Tanam Porang di Lahan Tidak Produktif Bisa Menghasilkan Uang Lho

Petani di Desa Timpag Tabanan ini contohnya

Tabanan, IDN Times - Permasalahan umum yang dihadapi oleh para petani adalah air. Sebab tidak semua petani mendapatkan air yang cukup ketika menanam padi. Hal ini membuat para petani membuat metode sawah tadah hujan, hingga menjual lahan nonproduktif karena kurang menghasilkan.

Namun petani di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan kemudian melirik potensi porang untuk ditanam di lahan nonproduktif. Habitat asli tanaman ini tumbuh liar di hutan. Umbinya biasa dipakai sebagai dasar pembuatan beras shirataki dan memiliki potensi ekspor. Tanaman porang tidak membutuhkan banyak air seperti padi dan bisa tumbuh di mana saja.

Baca Juga: Tabanan Kembali Dapat Dana Desa Untuk Padat Karya dan BLT

1. Ide budidaya porang di Desa Timpag muncul semenjak ada pandemik COVID-19

Tanam Porang di Lahan Tidak Produktif Bisa Menghasilkan Uang LhoMade Madya salah satu petani porang di Tabanan (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Masuri Amertha Giri adalah kelompok yang pertama kali mencoba penanaman porang di Desa Timpag. Anggota Masuri Amertha Giri, Made Madya, mengakui ide budidaya porang ini dilatarbelakangi oleh pandemik COVID-19.

"Adanya COVID-19 mau tidak mau harus mencari inovasi. Kebetulan melihat budidaya porang di YouTube. Itu April 2020. Langsung saya ajak teman-teman dan kemudian mencari persatuan pertanian porang yang ada di Denpasar. Di sana kami dibantu caranya dan di mana mendapatkan bibitnya," ujar Madya, Kamis (11/2/2021).

Ia bersama dua temannya memulai penanaman porang di atas lahan 4,5 hektare pada bulan September 2020. Setelah lima bulan berjalan, tanaman porangnya sudah mulai dorman dan menghasilkan katak (Umbi yang terbentuk di daun porang).

Baca Juga: Belajar Bisnis Peyek Kedelai ala UMKM Merta Sari di Tabanan

2. Menanam porang tidak perlu penanganan yang khusus

Tanam Porang di Lahan Tidak Produktif Bisa Menghasilkan Uang LhoKatak pada tanaman porang. (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Keuntungan menaman tanaman porang adalah tidak ribet. Sebab pada dasarnya, porang adalah tanaman gulma yang tumbuh liar di hutan.

"Dulu sebelum tahu manfaatnya, tanaman ini suka bikin jengkel petani karena tumbuhnya di mana-mana di hutan dan terus ada. Sehingga terus dirambas. Sekarang karena sudah tahu manfaatnya, sudah jarang menemukan tanaman ini di hutan," jelas Madya.

Meski tumbuh di hutan, tanaman porang ternyata bisa tumbuh di lahan terbuka. Ini dibuktikan oleh Masuri Amertha Giri yang menanam porang di atas lahan sawah tak produktif dan tumbuh dengan baik. Mereka menanam kurang lebih 40 ribu tanaman porang per hektare.

"Kalau sudah ditanam dan tumbuh hanya memberikan pupuk dan membersihkan gulma. Sejak penanaman sampai sekarang, cuma tiga kali bersihkan gulma. Jadi tidak ribet," ungkap Madya.

3. Modal yang dikeluarkan juga tidak besar

Tanam Porang di Lahan Tidak Produktif Bisa Menghasilkan Uang LhoBudidaya porang di Tabanan. (IDNTimes/Wira Sanjiwani)

Bagi petani yang memilih lahan nonproduktif tidak perlu takut mengeluarkan biaya. Modalnya hanya untuk membeli bibit porang dan pupuk organik yang bisa dibuat sendiri.

"Kalau menaam bisa sendiri. Apalagi rata-rata petani di Tabanan luas lahan pertaniannya 20 sampai 25 are. Tidak sampai berhektare-hektare," ungkap Madya.

Bibit porang bisa berasal dari katak dan umbinya. Jika memakai katak, satu are membutuhkan 90 butir. Sementara kalau umbi membutuhkan 45 buah. Harga bibit katak mulai Rp150 ribu per kilogram, tergantung kualitasnya dengan isian 10 sampai 20 butir. Sedangkan bibit umbi mulai Rp75 ribu per kilogram berisi 4 sampai 6 buah.

Satu hal yang perlu diperhatikan oleh petani ketika menanam porang adalah pH tanah. Porang tumbuh baik di pH tanah 6 sampai 7. Menurut Madya, rata-rata lahan pertanian di Tabanan pH-nya 6 sampai 7. Jadi cocok untuk menanam porang. 

Selain modalnya tidak besar, satu kelebihan lain adalah Tabanan masih bebas dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) untuk porang. Yaitu ulat yang memakan daun dan batang porang.

"OPT dari porang masih belum ada di Tabanan. Jadi potensi gagal panen itu kecil."

4. Harganya lebih stabil daripada padi dan punya potensi ekspor

Tanam Porang di Lahan Tidak Produktif Bisa Menghasilkan Uang LhoBudidaya porang di Tabanan (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Permintaan ekspor porang  banyak terserap ke Jepang dan Tiongkok. Kedua negara itu lebih banyak membeli chip kering dari umbi porang, yang nantinya dijadikan sebagai bahan dasar beras dan mi shirataki. Kandungan glukomanan dari umbi porang diyakini dapat menekan kadar gula darah dan kolesterol yang berlebih dalam tubuh. Sehingga dinilai menyehatkan. Tidak hanya sampai di sana, katak juga memiliki nilai jual karena bisa dijadikan sebagai bibit porang. Katak ini juga dicari karena menjadi bahan baku kulit kapsul obat.

Madya menilai, harga jual porang tidak bisa dipermainkan oleh pihak pabrik. Sebab jika harganya jatuh, petani bisa memilih untuk tidak memanen umbi porang. Sedangkan umbinya sendiri dapat bertahan selama dua sampai tiga tahun di dalam tanah dan bisa menjadi tanaman baru kembali.

"Biasanya setelah enam bulan, tanaman ini dorman. Sebulan setelah dorman, lahan yang ditumbuhinya akan bersih tak berbekas meninggalkan umbi. Umbi inilah yang kita panen. Kalau harga turun, biarkan saja umbinya. Masih bertahan dua sampai tiga tahun bahkan bisa tumbuh lagi jadi tananam porang baru," kata Madya.

Saat ini, harga umbi porang ada di kisaran Rp8000 sampai Rp12 ribu per kilogram. Satu tanaman porang minimal menghasilkan satu kilogram umbi.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya