Menganalisa Ciri-Ciri Depresi Berdasarkan Isi Chat

Ini mengandung trigger warning

Denpasar, IDN Times – Baru-baru ini media lokal di Bali, termasuk IDN Times Bali, menerbitkan tentang penetapan kematian mahasiswa di Kota Denpasar sebagai kasus bunuh diri. Kepolisian menetapkan ini berdasarkan hasil penelusuran dan forensik psikiatri. Terlepas dari kasus ini, ada satu poin menarik yang bisa dijadikan sebagai bahan diskusi dan edukasi. Yaitu hasil forensik percakapan (baik itu lewat chat, dan lainnya) orang untuk menggambarkan kondisi kesehatan jiwanya.

Dokter Psikiatri Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah Denpasar, Lely Styawati Kurniawan, mengulas contoh-contoh kalimat menyiratkan pesan depresi yang tidak boleh kita biarkan begitu saja. Orang-orang seperti ini membutuhkan support system dari orang terdekat dan segera ajaklah untuk bertemu orang profesional di bidangnya, bukan self-diagnosis. Berikut ini ulasannya.

Trigger warning! Artikel ini memuat pesan yang dapat mengganggu kenyamanan, reaksi mental dan fisik. Mohon kebijaksanaan pembaca.

Baca Juga: Ada Unsur Bunuh Diri dalam Kematian Mahasiswa Medan di Bali

Baca Juga: Kesaksian Pemilik Kos, Mahasiswa Medan Jarang Keluar Kamar

1. Ciri-ciri pesan yang menyiratkan seseorang sedang depresi

Menganalisa Ciri-Ciri Depresi Berdasarkan Isi ChatFoto hanya ilustrasi. (Pixabay/Wokandapix)

Ada beberapa pesan tersirat yang menandakan seseorang sedang depresi, meskipun sudah memiliki pasangan. Contoh kalimat, misalnya:

“Aku nggak bosan sama kamu. Aku mau sama kamu. Ini semua bukan tentang kamu lho. Ada yang salah di diriku. Aku nggak tahu apa ini, tapi aku selalu cemas. Aku pingin semua baik-baik saja tapi gak pernah sesuai dengan keinginan.”

Dokter Lely menyimpulkan pesan itu, bahwa orang tersebut sebetulnya ingin berbuat lebih baik lagi, tapi tidak berhasil, dan terus dikejar rasa bersalah. Hal ini merupakan ciri terjadinya gangguan depresi. Lalu ada beberapa pesan lain yang juga menyiratkan kedepresian. Misalnya: 

“Nggak tahulah kamu aja yang menilai. Aku juga udah nyerah dengan hidupku. Tinggalin aja aku. Aku juga enggak berhak dapat cinta dari siapa pun.”

Dokter Lely menganalisis pesan di atas, bahwa orang tersebut merasa tidak berharga lagi, yang menyiratkan ungkapan keputusasaan. Ini juga menjadi pertanda depresi.

2. Pesan yang menyiratkan orang depresi pada dasarnya punya semangat, dan mau mengubah hidupnya

Menganalisa Ciri-Ciri Depresi Berdasarkan Isi ChatFoto hanya ilustrasi. (Unsplash.com/Scott Graham)

Menurut Dokter Lely, seseorang yang depresi pada dasarnya memiliki semangat, dan daya juang untuk mengubah hidupnya. Namun ada beberapa hal yang membuat orang itu tidak mampu melawan pikirannya sendiri yang mengganggu. Contoh pesannya:

“Di satu sisi aku enggak kuat hidup ini. Tapi aku punya rasa tanggung jawab yang kuat. Aku harus bisa bantu keluargaku bangkit. Aku harus bisa bantu adik-adikku. Jalan hidup yang lebih baik biar nggak kayak aku.”

Kalimat di atas menyiratkan ada rasa semangat, namun pikirannya berkali-kali membuat dia merasa gagal. Tidak kuat lagi menghadapi hidup, sehingga mengatakan benar-benar hidupnya tidak berarti.

Contoh kalimat di bawah ini adalah pernyataan keinginan untuk bunuh diri yang diungkapkan berulang-ulang. Menurut Dokter Lely, ada kata-kata yang diulang yakni bunuh diri. Lely menyimpulkan, bahwa keinginan untuk bunuh dirinya ini sudah cukup lama. 

“Aku gak tahu Beb. Bukan karena kerja tapi aku memang gak kuat selama ini. Bunuh diri. Aku nggak kuat. Emang selama ini bunuh diri cuman ada di pikiranku. Tapi pasti suat saat aku bakal ngelakuin itu. Pasti. Aku di luar saja sok pura-pura kuat, bercanda-canda, sok-sokan paling enak nikmatin hidup. Tapi sebenarnya aku yang paling mau mati. Aku enggak tahu aku aneh. Bahkan keluarga kadang gak bisa nahan keinginanku buat bunuh diri.

Di pikiranku itu ada sesuatu saat aku bakal ngelakuin itu. Pasti.

Keputusanku sudah bulat, tinggal tunggu waktunya saja.”

Kalimat “Aku di luar saja sok pura-pura kuat, bercanda-canda, sok-sokan paling enak nikmatin hidup” menggambarkan dia tidak ingin orang lain tahu. Dia mencoba menutupi kesedihannya dengan berpura-pura senang. Sedangkan kalimat terakhir menegaskan keinginannya untuk mengakhiri hidup.

3. Pesan yang menyiratkan ada Delusion of Control, dan ini telah berlangsung lama

Menganalisa Ciri-Ciri Depresi Berdasarkan Isi Chatilustrasi pria depresi (pexels.com/Akshar Dave)

“Aku sebenarnya bisa saja bergaul. Bisa kerja. Kayak orang bisa. Tapi ada orang di dalam diriku yang gak mau itu ada. 'Orang yang menutup aku' biar bisa berguna bagi orang lain. Dan aku gak tahu berguna ini gimana. Aku sudah usaha.”

Contoh kalimat di atas merupakan fenomena gejala gangguan jiwa yang sangat berat atau dalam ilmu medis dikenal sebagai Thought of Insertion. Karena merasa ada orang lain yang masuk ke dalam diri korban, dan mengganggunya atau dikenal sebagai Delusion of Control.

“Beb, sadar kan? Bahkan masalah kecil aja kadang bisa buat aku merenung. Emang gak tahan lagi, udah puluhan tahun aku nahan-nahan ini.”

Dokter Lely menyimpulkan kalimat di atas, bahwa seseorang telah mengalami gangguan ini sudah cukup lama.

4. Pesan yang menyiratkan seseorang masuk ke dalam fase Waham Nihilistik

Menganalisa Ciri-Ciri Depresi Berdasarkan Isi Chatilustrasi laki-laki dengan gangguan depresi (pixabay.com/HolgersFotografie)

“Gimana ya. Aku juga sebenarnya gak mau Beb, beb sedih karena aku. Aku gak bisa kontrol diriku, sekarang aku selalu sedih, mengurung diri, gak mau ngomong atau interaksi sama orang lain. Tapi aku gak mau kamu sedih, makanya aku bilang kemarin-kemarin kalau kamu udah gak kuat lepasin aja.”

Contoh pesan di atas menyiratkan orang tersebut sedih, dan selalu mengurung diri. Ia juga tidak mau bicara, dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain di sekelilingnya. Kondisi ini, kata Dokter Lely, sebagai gejala depresi. Sebab ada perubahan mood, dan aktivitasnya menurun hingga mengurung diri.

“Aku juga kalau gak cerita gak bakal membaik. Aku rasanya sudah mati.”

“Aku gimana beb. Aku jujur. Sekarang aku nggak ada ngerasain apa-apa lagi. Dah kosong. Aku dah gak ngerasain apa-apa lagi. Gak ada yang bisa buat aku ngerasa hidup lagi. Tapi aku sudah merasa mati dalam diriku.”

Sedangkan contoh pesan di atas adalah perasaan yang menggambarkan kekosongan dalam diri seseorang. Ini menjadi pertanda gangguan jiwa yang lebih berat lagi atau dikenal sebagai Waham Nihilistic.

5. Masyarakat yang membutuhkan bantuan masalah kesehatan jiwa, disarankan untuk menghubungi profesional

Menganalisa Ciri-Ciri Depresi Berdasarkan Isi ChatIlustrasi Telepon. (IDN Times/Aditya Pratama)

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika kamu merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Kementerian Kesehatan Indonesia menyarankan masyarakat yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Kementerian Kesehatan RI juga telah menyiagakan lima RS Jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:

  • RSJ Amino Gondohutomo Semarang(024) 6722565
  • RSJ Marzoeki Mahdi Bogor(0251) 8324024, 8324025
  • RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta(021) 5682841
  • RSJ Prof Dr Soerojo Magelang(0293) 363601
  • RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang(0341) 423444.

Selain itu, terdapat pula beberapa komunitas di Indonesia yang secara swadaya menyediakan layanan konseling sebaya dan support group online yang dapat menjadi alternatif bantuan pencegahan bunuh diri dan memperoleh jejaring komunitas yang dapat membantu untuk gangguan kejiwaan tertentu.

  • Jangan Bunuh Diritelp: (021) 9696 9293email: janganbunuhdiri@yahoo.com
  • Organisasi INTO THE LIGHTmessage via page FB: Into The Light Indonesia (@IntoTheLightID)direct message via Twitter: @IntoTheLightID
  • Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Telp. 021-8514389 Website: http://www.skizofrenia.org/
  • LSM Jangan Bunuh DiriTelp 021-0696 9293.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya