Suka Duka Nelayan Lobster di Tabanan, Ekspor Terbentur Penerbangan

Tabanan berpotensi membuka pembibitan lobster

Tabanan, IDN Times - Adanya syarat berat tangkap lobster harus mencapai 200 gram, membuat nelayan lobster di Tabanan mengalami penurunan pendapatan karena melesunya pasar ekspor. Hal ini karena jenis lobster yang ada di perairan Tabanan kebanyakan jenis lobster pasir yang beratnya di bawah 200 gram.

Namun dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 12/PERMEN-KP/2020 Tentang Pengelolaan Lobster (Panulirus spp), Kepiting (Scylla spp), dan Rajungan (Portunus spp) di Wilayah Negara RI, lobster yang boleh ditangkap adalah lobster yang memiliki berat mulai dari 150 gram dan tidak sedang bertelur. Perubahan syarat berat ini tentu menggairahkan kembali pasar ekspor lobster yang sempat melesu.

Baca Juga: Lagi Viral, Ini Cara Budidaya Lele dan Kangkung dalam Ember

1. Tabanan berpotensi membuka pembibitan atau pembesaran lobster

Suka Duka Nelayan Lobster di Tabanan, Ekspor Terbentur PenerbanganNelayan di Tabanan (IDN Times/Istimewa)

Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Dinas Kelautan dan Perikanan Tabanan, I Made Bogorada, mengatakan selain mengubah berat lobster yang boleh ditangkap dari mulai dari 200 gram menjadi 150 gram, dalam Permen KP Nomor 20 tersebut juga mengatur mengenai lobster yang boleh ditangkap atau bibit lobster yang boleh dibudidaya.

Tabanan sendiri, menurut Bogorada, memiliki potensi untuk bisa melakukan budidaya/pembesaran lobster.

"12 desa pesisir yang ada di enam kecamatan sebenarnya punya potensi," ujar Bogorada.

Namun realisasinya, kata dia, terbentur dari minimnya pengalaman nelayan dalam melakukan pembibitan atau pembesaran lobster dalam kondisi perairan pantai selatan yang memiiki gelombang tinggi.

"Selain itu juga untuk mendapatkan benih lobster memang cukup sulit. Di sisi lain pembibitan/pembesaran lobster saat ini belum menjadi fokus nelayan di Tabanan," paparnya.

2. Meski belum musim, permintaan ekspor lobster mencapai 100 kilogram per dua hari

Suka Duka Nelayan Lobster di Tabanan, Ekspor Terbentur PenerbanganPinterest/Bing

Pengepul lobster di Yeh Gangga, Dewa Gede Ada Artana, mengatakan dengan adanya perubahan ukuran berat yang boleh ditangkap ini, membuat penangkapan lobster kembali menggeliat di kalangan nelayan Tabanan. Bahkan pengrajin bubu (Alat tangkap lobster  tradisional) di wilayah Selemadeg saat ini mulai berproduksi kembali karena sudah mulai ada pesanan.

"Dulu karena nelayan jarang melakukan penangkapan lobster, permintaan bubu juga menurun dan bahkan sempat vakum. Sekarang mereka mulai berproduksi lagi," ujar Dewa Ada.

Saat ini memang belum musim lobster, dan nelayan juga belum bisa menangkap karena gelombang masih tinggi.

"Tetapi permintaan untuk lobster dari eksportir terus ada. Saya diminta 100 kilogram per dua hari," ujarnya.

Adapun negara tujuan ekspor lobster ini adalah Taiwan dan Hongkong. Musim lobster diprediksi akan dimulai pada bulan Agustus sampai Desember, di mana puncaknya terjadi di bulan Oktober.

3. Ekspor masih terbentur penerbangan yang terbatas

Suka Duka Nelayan Lobster di Tabanan, Ekspor Terbentur Penerbanganunsplash.com/@louishansel

Dewa Ada melanjutkan, saat ini harga Lobster  yang sesuai dengan kualitas ekspor seharga Rp120 ribu per kilogram dengan berat 150 gram-200 gram. Sementara berat di atas 200 gram dihargai Rp210 ribu per kilogram. Harga ini adalah harga yang diberikan untuk nelayan.

Meski saat ini ada permintaan untuk ekspor, namun kata Dewa Ada masih ada permasalahan lain yang harus dihadapi. Terutama jika permintaannya tinggi saat musim panen.

"Penerbangan untuk pengiriman ekspor ke negara tujuan masih jarang dan terjadwal. Bisa sampai empat atau lima hari sekali," jelasnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya