Tata Ruang Jadi Masalah Pembangunan LRT di Bali

Kamu setuju gak ada LRT bawah tanah di Bali?

Wacana pembangunan LRT (Light Rail Transit) sudah lama berembus. Namun hingga 2023, hal ini belum ada tindak lanjut.

Baca Juga: Soal LRT di Bali, Pengamat Minta Pemerintah Pikirkan Matang

Baca Juga: Wacana LRT Dibangun di Bali, Pemprov: Masih Studi Kelayakan

1. Angkutan publik banyak belum termanfaatkan di Bali

Tata Ruang Jadi Masalah Pembangunan LRT di BaliInstagram.com/trans_sarbagita

Beberapa warga di Bali memberikan tanggapan tentang wacana LRT di Pulau Dewata. Mereka menilai, pengadaan LRT di Bali harus dikaji secara matang, mengingat transportasi publik tidak begitu efisien diterapkan di Bali.

"Wacana LRT sih sah-sah saja. Tapi harus dikaji dengan matang. Harus benar-benar sesuai, apakah itu (LRT) akan efektif di Bali," ungkap seorang warga Klungkung, Made Sugiarta, Sabtu (14/10/2023).

Bagi Sugiarta, beberapa program transportasi publik masih belum efektif di Bali. Ia mencontohkan Trans Sarbagita dan angkutan umum, yang pemanfaatannya masih minim.

"Lihat saja, kondisi angkutan publik di Bali sekarang. Itu menandakan mindset warganya belum terbentuk untuk memanfaatkan transportasi publik. Angkutan umum saja kebanyakan sepi penumpang sekarang," ungkap Sugiarta.

Menurutnya, masih banyak hal yang harus dikaji di Bali terkait pengadaan tranportasi publik. Sehingga nantinya benar-benar efektif dan menjadi solusi untuk mengatasi masalah kemacetan di Bali.

2. Tata ruang di Bali tidak memungkinkan untuk LRT

Tata Ruang Jadi Masalah Pembangunan LRT di BaliJalan tol Bali Mandara. (bpjt.pu.go.id)

Sementara warga lainnya, Ketut Sumanaya, juga menganggap LRT sulit direalisasikan di Bali. Menurutnya ada aturan tata ruang di Bali yang tidak bisa dilanggar begitu saja dengan pembangunan LRT.

"Di Bali ada aturan tidak boleh membangun lebih dari tinggi pohon kelapa (15 meter), terkait dengan kawasan suci. Kalau memanfaatkan lebar, juga tidak memungkinkan dibangun LRT," ungkap Sumanaya, Minggu (15/10/2023).

Sehingga ia menilai sulit untuk merealisasikan LRT seperti di Jakarta. Jangan sampai membangun LRT, justru melanggar aturan kawasan suci di Bali yang sudah berjalan bertahun-tahun lamanya.

"Mungkin saja bisa membuat LRT bawah tanah, tentu ini membutuhkan investasi yang lebih besar. Harus dikaji matang," kata dia.

3. Bupati Giri Prasta dukung pembangunan LRT, untuk mengurai kemacetan di Bandara Ngurah Rai hingga Canggu

Tata Ruang Jadi Masalah Pembangunan LRT di BaliBupati Kabupaten Badung, Giri Prasta. (Instagram.com/giri.prasta)

Sementara di satu sisi, Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta, justru mendukung rencana Pemerintah Pusat untuk membangun LRT di Bali. Giri Prasta juga menyatakan siap jika ada regulasi yang memungkinkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung untuk ikut menggelontorkan dana pembangunan LRT tersebut.

"LRT ini murni rencana Pemerintah Pusat, melihat permasalahan kemacetan ini," ujar Giri Prasta, Jumat (13/10/2023) lalu.

Dari rencana Pemerintah Pusat itu, LRT akan melintasi wilayah crowded lalu lintas seperti Bandara Ngurah Rai, Seminyak, Legian, hingga Kuta.

"Bahkan kalau memungkinkan juga sampai Canggu, mengingat pertumbuhan pariwisata di wilayah ini sangat tinggi," jelas Giri Prasta.

Ia juga mengatakan, LRT di Bali rencananya dibangun di bawah tanah. Karena sangat sulit melakukan pelebaran jalan dengan kondisi saat ini. Termasuk tidak memungkinkan membangun fly over.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya