Harga Biji Cokelat Melambung, Panen di Tabanan Justru Menurun 

Akibat kemarau panjang dan serangan hama

Tabanan, IDNTimes - Harga biji cokelat saat ini melambung tinggi di tingkat petani. Untuk biji cokelat kering nonfermentasi saja harganya mencapai lebih dari Rp50 ribu per kilogram. Sayangnya, hal ini tidak diiringi dengan peningkatan panen.

Hasil panen cokelat di tingkat petani Tabanan--salah satunya di wilayah Kecamatan Selemadeg--justru menurun. Selain itu, kualitas cokelat juga menurun, bahkan bijinya seperti gosong terbakar karena diserang hama dan musim kemarau berkepanjangan.

Petani pun tidak maksimal merasakan harga jual yang tinggi saat ini.

Baca Juga: RSUD Tabanan Tangani 75 Kasus Post Stroke per Bulan 

1. Dibandingkan tahun lalu, panen 2023 tidak memuaskan petani

Harga Biji Cokelat Melambung, Panen di Tabanan Justru Menurun hellosehat.com

Salah satu petani cokelat di Desa  Berembeng Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan bernama I Wayan Sukaarnawa mengungkap, panen cokelat di Kecamatan Selemadeg tahun ini tidak begitu memuaskan, seperti panen tahun 2022.

"Tahun 2022 itu 50 are selama 20 hari dapat sekitar 100 kilogram biji cokelat basah. Sekarang dapat 25 kilogram saja," ujarnya, Kamis (2/11/2023).

Menurutnya, petani di Selemadeg masih lebih banyak menanam cokelat varietas lokal dengan cara yang konvensional, meski sudah mulai ada yang menerapkan sistem pertanian organik.

"Memang sudah mulai ada petani yang melakukan peremajaan pohon cokelatnya dan menerapkan pertanian organik, tetapi  usia pohon peremajaan ini masih muda sekitar 2 tahun. Belum banyak menghasilkan buah. Sementara yang sudah tua, hasil panennya tidak begitu bagus," ujarnya.

Panen menurut drastis karena buah cokelat yang dihasilkan tidak menghasilkan biji cokelat yang diharapkan. Menurut Sukaarnawa, biji cokelat yang dihasilkan seperti terbakar atau gosong. Hal ini bisa dikarenakan karena kondisi yang panas terus menerus hingga adanya serangan hama. 

2. Permintaan pasar dunia sedang tinggi

Harga Biji Cokelat Melambung, Panen di Tabanan Justru Menurun ilustrasi biji kakao (unsplash.com/@thisisnando)

Di sisi lain, menurut Sukaarnawa, permintaan biji cokelat di pasar dunia saat ini sedang naik. Oleh karenanya harga biji cokelat juga melambung. Biji basah saja kini dihargai Rp15.000-Rp20.000 per kg. Padahal, harganya hanya Rp10.000 per kg, tahun lalu.

Untuk biji kering naik dari Rp35.000 per kg (2022), kini menjadi  Rp50.000 per kg.  "Sayangnya petani di Kecamatan Selemadeg masih belum bisa menikmatinya karena hasil panennya tahun ini tidak begitu baik," ujarnya.

Sementara itu Ketua Koperasi Produsen Manik Amerta Buana di Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur, I Nyoman Suparman mengungkap, selisih harga biji cokelat nonfermentasi dan biji cokelat fermentasi, sangat tipis saat ini. "Saat ini biji cokelat nonfermentasi sudah mencapai Rp53.000 per kg.  Sementara biji cokelat fermentasi  berada di level Rp60.000 per kg," jelasnya.

3. Tidak semua petani menikmati harga jual tinggi

Harga Biji Cokelat Melambung, Panen di Tabanan Justru Menurun https://www.impactbnd.com/blog/snap-selling-toolkit

Menurut Suparman, melonjaknya harga jual biji cokelat saat ini tentunya menguntungkan petani. "Akan tetapi harga jual tinggi ini hanya  berlaku bagi petani yang memang rutin melakukan perawatan seperti memupuk tanaman cokelatnya menggunakan pupuk organik dan melakukan peremajaan. Jadi di tengah musim kemarau sekarang ini, mereka masih bisa mengantongi produksi cokelat," jelasnya.

Suparman menjelaskan, lonjakan harga biji cokelat di petani dipicu dampak kemarau panjang yang membuat produksi menurun tajam. Ia memprediksi per pohon cokelat saat ini rata-rata mengalami penurunan produksi hingga 75 persen dari biasanya. "Tidak itu saja musim kemarau membuat biji cokelat yang dihasilkan kecil-kecil," ujarnya.

Selain karena kemarau dan kekeringan penurunan produksi biji cokelat juga karena di bagian pembungaan yang menjadi cikal bakal buah kakao mengalami kerontokan di beberapa tanaman. Ditambah lagi ada serangan hama helopeltis dan penggerek buah kakao (PBK) yang intensitasnya meningkat pada bagian buah. 

Baca Juga: Disdukcapil Jemput Bola Rekam eKTP Pemilih Pemula di Tabanan

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya