Penyebab Badai Sitokin yang Hampir Merenggut Nyawa Deddy Corbuzier

Ini komplikasi umum yang membuat pasien COVID-19 meninggal

Deddy Corbuzier pada 10 Agustus 2021 mengumumkan menonaktifkan seluruh media sosial (Medsos), podcast, dan WhatsApp tanpa menjelaskan alasannya. Namun pada 22 Agustus 2021 kemarin, Deddy akhirnya kembali muncul di akun Instagram dan podcast. Ia mengabarkan dirinya positif COVID-19 dan kritis akibat badai sitokin.

Ia mengaku hampir kehilangan nyawa karena badai sitokin tersebut. Apa sih sebenarnya badai sitokin itu? Berikut penjelasan terkait badai sitokin:

Baca Juga: Manfaat Minum Air Putih di Pagi Hari, Kulit Jadi Halus dan Bercahaya

1. Sitokin merupakan senyawa pembawa pesan

Penyebab Badai Sitokin yang Hampir Merenggut Nyawa Deddy Corbuzierpixabay.com/qimono

Dilansir dari News Medical, sel tubuh manusia memproduksi senyawa yang bernama sitokin. Sitokin ini bisa dikatakan sebagai pembawa pesan antar sel imun. Dalam kondisi normal, dia bekerja sama dengan sel darah putih (Limfosit) menuju jaringan yang terinfeksi untuk membasmi virus dan senyawa patogen.

Namun apabila level sitokinnya tidak terkendali dalam menyerang virus, maka akan muncul badai sitokin. Dia sebagai imun akan merespons secara berlebihan dan dapat menimbulkan komplikasi yang serius di tubuh manusia. Kadar sitokin dalam darah juga akan berlebihan.

Peningkatan produksi sitokin inflamasi umumnya akan terlihat di tubuh pasien COVID-19, dan badai sitokin termasuk komplikasi yang mematikan.

Baca Juga: 7 Daftar Makanan dan Minuman yang Baik Dikonsumsi Setelah Vaksinasi

2. Para ilmuwan masih mencari tahu penyebab badai sitokin

Penyebab Badai Sitokin yang Hampir Merenggut Nyawa Deddy CorbuzierIlustrasi ambulans (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Namun penyebab yang baru mereka ketahui sekarang ini berkaitan dengan infeksi, faktor genetik, dan autoimun.

Infeksi virus dan bakteri tertentu dapat memicu munculnya badai sitokin dan yang paling umum adalah infeksi virus influenza A. Inilah satu faktor yang menyebabkan angka kematian pada pandemik influenza 1918 meningkat pesat.

Seseorang yang memiliki riwayat keturunan hemofagositik limfohistiositosis (HLH) juga dapat menimbulkan badai sitokin sebagai respons infeksi.

Termasuk orang yang mengalami gangguan autoimun. Beberapa kasus badai sitokin ditemukan pada lupus, penyakit Still, dan juvenile idiopathic arthritis (JIA) sistemik. Hanya saja badai sitokin pada pasien autoimun disebut dengan sindrom aktivasi makrofag atau macrophage activation syndrome.

3. Gejala-gejala seseorang yang mengalami badai sitokin:

Penyebab Badai Sitokin yang Hampir Merenggut Nyawa Deddy CorbuzierTim Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 memakamkan jenazah pasien positif COVID-19 (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)

Dilansir dari Verywell Health, seseorang yang mengalami badai sitokin akan muncul gejala yang parah seperti tekanan darah rendah (Hipotensi) dan meningkatnya pembekuan darah (Trombosis). Gejala tersebut dapat membuat jantung tidak bisa memompa secara optimal. Akibatnya, dapat merusak organ tubuh lain, gagal organ, hingga kematian.

Namun gejala umumnya adalah:

  • Kulit kemerahan (Rubor)
  • Pembengkakan (Tumor)
  • Panas demam (Calor)
  • Nyeri otot dan persendian (Dolor)
  • Menurunnya fungsi tubuh (Functio laesa)
  • Letih dan lesu
  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala
  • Batuk
  • Sesak napas
  • Napas cepat
  • Tremor
  • Kejang
  • Linglung dan halusinasi
  • Kesulitan mengendalikan gerakan tubuh.

Masih banyak hal-hal lain yang harus kamu ketahui tentang badai sitokin. Sebaiknya kamu baca selengkapnya di sini ya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya