TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Buruh Bangunan di Tabanan Berhasil Menekuni Bisnis Bunga Sedap Malam

Enam bulan sudah mandiri produksi umbi bunga sedap malam

Penanaman bunga sedap malam di Abiantuwung Kediri, Kabupaten Tabanan. (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Tabanan, IDN Times - Enam bulan sudah Ni Wayan Puspa Ernawati (44) menekuni pembibitan bunga sedap malam. Awalnya, Puspa mengikuti saran kerabatnya untuk menanam bunga sedap malam di lahan pertanian miliknya.

Tanpa disangka, tanamannya banyak diminati setelah enam bulan digarap. Warga banjar Tajen Jeroan, Desa Tajen, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan ini bahkan sudah mandiri untuk memenuhi umbi (Bibit bunga sedap malam).

Baca Juga: Petani di Tabanan Berhasil Modifikasi Traktor Bantuan dari Pemerintah

1. Dia adalah buruh bangunan yang terkena dampak pandemik COVID-19

Ni Wayan Puspa Ernawati (IDN Times/Wira Sanjiwani)

"Dulu kerja sebagai buruh bangunan. Tetapi karena pandemik COVID-19, kerjaan jadi buruh tidak menghasilkan seperti sebelum pandemik," ujar Puspa, ketika ditemui IDN Times di kebunnya, Jumat (24/6/2021).

Lalu ada seorang kerabat yang menyarankan Puspa untuk mengelola sekitar enam are lahan pertanian miliknya di Kecamatan Penebel untuk ditanami bunga sedap malam.

"Jadi saya tanam dari umbi untuk jadi bibit bunga sedap malam," katanya.

Baca Juga: Jadi Komoditi Baru, Petani Porang di Tabanan Butuh Pabrik Pengolahan

2. Enam bulan menekuni pembibitan bunga sedap malam, Puspa sudah bisa memproduksi umbi sendiri

Penanaman bunga sedap malam di Abiantuwung Kediri. (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Awalnya Puspa membeli umbi bunga sedap malam dari daerah Jawa. Harganya Rp3 ribu sampai Rp4 ribu per biji. Umbi tersebut lalu ditanam di lahan yang sudah dibuat berpetak-petak. Satu petaknya memerlukan sekitar 40 umbi. Kata Puspa, butuh waktu tiga bulan umbi tersebut tumbuh menjadi bibit bunga sedap malam dan siap dijual.

"Kalau sampai berbunga butuh waktu enam bulan," jelasnya.

Harga per satu bibit bunga sedap malam dijual di kisaran Rp60 ribu. Selama enam bulan menekuni usaha ini, Puspa tidak lagi membeli umbi ke Jawa karena sudah memilikinya sendiri.

"Jadi dari pengembangan ini, beberapa saya jual dalam bentuk bibit. Sisanya saya kembangkan untuk diambil umbi dan bunganya," katanya.

Berita Terkini Lainnya