Sensasi Petik dan Makan Durian Langsung di Tabanan

Boleh dicoba nih

Tabanan, IDN Times - Selain persawahan, Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan juga memiliki lahan perkebunan yang menghasilkan komoditi seperti durain hingga manggis. Namun ketika panen raya, harga-harga komoditi ini terjun bebas hingga menyebabkan petani tidak bisa merasakan keuntungan akibat harganya jatuh di pasaran.

Untuk mengatasi ini, petani di Desa Dalang, Ketut Budiarta, mengembangkan wisata kebun. Penjualan hasil panennya bisa dilakukan ke pihak konsumen secara langsung tanpa perantara. Namun pengembangan wisata kebun ini berjalan tersendat karena kekurangan sumber daya manusia (SDM), khususnya generasi muda.

Baca Juga: Syarat Mendaftar Asuransi untuk Sapi, Bisa Diganti Jika Mati

Baca Juga: Cara Bisnis Anakan Ikan Karper, Pendapatan Capai Rp36 Juta

1. Jatuhnya harga manggis karena panen raya

Sensasi Petik dan Makan Durian Langsung di TabananWisata kebun Di Desa Dalang Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan (IDNTimes/Wira Sanjiwani)

Memasuki musim panen raya, harga manggis di Tabanan terjun bebas dalam dua minggu terakhir.  Menurut Budiarta, dua minggu lalu harga manggis masih bertengger di harga Rp15.000 per kilogram. Lalu turun secara bertahap, sampai saat ini harganya menyentuh Rp4.000 per kilogram.

Ia melanjutkan, harga jual yang rendah ini membuat dirinya memilih untuk tidak menjual buah manggis meski banyak pengepul yang datang untuk membeli.

"Apalagi tukang petiknya juga susah dicari. Selain itu jasa tukang petik juga mahal. Mereka mematok harga jasa Rp2.000 per kilogram manggis. Jadi mending tidak dijual saja meski sedang panen," ujar Budi saat dijumpai di kebunnya, Minggu (3/12/2023) lalu.

2. Kembangkan wisata kebun

Sensasi Petik dan Makan Durian Langsung di TabananWisata kebun di Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Budi bercerita, ia dan beberapa petani lainnya di Desa Dalang sempat berkomitmen untuk membuat wisata kebun di masa pandemik COVID-19. Mereka membuat kelompok beranggotakan 15 orang. Konsepnya adalah orang-orang yang ingin menikmati buah-buah tropis seperti durian dan manggis bisa datang ke kebun. Jadi konsumen bisa mendapatkan harga langsung dari petani, memetik buahnya sendiri, sekaligus menikmati suasana alam terbuka. Mereka jadi bisa menghemat biaya operasional, terutama dalam menyewa jasa tukang petik.

"Usaha ini sudah berjalan. Sudah ada yang datang ke sini dan biasanya untuk menikmati buah durian dan manggis. Kami patok harganya Rp30.000-Rp40.000 per kilogram untuk jenis Durian Kane dan Musang King, dan Rp20.000-Rp25.000 per kilogram untuk durian lokal. Sementara untuk buah manggis mengikuti harga pasaran saat itu," jelas Budi.

3. Pengembangan wisata kebun terbentur SDM

Sensasi Petik dan Makan Durian Langsung di TabananWisata kebun di Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Meski sudah ada pengunjung yang datang langsung untuk menikmati buah durian maupun manggis, namun Budi menilai pengembangan wisata kebunnya tidak berkembang dengan baik. Sebab mereka kekurangan SDM generasi muda.

"Dulu sewaktu pandemik banyak generasi muda yang kerja di pariwisata kehilangan mata pencaharian. Kemudian mereka terjun jadi petani. Namun ketika pariwisata mulai pulih, mereka kembali lagi ke dunia pariwisata," kata Budi.

Itu bisa dilihat dari kelompoknya yang dulu 15 orang, saat ini yang aktif tersisa tiga orang. Sementara lainnya kembali bekerja di dunia pariwisata, terutama kapal pesiar. Padahal menurut Budi, usaha di bidang pertanian hortikultura, seperti pengembangan buah manggis dan durian, memiliki potensi pendapatan jangka panjang.

"Satu pohon manggis kalau sekali panen itu bisa menghasilkan 3 sampai 4 kuintal. Sementara durian dengan metode tanam organik bisa berbuah sepanjang tahun," tutur Budi.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya