Ratusan Mahasiswa STMIK Primakara Jadi Agen Digitalisasi UMKM

Bisa jadi inspirasi nih untuk para Millennials Bali

Denpasar, IDN Times - Pandemik menjadi momentum bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk melakukan transformasi ke dalam ekosistem digital. Dari ribuan UMKM yang berada di Kota Denpasar, ternyata masih banyak yang belum bisa memanfaatkan peluang promosi berbasis digital ini. Ketua STMIK Primakara, I Made Artana, mengungkapkan bahwa pendampingan digitalisasi menjadi kunci penting bagi UMKM saat ini untuk bisa survive

"Jadi sebenarnya mata kuliah biasa. Hanya saja tahun ini kami beri makna khusus 30 persen UMKM di Denpasar saat ini mencoba survive dengan digital karena terpaksa. Sebelumnya nggak mau,” jelasnya saat memberi sambutan dalam acara pembekalan company visit 2021, pendampingan UMKM dalam rangka digitalisasi UMKM, Selasa (23/3/2021). 

Made Artana mengelompokkan mahasiswanya untuk membantu para UMKM di Denpasar yang saat ini tengah mengalami kesulitan dalam pemasaran produknya. Setiap kelompok terdiri dari tiga orang mahasiswa dan ditugaskan selama tiga bulan untuk melakukan digitalisasi kepada UMKM di Denpasar.

“Didampingi selama tiga bulan. Kenapa lama? Ya karena penyesuaian. Kadang-kadang diajarin sekali, nggak (tidak) ngerti. Mudah-mudahan yang dilakukan mahasiswa kami bisa cukup dalam melakukan digitalisasi penjualannya, digitalisasi pembukuan, atau bagaimana membuat produk yang bagus misalkan. Bagaimana menggunakan market place dan lain sebagainya,” lanjutnya.

1. UMKM di Denpasar juga harus tetap berinovasi

Ratusan Mahasiswa STMIK Primakara Jadi Agen Digitalisasi UMKMKetua STMIK Primakara I Made Artana (IDN Times/Ayu Afria)

Menurut Made Artana, selain nantinya UMKM didampingi soal digitalisasi usahanya, UMKM ini juga harus melakukan inovasi produknya. Pasalnya, apabila mereka menjual produk yang sama dalam kondisi pasar yang sangat pesat, produk UMKM ini juga akan sulit dilirik konsumen.

“Beda kalau kita berinovasi. Ada cerita lainnya nanti yang dibawa. Gitu ya. Produk itu nanti berbeda. Nah, itu yang harus dibantu oleh pihak swasta dan mahasiswa kami,” tegasnya.

Program strategis ini sebelumnya sudah dilakukan dua kali. Mereka yang terlibat merupakan seluruh mahasiswa semester V. Data UMKM diperoleh dari Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Denpasar. Tidak ada syarat khusus bagi UMKM yang akan mendapat bimbingan ini. Terpenting, UMKM ini bersedia didampingi oleh mahasiswanya serta sepakat dalam program digitalisasi.

2. Terdapat 32 ribu UMKM di Kota Denpasar

Ratusan Mahasiswa STMIK Primakara Jadi Agen Digitalisasi UMKMepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Denpasar, Made Erwin Suryadarma Sena (IDN Times/Ayu Afria)

Sedangkan Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Denpasar, Made Erwin Suryadarma Sena, mengatakan berdasarkan data tahun 2020, di Kota Denpasar terdapat 32 ribu UMKM. Namun 70 persennya saja yang sudah terdigitalisasi secara umum. Artinya, mereka bermain di media sosial biasa saja, bukan masuk ke dalam ecommerce. Sedangkan 30 persennya masih memerlukan pendampingan.

“Secara umum UMKM kita di perkotaan kan ada yang paham. Dan ada yang tidak paham masalah digitalisasi. Tapi secara umum paham. Cuma bagaimana caranya melakukan itu, itu yang belum. Mungkin masih istilahnya belum terkonseplah,” jelasnya.

Ia menilai, khusus untuk Kota Denpasar, masalah digitalisai UMKM tidaklah sulit karena para pelaku usaha mikro ini sudah terbiasa dengan handphone. Hanya saja diakuinya, UMKM ini rata-rata belum bisa membuat laporan pembukuan.

Pihaknya berharap dengan adanya digitalisasi UMKM di Denpasar ini akan mempermudah masalah pemasaran hingga meningkatkan keuntungan yang didapat.

3. UMKM yang menjual kopi menjamur di Kota Denpasar

Ratusan Mahasiswa STMIK Primakara Jadi Agen Digitalisasi UMKMMahasiswa STMIK Primakara Denpasar dalam program company visit (IDN Tims/STMIK Primakara)

Erwin juga mengungkapkan bahwa UMKM di Kota Denpasar saat ini didominasi oleh pengusaha kuliner. Dalam masa pandemik ini, bisnis kuliner justru menjamur, terutama UMKM yang menjual kopi. Masyarakat Kota Denpasar menurutnya saat ini lebih pada pemenuhan akan kebutuhan primer atau makan daripada kebutuhan sekunder dan tersiernya.

“Sekarang kan kuliner. Kuliner menjamur. Jamur di musim hujan,” ungkapnya.

“Luar biasa kopi. Saya setiap hari sampai berapa, dua kali izin. Saya mengeluarkan izin untuk HAKI Barista,” tegasnya.

Sedangkan UMKM yang bergerak di bidang fashion justru mengalami penurunan.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya