Desa Selanbawak Tabanan Tawarkan Wisata Religi dan Edukasi

Desa ini sedang melakukan penataan menjadi desa wisata

Tabanan, IDN Times - Kamu pernah mengunjungi Desa Selanbawak di Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan? Desa ini menawarkan pemandangan sawah, hingga wisata religi berupa pengelukatan (pembersihan diri menggunakan media air) yang berlokasi di Taman Beji Pancoran Solas Pura Dalem Selanbawak.

Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke sini, Desa Selanbawak mulai merintis menjadi desa wisata. Meski sempat terhenti ketika pandemik COVID-19, saat ini Desa Selanbawak kembali bangkit melakukan penataan untuk bersiap menjadi desa wisata.

Baca Juga: Bunga Gemitir Bisa Diolah Jadi Teh, Cegah Penyakit Jantung

Baca Juga: Bisnis Vanili di Tabanan Punya Potensi Tapi Terkendala Modal

1. Desa Selanbawak menawarkan wisata religi dan edukasi

Desa Selanbawak Tabanan Tawarkan Wisata Religi dan EdukasiWisata religi pengelukatan di Taman Beji Pancoran Solas Pura Dalem Selanbawak (Dok.IDN Times/Istimewa)

Perbekel Selanbawak, I Made Merta, memaparkan Desa Selanbawak memiliki luas 248,92 hektare, di mana 144,92 hektare merupakan lahan sawah dan ladang. Desa Selanbawak punya banyak potensi untuk dijadikan sebagai desa wisata seperti jalur trekking yang melewati areal persawahan, wisata religi berupa pengelukatan, hingga kerajinan keramik.

"Ada juga lebah madu dan kuliner, serta ke depan hendak bekerja sama dengan pabrik kosmetik untuk wisata edukasi," ujarnya, Selasa (5/9/2023).

Merta mengakui, saat ini Desa Selanbawak masih melakukan penataan. Contohnya, dalam pengolahan lebah madu. Petani lebah madu selama ini menjual produknya dalam bentuk mentah. Makanya ke depan, akan diupayakan untuk mengolah lebah madu menjadi produk yang lebih tinggi nilai jualnya.

2. Terhantam pandemik dan bencana alam

Desa Selanbawak Tabanan Tawarkan Wisata Religi dan EdukasiKolam Telaga Tirta Nadi di Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Desa Selanbawak harus melalui proses yang panjang untuk menjadi desa wisata. Menurut Merta, desa wisata ini dimotori oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Selanbawak yang bersinergi dengan pemerintah desa. Mereka mengembangkan desanya secara bertahap sejak Pokdarwis Selanbawak dibentuk pada November 2016.

"Mulainya sejak tahun 2018. Beberapa infrastruktur mulai dibangun seperti jalur trekking, hingga pembuatan Kolam Tirta Telaga Tirta Nadi," kata Merta.

Namun, usaha desa wisata ini berhenti saat pandemik. Sebab seluruh anggarannya dialokasikan untuk penanganan pandemik, dan tidak ada wisatawan yang datang.

Pada tahun 2021, Desa Selanbawak melakukan penataan ikon wisata Kolam Telaga Tirta Nadi dan pengelukatan Beji Pancoran Solas. Banyak warga yang datang setiap hari untuk berwisata ke Kolam Telaga Tirta Nadi, namun belum menerapkan tiket masuk. Melainkan dana punia (sumbangan sukarela). Saat ini, Kolam Telaga Tirta Nadi masih ditutup sementara karena rusak akibat bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Ke depan, akan ada rencana diperbaiki. Tahun ini Desa Selanbawak fokus melakukan penataan dan pemantapan kegiatan untuk progres tahun 2024," papar Merta.

3. Tabanan memiliki 28 desa wisata

Desa Selanbawak Tabanan Tawarkan Wisata Religi dan EdukasiWisatawan yang datang mengunjungi Desa Selanbawak (Dok.IDNTimes/Istimewa)

Kepala Dinas Pariwisata Tabanan, Anak Agung Ngurah Satria Tenaya, mengatakan ada penambahan dua desa di Kabupaten Tabanan yang menjadi desa wisata pada tahun 2023. Yaitu Desa Beraban di Kecamatan Selemadeg Timur, dan Desa Selanbawak di Kecamatan Marga. Penambahan ini membuat kabupaten berjulukan "Lumbung Padi" ini memiliki 28 desa wisata, dari total 133 desa yang ada.

"Sebelum menyandang status desa wisata, sebelumnya desa harus memenuhi sejumlah persyaratan, khususnya potensi kawasan yang ditawarkan menjadi tempat wisata," ungkap Tenaya.

Ia menjelaskan, desa wisata di Kabupaten Tabanan masih banyak yang berstatus sebagai desa wisata rintisan dan berkembang. Sementara desa wisata yang sudah berstatus maju hanya Desa Wisata Pinge dan Desa Wisata Jatiluwih.

“Ada tiga kategori klasifikasi desa wisata, yakni rintisan, sedang berkembang, dan maju. Kalau maju itu seperti Desa Wisata Pinge dan Desa Wisata Jatiluwih,” sebutnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya