memang kesibukan kami berkurang selama pandemik. Ada yang WFH, ada yang jam kerjanya berkurang, sampai jobless. Kami dari berbagai latar belakang pekerjaan dan lebih kebanyakan ngumpul-ngumpul di studio,” ungkapnya.

Sebelum memutuskan menggunakan The Lingsir sebagai nama band, ada beberapa opsi nama. Namun atas saran Komang Kape, akhirnya The Lingsir menjadi nama band yang dianggap sesuai untuk menggambarkan usia mereka yang tidak muda lagi.

“Nama The Lingsir sendiri bukan pilihan awal karena ada nama-nama yang lain, yang agak seram dan lebih dark lagi yang ingin dipakai,” ungkapnya.

3. The Lingsir akan merilis karya pertamanya berupa Extended Play bertajuk Prematur

Bangkit dari Pandemik, Musisi Asal Bali The Lingsir Rilis EP PerdanaThe Lingsir grup band indie asal Bali. (Dok. IDN Times / istimewa)

Anom mengaku bahwa genre yang diusung The Lingsir ini banyak diinspirasi oleh band–band cadas seperti Black Sabbath, AC/DC, Deep Purple, Danzig, Iron Maiden, Metallica, dan ada juga band punk seperti Motorhead dan The Misfits.

The Lingsir akan merilis karya pertamanya berupa Extended Play (EP) yang bertajuk Prematur. Dalam EP ini disajikan empat lagu bertemakan kehidupan sosial, luapan kegelisahan, kemarahan, bahkan keputusasaan. Beberapa lagu yang ada di dalam EP itu di antaranya Monology, Kalah, Orientasi Endemik, serta Euforia Kematian.

“Dengan lirik-lirik tajam, gelap, kritik dan beberapa khayalan yang tak kunjung nyata, dibalut dengan musik oldskool heavy metal,” ungkapnya.

Anom mengaku saat pandemik ini bandnya justru lebih banyak membuat karya untuk senantiasa menunjukkan eksistensinya di belantika musik. Baginya, cara yang baik mengubah energi negatif menjadi positif adalah dengan bermusik.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya