Berkaca dari Pencurian Celana Dalam di Bali, Apa Itu Fetish? 

Jangan malu untuk periksakan diri ya

Belum lama ini warga di Gang Babakan Sari, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan resah karena diduga ada pelaku pencurian celana dalam perempuan. Kapolsek Denpasar Selatan, AKP I Gede Sudyatmaja, saat dikonfirmasi mengatakan belum ada laporan atas kejadian ini. Namun pihaknya mengatakan tetap akan melakukan penyelidikan dugaan tindak pidana tersebut.

Berkaca dari pencurian celana dalam itu, apa sesungguhnya yang terjadi pada pelaku? Apakah tergolong fetish? Berikut penjelasan Psikiater di Klinik Utama Sudirman Medical Center (SMC) Denpasar, sekaligus Founder Rumah Berdaya dan pegiat kesehatan jiwa di Komunitas Teman Baik, dr I Gusti Rai Putra Wiguna SpKJ:

Baca Juga: Fetish Dinilai Gangguan, Gilang 'Bungkus' Divonis 66 Bulan Penjara

1. Pencurian celana dalam perempuan kerap terjadi di sekitar lokasi

Berkaca dari Pencurian Celana Dalam di Bali, Apa Itu Fetish? Foto hanya ilustrasi. Unsplash/Mario Azzi

Di gang tersebut, diketahui sudah ada tiga warga mengaku menjadi korban pencurian celana dalam (CD) perempuan. Seorang warga, Gede Omes Wijaya, mengaku pencurian CD ini kerap terjadi dan istrinya ikut menjadi korban. Celana dalam istrinya yang bermotif renda dan berwarna mencolok hilang saat dijemur di halaman rumah kontrakannya. Rupanya hal yang sama juga dialami oleh tetangga mereka.

“Banyak CD di jemuran pasti yang hilang motif renda dan masih baru,” ungkapnya.

Nasib serupa juga dialami Wenny yang merupakan tetangga Omes. Hanya saja Wenny mengaku kehilangan kipas angin dan rokok milik suaminya yang ditaruh di teras rumah kontrakannya. Sementara Dek Bull, penghuni lainnya di gang yang sama, juga mengaku pernah kecurian rokok.

2. Perilaku fetish ini merangsang seksual melalui benda

Berkaca dari Pencurian Celana Dalam di Bali, Apa Itu Fetish? Ilustrasi Seks (IDN Times/Arief Rahmat)

Psikiater di Klinik Utama Sudirman Medical Center (SMC) Denpasar, sekaligus Founder Rumah Berdaya dan pegiat kesehatan jiwa di Komunitas Teman Baik, dr I Gusti Rai Putra Wiguna SpKJ, saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Jumat (26/11/2021), menyampaikan bahwa pencurian celana dalam seperti yang akhir-akhir ini ramai terjadi di masyarakat, ia duga merupakan kondisi gangguan seksual bagi pelakunya. Di mana pelaku cenderung lebih tertarik dengan benda-benda yang berkaitan dengan seksualitas. Padahal bagi sebagian besar orang, barang-barang tersebut kesannya biasa saja dan tidak memberikan rangsangan seksual.

“Kemungkinan besar ya kami menduga kalau keadaan-keadaan semacam itu berhubungan dengan yang dinamakan fetish disorders ya. Gangguan seksual ya dalam golongan besarnya dalam penggolongan gangguan jiwa namanya paraphilia ya. Gangguan orientasi seksualnya itu lebih tertuju kepada benda yang terkait seksualitas atau salah satu bagian tubuh,” jelasnya.

Berkaca dari Pencurian Celana Dalam di Bali, Apa Itu Fetish? ilustrasi seks (IDN Times/Arief Rahmat)

Ketertarikan ini, menurutnya bisa bermacam-macam. Penderita fetish bisa tertarik dengan celana dalam, dan salah satu anggota tubuh misalnya leher, ketiak, serta kaki. Meskipun orang tersebut memiliki gangguan fetish, namun mereka juga tetap bisa memiliki pasangan hingga berhubungan seksual dengan pasangannya. Akan tetapi, sensasi ketegangan dan rangsangan dari benda-benda tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan saat berhubungan langsung dengan pasangannya.

Dalam hal ini bisa dikatakan gairah seksual terhadap pasangannya menurun dan lebih terpuaskan dengan hal-hal tersebut sehingga dapat menganggu keharmonisan rumah tangga dan sebagainya.

“Memang orang dengan fetish disorders ini terangsang dengan benda-benda itu. Bahkan dibandingkan dengan orangnya. Ya memang yang merangsang dia itu bendanya. Bukan siapa pemakainya,” imbuhnya.

3. Mengalami ketegangan emosional dan didominasi oleh laki-laki

Berkaca dari Pencurian Celana Dalam di Bali, Apa Itu Fetish? unsplash.com/apostolosv

Jika para penderita fetish ini tidak melakukan aksinya, maka mereka akan mengalami ketegangan secara emosional. Penderita tidak terpuaskan dan mengalami kecemasan luar biasa. Namun jarang dari mereka berkeinginan untuk konsultasi mencari bantuan. Mengapa?

Dokter Gusti Rai Putra mengaku sejauh ini hanya pernah satu kali menerima pasien yang berkonsultasi dengan permasalahan fetish. Menurutnya penderita fetish ini didominasi laki-laki sehingga cenderung pencurian celana dalam menyasar milik perempuan. Namun alasan mengapa lebih banyak laki-laki yang menderita gangguan seksual semacam ini? Ia mengaku belum ada penjelasan dan penelitian yang mengungkapkan kejadian tersebut.

“Pernah juga saya menangani karena sudah sangat mengganggu. Jadi kebetulan dia sudah berkeluarga. Ketika dia berkeluarga kan mulai sulit ya. Batasannya kan sudah banyak kan. Sudah ada anaknya, sudah ada istrinya. Kapan lagi ya dia punya me time. Hanya bersama, misalnya pakaian dalam begitu,” jelasnya.

Barang-barang yang dicuri tersebut kebanyakan hanya disimpan oleh pelaku hingga menggunakan pakaian dalam tersebut untuk membantu mereka masturbasi dan mendapatkan kepuasan seksual.

Para penderita festish ini bisa diterapi tapi tingkat pulihnya tergantung dari keinginan yang bersangkutan. Banyak dari mereka dengan gangguan seksualitas ini mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi saat melakukan pekerjaannya karena pikirannya hanya fokus pada hal tersebut.

“Sebagian dari mereka itu tahu lho, itu sebenarnya sangat menganggu. Artinya tidak perlu dipikirkan tapi otomatis begitu,” jelasnya. Selain celana dalam, sepatu perempuan yang seksi juga menjadi salah satu objek menarik bagi penderita fetish.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya