Inilah Tipikal Milenial Ketika Liburan Menurut Cok Ace

Cok Ace khawatir akan memengaruhi pariwisata Bali?

Denpasar, IDN Times - Pertumbuhan para milenial yang terus bertambah membuat pelaku industri pariwisata ingin membidiknya. Organisasi Pariwisata Dunia atau UN World Tourism Organization (UNWTO) memperkirakan tahun 2020 nanti, jumlah wisatawan dunia mencapai 320 juta. Meningkat 47 persen dari tahun 2013 yang hanya mencapai 217 juta.

Karena itu, wisatawan milenial diharapkan tidak kontradiktif dengan wisata Bali yang mengandalkan budaya.

1. Wisatawan milenial diharapkan tidak kontradiktif dengan pariwisata budaya

Inilah Tipikal Milenial Ketika Liburan Menurut Cok AceInstagram.com/indonesiaculture45

Baca Juga: UMP Bali 2019 Naik Rp170 Ribuan, Serikat Pekerja: Idealnya Rp3 Juta

Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau yang kerap disapa Cok Ace, berharap perkembangan era teknologi yang digunakan milenial tidak sampai kontradiktif dengan pariwisata budaya yang dimiliki oleh Bali. Apalagi era milenial sekarang ini sifatnya dinamis. Sedangkan di satu sisi, pariwisata budaya cenderung bersifat statis yang menjadikan masyarakat sebagai subjeknya.

Ia menginginkan ada solusi supaya wisatawan milenial ikut mengembangkan pariwisata budaya Bali tanpa mencabut akar budayanya.

2. Tipikal wisatawan milenial menurut Cok Ace

Inilah Tipikal Milenial Ketika Liburan Menurut Cok AceDokumentasi pribadi

Ia lalu mencontohkan bagaimana tipikal wisatawan milenial ketika berlibur. Umumnya milenial bisa menekan pengeluaran untuk penginapan, namun loyal dengan hobinya. Artinya, mereka cenderung tak masalah jika sharing kamar yang bisa membuat tingkat hunian hotel berkurang.

3. Penduduk milenial dominasi Asia 2030

Inilah Tipikal Milenial Ketika Liburan Menurut Cok Aceair1.com

Baca Juga: SID Rilis Album Baru, Ingin Kembali ke Masa-masa Nakal Era 2001

Sementara itu, Tenaga Ahli Menteri Pariwisata, I Gede Pitana, mengatakan dengan adanya pasar baru maka harus bisa membaca selera pasar. Dalam teori pengembangan pariwisata harus ada yang namanya pendekatan produk dan pendekatan pasar.

"Kita akan menggunakan pendekatan kombinasi, melihat pasarnya apa, kemudian melihat budaya kita jangan sampai terganggu. Misalnya, ada yang minta kasino ya tidak bisa karena melanggar," katanya.

Ia menambahkan, pasar milenial sebenarnya tidak akan jadi ancaman bagi pariwisata Bali. Tinggal bagaimana memanfaatkan sifat-sifat dari generasi ini untuk meningkatkan pariwisata Indonesia.

"Ujung-ujungnya untuk meningkatkan kesejahteraan kita. Dari dulu terbukti, pariwisata adalah sektor yang paling cepat untuk meningkatkan kesejahteraan dan paling friendly terhadap lingkungan dan kebudayaan," katanya.

Ia menyebutkan ciri-ciri milenial adalah melakukan eksplor, digitalisasi, menggunakan sharing ekonomi, dan melakukan interaksi.

"Gak mungkin sifat milenial itu merusak lingkungan," katanya.

Pada tahun 2030 nanti, 57 persen penduduk Asia adalah generasi milenial. Penduduk milenial Indonesia diperkirakan menempati posisi kedua dengan mencapai 87 juta jiwa. Sementara Cina akan mencapai 333 juta jiwa, disusul Filipina 42 juta jiwa, Vietnam 26 juta jiwa, dan Thailand 19 juta jiwa.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya