TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pianis Bali Gede Yudis Merilis Single Memory

Single ini tentang rindu. Awas galau

Pianis asal Bali, Gede Yudis (Dok.IDN Times/istimewa)

Denpasar, IDN Times – Pianis asal Bali, Gede Yudis, merilis single Memory sebagai pembuka menuju album keduanya. Single ini terinspirasi dari kisah pribadi yang dilanda rindu kepada orang yang telah pergi. Kondisi ini tentu juga dialami oleh beberapa orang lainnya kan? Seperti apa single ini, sehingga dapat membuat pendengarnya semakin larut ke dalam kerinduan yang dalam?

1. Bersyukur dalam setiap momen dan kebersamaan

Gede Yudis mengatakan, hadirnya single Memory terinspirasi dari kisah pribadinya akan kerinduan seseorang yang telah pergi. Single ini menjadi pengingat, bahwa mereka yang telah tiada adalah harta tak ternilai yang patut dijaga dan dirayakan. Kenangan indah bersama mereka yang telah pergi akan selalu hidup di hati, dan cinta mereka akan terus mewarnai perjalanan hidup.

"Memory bukan sekadar kesedihan, tapi tentang rasa syukur atas waktu yang pernah dilewati bersama mereka terkasih,” ungkapnya.

2. Permainan instrumen terangkai menjadi melodi yang menyentuh

Single ini tidak disertai lirik, karena sang pianis hanya memainkan instrument. Permainan melodi yang menyentuh selama 5 menit, mampu membawa pendengar menyelami lorong kenangannya kembali.

“Saya garapnya kira-kira dari Juli 2023, di sela-sela kerjaan,” kata Gede Yudis.

Single ini dirilis via platform musik digital, pada Senin (24/6/2024). Ia berharap single ini menjadi pembuka menuju album keduanya yang diberi tajuk 1999. Album 1999 nantinya menjadi album kedua Gede Yudis, setelah album perdananya dirilis 2021 lalu.

3. Makna angka di balik album kedua

Berbicara album 1999 bukan sekadar angka biasa bagi musisi yang kini bermain bersama Balawan, Nosstress, Jaklima, dan Soulfood. Dipilihnya 1999 yang berisi 10 lagu ini karena angka tersebur merupakan tahun kelahiran Gede Yudis, dan ini menjadi inspirasi utama di balik pembuatan album. Selain itu, juga menandakan akhir abad ke-20, periode yang penuh transisi dan pergolakan.

Perpaduan ini melahirkan sebuah album yang kaya akan eksplorasi musik dan refleksi personal. Berbeda dengan album perdananya yang memadukan unsur klasik dengan pop. Album 1999 sepenuhnya berfokus pada genre klasik crossover.

Berita Terkini Lainnya