70 Persen Pengusaha Transportasi di Bali Jual Kendaraannya

Perekonomian hancur lebur, mereka tak sanggup bayar cicilan

Badung, IDN Times – Pandemik COVID-19 yang berkepanjangan dan hingga saat ini belum juga menunjukkan titik terang, membuat kondisi para penyedia jasa angkutan darat di Bali makin mengenaskan. Walaupun uji coba pembukaan pariwisata internasional sudah dilakukan sejak 14 Oktober 2021 lalu, pengusaha transportasi ternyata belum bisa banyak bergerak.

Terpuruknya perekonomian selama pandemik COVID-19 membuat para pengusaha angkutan sewa umum menjual kendaraannya. Jumlah pengusaha angkutan khusus (berbasis aplikasi) yang masih bertahan hanya sekitar 30 persen, atau 20 ribu-an dari total keseluruhan dan mereka tercatat di empat aplikasi transportasi online.

Kondisi tersebut diungkap dalam acara Focus Group Discussion (FGD) bertema Mempercepat Pemulihan Pariwisata melalui Digitalisasi Transportasi yang digelar oleh Bisnis Indonesia dan Trevo, Senin (25/10/2021) di Berawa, Desa Tibubeneng, Kabupaten Badung. 

Baca Juga: Tak Ada Turis Asing Datang di Hari Pertama Pembukaan Pariwisata Bali

1. Banyak dari pengusaha transportasi yang tidak bisa melanjutkan kredit kendaraan

70 Persen Pengusaha Transportasi di Bali Jual KendaraannyaSuasana Kuta sebelum pandemik. (Dok. IDN Times/ istimewa)

Wakil Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Provinsi Bali, Nyoman Arthaya Sena, mengungkapkan pandemik COVID-19 yang berkepanjangan cukup membuat frustasi para pengusaha angkutan di Bali. Banyak dari pengusaha tersebut yang tidak bisa melanjutkan kredit kendaraannya. Arthaya Sena memperkirakan 70 persen kendaraan dari 300 anggota organda sudah dijual.

“Dua tahun ini sudah sangat memukul usaha kami semua. Pengusaha-pengusaha sudah boleh dikatakan hancur untuk itu. Jadi kebanyakan, hampir 70 persen kendaraan itu dijual. Tidak bisa bayar kredit atau dibalikin lagi ke lembaga-lembaga keuangan,” ungkapnya pada Senin (25/10/2021).

Baca Juga: 10 Potret Kondisi Kuta Bali Jelang Pembukaan Pariwisata Internasional

2. Pengusaha transportasi enggan melaporkan jumlah kerugian mereka

70 Persen Pengusaha Transportasi di Bali Jual KendaraannyaSuasana Kuta saat pandemik. (IDN Times/ Ayu Afria)

Kerugian akibat terhentinya aktivitas jasa angkutan darat selama pandemik ini diperkirakan mencapai triliunan. Arthaya Sena mengaku kesulitan mendata jumlah pastinya sebab para pengusaha enggan untuk melaporkan angka kerugian yang mereka derita.

Selain itu, pemilik usaha juga terpaksa memberhentikan karyawan dan mereka akhirnya pulang ke daerah asalnya masing-masing. Dengan adanya percobaan pembukaan pariwisata saat ini, diharapkan bisa memberikan angin segar bagi para pengusaha angkutan ini.

“Ini sebenarnya angin segar kalau pariwisata bisa dipulihkan kembali. Ya, mungkin ada pengusaha-pengusaha baru bermunculan dan pengusaha yang lama bisa semangat lagi untuk mendapatkan pekerjaan, atau nostalgia masa lalu di mana zaman-zaman itu cukup menyenangkan,” ungkapnya.

3. Pengusaha angkutan terbuka dengan perkembangan teknologi saat ini

70 Persen Pengusaha Transportasi di Bali Jual KendaraannyaFGD digitalisasi transportasi di Bali. (IDN Times / Ayu Afria)

Arthaya Sena yang juga seorang pengusaha jasa angkutan mengatakan bahwa mereka terbuka dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini. Terlebih bila dapat mendukung bisnisnya menjadi lebih baik dan berkembang. 

Ia mengakui selama ini memang ada benturan, di mana seolah-olah organda tidak setuju dengan adanya digitalisasi. Persoalan itu muncul dari hadirnya aplikasi transportasi online yang seolah-olah menunjukkan bahwa perusahaan aplikasi ini merupakan perusahaan transportasi. Ia menegaskan, perusahaan transportasi tetap akan mengikuti kaidah peraturan yang berlaku.

“Jadi kami sebagai induk organisasi pengusaha (angkutan) sebenarnya sangat welcome, sangat terbuka dengan adanya teknologi-teknologi baru sehingga bisnis kami bisa berkembang dengan baik,” jelasnya.

4. Digitalisasi industri transportasi disebut sudah mutlak dan harus diadopsi oleh siapapun

70 Persen Pengusaha Transportasi di Bali Jual KendaraannyaFGD digitalisasi transportasi di Bali. (IDN Times / Ayu Afria)

General Manager aplikasi Trevo, Brandon Curson, menekankan dengan sistem digitalisasi yang dimiliki Trevo akan dapat menjembatani kebutuhan konsumen dan pemilik kendaraan.

Kehadiran aplikasi berbagi kendaraan ini disebut untuk mendukung perekonomian Bali yang terpukul. Pandemik COVID-19 membuat banyak pemilik kendaraan tidak bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari kendaraan mereka.

“Kehadiran kami di Bali sebagai salah satu bentuk upaya mendigitalisasi industri transportasi yang saat ini sudah mutlak harus diadopsi oleh siapapun,” tuturnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya