TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tabanan Catat 8138 Kasus Obesitas Dialami Anak hingga Dewasa

Obesitas ada yang karena genetik dan non genetik

ilustrasi obesitas, salah satu faktor risiko heat exhaustion (freepik.com/racool-studio)

Tabanan, IDN Times- Selain kasus stunting atau kurang gizi, pemerintah juga memberikan perhatian dalam penanganan obesitas. Dimana jika tidak ditangani, obesitas bisa menyebabkan banyak penyakit ke depannya mulai dari jantung hingga diabetes. Untuk menangani kasus obesitas di masyarakat, pemerintah Kabupaten Tabanan melakukan penemuan kasus baik dari masyarakat yang datang  langsung ke puskesmas maupun saat melakukan pelayanan kesehatan di masyarakat. Tahun  2023 ini, tercatat ada 8138 kasus obesitas di Tabanan yang tidak hanya dialami anak tetapi juga dewasa.

Baca Juga: Tips Berkunjung untuk Momen Terbaik di Pantai Jerman Bali 

Baca Juga: 5 Tips Tetap Kenyang Meski Makan Sedikit, Cegah Obesitas

1. Tabanan catat 8138 kasus obesitas

berbagai sumber

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tabanan, adapun data obesitas selama tahun 2023 tercatat 8138 kasus obesitas dari total 87.246 orang yang menjalani pemeriksaan. Adapun  rincian:

  • Usia 15-19 tahun: 558 orang
  • Usia 20-44 tahun: 1584 orang
  • Usia 40-54 tahun: 1863 orang
  • Usia 55-59 tahun: 1969 orang
  • Usia 60 tahun ke atas: 2164 orang

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Tabanan dr. I Ketut Nariana mengatakan, dalam hal penemuan kasus obesitas dilakukan di tingkat Puskmesmas dengan  melakukan pemeriksaan fisik maupun menghitung Body Mass Index (BMI) atau indeks massa tubuh. "Penemuan kasus obesitas ini adalah bagian dari kegiatan penyakit tidak menular di Puskesmas. Saat ditemukan,  masyarakat akan diberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) melalui program cerdik yaitu  cek kesehatan secara berkala, rajin olahraga, diet seimbang, istirahat yang cukup dan kelola stres yang baik," ujarnya, Sabtu (15/7/2023). 

2. Dua langkah penemuan kasus obesitas

https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/hubungan-penghasilan-dan-risiko-obesitas

Untuk penemuan obesitas di puskesmas, menurut Kepala Puskesmas Selemadeg Barat, dr Wayan Arya Putra memaparkan  dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui jalur pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Untuk jalur pelayanan kesehatan perorangan dilakukan di puskemas, puskesmas pembantu, praktik bidan desa atau puskesmas keliling. Jalur kedua adalah melalui  pelayanan kesehatan masyarakat misalnya  posyandu (untuk usia 0-59 bulan), penjaringan anak usia sekolah maupun posyandu remaja (untuk usia 10-18 tahun),  pos binaan terpadu (Posbindu) untuk usia 15-59 Tahun, Poslansia (untuk usia 60 tahun ke atas). "Dalam pelayanan ini akan  dilakukan pemeriksaan fisik dan penghitungan BMI dimana dari sini ditemukan apakah masuk dalam kategori kurang gizi atau obesitas," ujar Arya.

Menurut WHO, kategori standar berat badan ideal berdasarkan BMI adalah sebagai berikut:

  • Kurang dari 18,5 berarti berat badan kurang (underweight)
  • Antara 18,5 - 24,9 berarti berat badan normal
  • Antara 25-29,9 berarti berat badan berlebih (overweight)
  • Di atas 30 berarti obesitas

Selain melihat BMI, ada beberapa hal spesifik yang perlu diketahui oleh tim medis dalam menentukan kesehatan seseorang, yaitu:

  • Aktivitas fisik
  • Ukuran lingkar pinggang
  • Ketebalan lipatan kulit
  • Riwayat kesehatan keluarga
  • Evaluasi diet, dilakukan secara sehat atau tidak
Berita Terkini Lainnya