Kunjungan Wisman Tiongkok ke Bali Tinggi, Tapi Minim Belanja?

Wah, gak menguntungkan Bali dong kalau seperti ini

Denpasar, IDN Times - Zero dolar tourism menjadi pemberitaan hangat di media, baik online maupun cetak di Bali dalam beberapa hari terakhir. Praktik tersebut yakni menjual paket wisata ke Bali kepada wisatawan mancanegara (Wisman) asal Tiongkok dengan harga yang sangat murah.

Berikut ini yang perlu kamu ketahui terkait praktik ini.

1. Pengeluaran wisman Tiongkok paling rendah

Kunjungan Wisman Tiongkok ke Bali Tinggi, Tapi Minim Belanja?balipedia.com

Baca Juga: Koster Minta Pebisnis Tiongkok Mematuhi Aturan Usaha Wisata di Bali

Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, mengatakan turis asal Tiongkok memang mendominasi kunjungan ke Indonesia dan Bali dalam beberapa tahun terakhir. Kendati demikian, kunjungan yang banyak tersebut tak sebanding dengan penerimaan devisa yang diperoleh Indonesia.

"Jumlah kunjungannya memang banyak, namun rata-rata pengeluaran dari wisatawan Tiongkok tersebut masih lebih rendah dibanding wisatawan negara lain," kata Ketua GIPI Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, saat dihubungi, Minggu (21/10) sore.

Ia melanjutkan, rata-rata pengeluaran wisatawan Tiongkok di Bali hanya sebesar Rp9,6 juta. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding pengeluaran wisatawan Australia, Eropa, dan Jepang yang mencapai US1170 dolar. Padahal saat berkunjung ke Thailand, rata-rata pengeluaran wisatawan Tiongkok mencapai 2026 dolar Amerika Serikat atau setara Rp30 juta pada 2017.

"Karena rendah, penerimaan devisa dari sektor pariwisata jadi tidak optimal," lanjutnya.

Dengan data tersebut, menyebabkan adanya lost opportunity sekitar 205 dolar per wisman. Jika potensi tersebut dikalikan total wisman Tiongkok yang datang ke Indonesia, sepanjang periode 2014-2017, maka totalnya mencapai 260 juta dolar atau setara Rp3,9 triliun.

Penyebab utama dari permasalahan di atas adalah praktik pemasaran "Zero dolar Tourism" yang ditawarkan oleh agen perjalanan wisata. Praktiknya adalah dengan menyubsidi paket perjalanan wisatawan. Namun dengan syarat wisman tersebut harus belanja di toko yang sudah ditentukan.

"Ya, seperti subsidi silang gitu," katanya.

2. Wisman Tiongkok terbesar di Bali

Kunjungan Wisman Tiongkok ke Bali Tinggi, Tapi Minim Belanja?pixabay.com/cegoh

Lebih lanjut, GIPI mencatat, total kunjungan turis Tiongkok ke berbagai negara di dunia mencapai 127 juta wisatawan pada 2017. Sementara yang datang ke Indonesia mencapai 1,9 juta. Dari jumlah tersebut, 1,3 jutanya berkunjung ke Bali.

"Di Bali sendiri pada 2017, wisman asal Tiongkok menjadi pasar utama dengan pangsa 24 persen dari total wisman," jelasnya.

Tiap tahunnya, pertumbuhan kunjungan turis Tiongkok ke seluruh dunia terus meningkat. Angkanya mencapai 13,30 persen. Sedangkan Bali dan Indonesia menjadi yang tertinggi terkait kedatangan turis Tiongkok, yakni mencapai 22,39 persen untuk periode yang sama.

3. Praktik ini merusak citra pariwisata Bali

Kunjungan Wisman Tiongkok ke Bali Tinggi, Tapi Minim Belanja?apairandasparediy.com

Baca Juga: Sidak Toko Milik Tiongkok, Cok Ace: Aneh, di Bali kok Jual Latex

Partha melanjutkan, praktik semacam ini pernah terjadi di Thailand. Lantas, untuk menguranginya, Pemerintah Thailand melakukan intervensi untuk membasminya. Thailand menyaratkan untuk wisman yang berkunjung ke negaranya membawa uang minimum Rp5 juta. "Ini bisa untuk mengoptimalkan pendapatan devisa," katanya lagi.

Belum lama ini, Pemprov Bali telah melakukan sidak ke beberapa toko di kawasan Nusa Dua, Badung. Hasilnya, lanjut Partha, ditemukannya sejumlah toko, menjual barang import berkedok barang dalam negeri (Indonesia), mempekerjakan tenaga asing, dan terjadi eksploitasi wisata.

Praktiknya yakni dengan mewajibkan para wisman Tiongkok berbelanja di toko yang dimiliki oleh pengusaha Tiongkok. Potensi kebocoran ekonomi dari praktik semacam ini bisa mencapai 390 juta dolar Amerika Serikat.

Perhitungannya dengan mengalikan satu wisatawan dikalikan 100 dolar, dikali 5 toko/hari, dikali 60 persen dari 1,3 jt wisatawan Tiongkok yang mengikuti zero dolar tourism ini.

"Turis Tiongkok ini biasanya diwajibkan belanja ke toko yang sudah ditunjuk agen wisatanya. Minimum mereka menghabiskan 100 dolar tiap datang ke toko tersebut," katanya.

Efek buruk dari praktik ini bisa mengancam pariwisata Bali, yakni akan terjadi eksploitasi pariwisata. Artinya, wisatawan asal Tiongkok dipaksa untuk berbelanja di toko yang sudah ditunjuk. Saat mereka pulang ke negaranya, akan bercerita ke teman-temannya bahwa wisata Bali ternyata tidak bagus.

"Promosinya rugi kalau seperti gitu terus," katanya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya