Biar Tidak Impor, Tabanan Dijadikan Kawasan Penelitian Bawang Putih

Wew, bawang putih aja impor ternyata

Tabanan, IDN Times - Selama ini sebagian besar kebutuhan bawang putih Indonesia masih mengandalkan impor. Rata-rata kebutuhan bawang putih nasional 90 persen dipenuhi dengan cara impor. Untuk menuju swasembada bawang putih sekaligus meningkatkan kualitas produksinya, Kabupaten Tabanan termasuk satu dari beberapa daerah yang menjadi lokasi penelitian untuk pembesaran umbi bawang putih. 

Baca Juga: Jadi Komoditi Baru, Petani Porang di Tabanan Butuh Pabrik Pengolahan

1. Kecamatan Penebel adalah sentra bawang putih di Tabanan

Biar Tidak Impor, Tabanan Dijadikan Kawasan Penelitian Bawang PutihPanen bawang putih di Jatiluwih, Penebel, Tabanan (Dok.IDNTimes/istimewa)

Kasi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Tabanan, I Gusti Ngurah Ketut Wicahyadi, mengatakan sentra penanaman bawang putih dilakukan di tiga desa wilayah Kecamatan Penebe. Yaitu Desa Senganan, Desa Senganan, dan Desa Jatiluwih.

Rata-rata luas lahan untuk menanam bawang putih adalah 50 hektare per tahun. Produksinya bisa mencapai 15 ton per hektare.

"Untuk hasil panennya, petani langsung menjual ke pengepul atau dipakai untuk konsumsi sendiri. Rata-rata harga jual bawang putih di petani yang kering konsumsi Rp15 ribu per kilogram," ujarnya, Kamis (11/11/2021).

2. Penelitian pembesaran umbi bawang putih

Biar Tidak Impor, Tabanan Dijadikan Kawasan Penelitian Bawang PutihIlustrasi bawang putih (IDN Times/Umi Kalsum)

Tabanan sendiri berpotensi dalam pengembangan bawang putih. Hanya saja tantangannya adalah petani belum mandiri dalam penyediaan bibit, dan masih tergantung dengan daerah lain seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) serta Jawa.

Selain itu, besaran umbi yang dihasilkan juga masih kalah dengan bawang putih dari Tiongkok. Untuk itu, Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melaksanakan Demfarm Riset Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) bawang putih, yang bertujuan untuk pembesaran umbi dan siung bawang putih. Penelitian ini di Kecamatsn Baturiti dan Kecamatan Penebel.

"Ada seluas tiga hektare," kata Wicahyadi.

Dalam penelitian ini, lanjut Wicahyadi, dilakukan tindakan penanaman yang intensif mulai dari pengolahan lahan, benih yang berkualitas, pupuk berimbang, dan pengendalian hama penyakit sesuai pedoman.

"Selama ini petani bawang putih di Tabanan menggunakan teknik budaya yang konvensional," jelasnya.

Apabila penelitian ini berhasil, tentu selain meningkatkan produksi, produk bawang putih lokal dari Kabupaten Tabanan dapat bersaing dengan produk bawang putih dari Tiongkok.

3. Petani Jatiluwih menanam bawang putih untuk konsumsi sendiri

Biar Tidak Impor, Tabanan Dijadikan Kawasan Penelitian Bawang PutihBawang putih di pasar (IDN Times/Holy Kartika)

Seorang petani di Jatiluwih, Penebel, Wayan Semarajaya, mengaku selama ini menanam bawang putih untuk konsumsi sendiri. Meskipun tidak terlibat langsung dengan penelitian bawang putih yang dilakukan Kementerian Pertanian, namun pihaknya mendapatkan rejeki lewat sewa lahan untuk penelitian tersebut.

"Lahan saya disewa seluas 50 are. Satu are seharga Rp200 ribu selama satu musim tanam. Satu musim tanam berlangsung empat bulan," ungkapnya.

Apabila penelitian ini ke depannya berhasil, ia tertarik untuk menanam bawang putih dan tidak hanya sebatas sebagai konsumsi pribadi.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya